Flashback on
Desri mengayunkan langkahnya gontai. Sesekali bibirnya menyunggingkan senyum keterpaksaan ketika ada yang menegurnya.
Sudah seminggu ini dia seperti tak bersemangat setiap pulang bekerja.
"Desriiiii..." Panggil seseorang dengan setengah berteriak dari balik pagar rumah sederhana yang terlihat jauh dari kata mewah.
Desri tersentak dan menghentikan langkahnya dengan gesit sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Eeh, Ibu..." Jawabnya sambil cengengesan dan masih menggaruk tengkuknya itu.
"Kamu lupa dimana rumahmu?" Tanya orang itu lagi yang tak lain adalah ibunya Desri sendiri.
"Nggak kok, Bu... Desri cuma sedikit melamun... Hehe..." Jawabnya menyeringai seperti menahan malu. Desri menghampiri ibunya dan meraih tangan ibunya itu. Ia kemudian mencium punggung tangan ibunya, sudah menjadi kebiasaan Desri jika hendak pergi dan kembali dari mana pun.
"Kamu kenapa, Nak? Apa kamu di kantor ada masalah?" Tanya ibunya keheranan. Beliau akrab disapa Wiwit.
"Nggak kok, Bu... Desri cuma kelelahan saja kok, Ibu.." Elaknya sambil berlalu masuk ke dalam rumah dan di ikuti ibunya dari belakang.
***
"Desri, Deees!" Seru Wiwit setengah berteriak memanggil putri satu-satunya itu dari arah dapur.
"Iya, Buuu...!" Desri menyahuti teriakan ibunya dari dalam kamarnya dan bergegas menuju dapur, dimana Wiwit memanggilnya.
"Ayo kita makan malam bersama..." Ajak Wiwit sambil menyiapkan sepiring nasi yang lengkap dengan lauknya, untuk putri kesayangannya itu.
"Terima kasih, Ibu..." Ucap Desri sambil menerima piring yang di sodorkan ibunya dengan makanan yang telah mengisi piring itu.
"Iya, sayang..." Jawab ibunya sambil tersenyum tipis.
Awalnya mereka makan tak bersuara. Ketika makanan di piring mereka hampir habis, Wiwit memulai percakapan serius dengan putri kesayangannya itu.
"Tadi pagi tidak lama setelah kamu berangkat, Ibu kedatangan wanita paruh baya bersama dua pengawalnya, Nak..." Cerita Wiwit membuka obrolan di meja makan.
"Siapa mereka, Bu..?" Tanya Desri menghentikan suapannya yang hendak masuk ke mulutnya dengan penasaran.
"Ibu juga tidak tau siapa mereka..." Jawab Wiwit dengan tetap melanjutkan suapannya.
"Ada perlu apa mereka kemari, Bu?" Tanya Desri lagi yang sudah mulai menyuap makanannya kembali.
"Dia ingin menjadikan kamu menantunya, Nak..." Jawab Wiwit santai.
"Tapi Desri belum ingin menikah, Bu... Desri masih ingin bekerja. Hutang-hutang kita banyak, Bu." Sergahnya dengan nada penuh penekanan, takut jika ibunya itu telah mengambil keputusan.
Sebenarnya Desri anak yang penurut dan penyayang, tapi karna keadaan yang membuatnya menolak lamaran orang itu. Dua tahun yang lalu sebelum ayahnya meninggal karna tumor ganas yang dialami ayahnya, Wiwit terpaksa harus berhutang banyak dan menjual rumah beserta aset berharga yang ia miliki kala itu untuk biaya pengobatan ayahnya Desri, dan dia hanya bisa membeli rumah kecil yang mereka tempati sekarang.
"Ibu juga tidak ingin menikahkan kamu dengan anaknya, Sayang. Kamu harus menikah dengan laki-laki pilihan kamu." Jawab Wiwit sambil tersenyum.
"Siapapun itu, Ibu, yang penting Desri lunasi hutang-hutang kita dulu." Imbuh Desri seolah tak pilih-pilih pasangan.
"iya, Sayang.. Ibu minta maaf ya, Nak... Ibu telah banyak menyusahkan kamu." Ucap ibu Desri lirih.
"Ibu tidak pernah menyusahkan Desri kok, Bu..." Sahut Desri memelas agar ibunya tak lagi berucap seperti itu.
"Sebenarnya ibu kasihan dengan wanita itu.. Dia seperti memohon kepada Ibu... Bahkan dia menawarkan uang yang sangat banyak melebihi hutang-hutang kita, Nak...."
"Kalau begitu terima saja, Bu.." ucap Desri penuh keseriusan. Ia dengan cepat berubah pikiran setelah mendengar penjelasan ibunya.
"Tapi, Nak..."
"Bu, Desri nggak ada kekasih kok... Lagian laki-laki yang Desri suka tidak akan pernah jadi milik Desri.... Desri siap, Bu..." Potongnya cepat tanpa mendengar penjelasan ibunya terlebih dahulu.
"Bagaimana mungkin Ibu akan membiarkan kamu menikah dengan pemuda lumpuh?" Jelas Wiwit seakan tak rela anaknya menerima tawaran tersebut.
"Lu-lumpuh, Bu...?" Ulang Desri seakan tak percaya.
"Iya, Nak... Wanita itu mengatakan bahwa anaknya lumpuh akibat kecelakaan yang dialaminya minggu lalu. Sementara, tunangannya malah memutuskan ikatan mereka..." Jawab Wiwit sambil mengenang cerita tamunya tadi pagi. "Sedangkan pernikahannya akan di langsungkan tiga minggu lagi, Nak." Tambah Wiwit.
.
.
.
.
.
aduuh... maaf ya... ini perdana soalny.. harusnya bab ini bukan flasback sih... berhubung aku belum paham jadinya episode ini hilang ntah kemana... yaudah jadiin aja episde 2 wkwkwk
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Febri Susanto Zaen
0
2022-08-13
1
" sarmila"
semenjak mmbca novel karya karya dri yg lain2 kita harus mmbuat para author selalu semngat
karna membuat isi semua itu butuh perjuangan💪💪💪💪
2022-01-02
1
Asep Supriatna
lanjut ka thor semangat
2021-12-25
1