2) Rapuh.
Violetta sudah selesai mengganti seragamnya yang basah dan kotor karena kejadian sebelumnya di kantin.
Ia keluar dari toilet sekolah, sambil merapikan roknya.
Violetta tak mengetahui keberadaan Liant yang sedang menunggu di dekat pintu keluar.
Brilliant Julliano
Udah selesai belum?
Violetta berjalan mendahului Liant. Liant mengikuti Violetta dari belakang.
Brilliant Julliano
Lo marah sama gue?
Tanya Liant penasaran dengan sikap Violetta yang masih fokus berjalan.
Violetta Jessie
Kenapa sih, Lo mau tau banget?
Jawab Violetta tanpa menoleh ke arah Liant.
Brilliant Julliano
Letta.. Letta.
Brilliant Julliano
[.. Pertanyaan yang menyakitkan..]
Brilliant Julliano
Gue ini sahabat Lo.
Brilliant Julliano
Lo gak perlu merasa sendiri. Gue berusaha ada buat Lo.
Liant menyamakan langkah di samping Violetta sambil menjelaskan kepada Violetta.
Mereka berdua saling menatap satu sama lain.
Violetta masih tetap dengan pendiriannya. Ia enggan menceritakan keluh kesah yang dirasakan.
Violetta Jessie
[.. Apa gue perlu cerita tentang Papa mama lagi ke Liant?..]
Violetta Jessie
[.. Sepertinya gak perlu lagi gue cerita ke Liant. Gue ngerepotin dong..]
Brilliant Julliano
Letta, gue gak bakalan maksa Lo buat cerita.
Brilliant Julliano
Lo tenang aja. Kapanpun Lo mau cerita. Gue siap ada waktu buat Lo.
Brilliant Julliano
Jangan malu cerita ke gue.
Brilliant Julliano
[..Gue tau Lo lagi sedih, tta..]
Ujar Liant yang masih menatap Violetta.
Pandangan Violetta berubah ke arah lain.
Violetta Jessie
Gue lagi pengen sendiri !
Violetta Jessie
Stop, follow me!
Violetta kembali menatap tajam Liant. Kemudian, kembali berjalan ke kelas. Sebelum bel istirahat selesai.
Jam pulang sekolah tiba, Semua nampak ramai keluar kelas.
Kecuali, Lyana dan Violetta yang masih berada di kelas.
Lyana Kristal
Tadi Lo ke mana aja sih?
Lyana Kristal
Gue cari Lo ke mana-mana kok gak ada.
Lyana Kristal
Lo tadi ke mana sama Liant?
Violetta Jessie
Liant tarik tangan gue tadi.
Violetta Jessie
Dia ngajak gue ke taman belakang sekolah.
Lyana Kristal
[.. Liant, sebenarnya ada hubungan apa ya sama Vio?..]
Lyana Kristal
[.. Bukannya mereka berdua sahabatan..]
Panggil Violetta yang melihat Lyana diam.
Violetta Jessie
Lo ngelamun?
Lyana menggeleng cepat, berusaha mencari alasan masuk akal.
Violetta Jessie
Kenapa Lo?
Violetta Jessie
Kehabisan uang buat pulang ke rumah?
Lyana mendelik mendengar ungkapan Violetta.
Lyana Kristal
Eng-gak kok, Vio
Lyana Kristal
Gue gak kehabisan uang saku kok buat pulang.
Violetta Jessie
Jujur aja kali. Kalau kehabisan uang.
Violetta Jessie
Miskin Lo.
Violetta Jessie
Gue mau pulang duluan.
Violetta keluar kelas. Tanpa merasa bersalah sedikitpun kepada Lyana.
Karena menurutnya tidak ada kesalahan yang telah diperbuat.
Lyana Kristal
Kenapa gue selalu Lo rendahin?
Lyana Kristal
Apa salah gue ke Lo?
Jawab Lyana yang sudah tak didengar Violetta.
Lyana pun akhirnya kembali ke rumah.
Lyana adalah sahabat setia Violetta yang sangat begitu sabar menghadapi sifat Violetta.
Violetta di lingkungan sekolah tak punya banyak teman. Violetta suka menyendiri dan banyak teman-teman yang tak tertarik berteman dengannya. Karena, sifat dan sikap Violetta yang membuat sakit hati.
Hanya Lyana lah yang paling sabar berteman lama dengan Violetta.
Kehadiran Lyana disambut hangat oleh kedua adiknya.
Adiknya terlihat begitu senang melihat kehadiran Lyana yang tak hanya membawa tangan kosong.
Lyana menunjukkan plastik berisi makanan hangat kepada adik-adiknya.
Lyana Kristal
Kok gak jawab salam kakak?
Lyana Kristal
Lihat ini kakak bawa makanan.
Tika
Akhirnya kakak bawa makanan buat kita.
Tika
Makasih kakakku tercinta.
Violetta Jessie
Peluk kakak dong.
Adik-adik Lyana begitu ekspresif melihat kedatangannya.
Mereka bertiga berpelukan hangat untuk salam terima kasih kepada Lyana yang selalu perhatian dan membawa makanan.
Violetta masih di depan gerbang sekolah.
Ia sudah menunggu jemputan dua jam dari sopir. Namun, sang sopir belum terlihat juga.
Violetta berdecak kesal. Panggilan telephonenya tak diangkat.
Violetta Jessie
Lama banget.
Violetta Jessie
Gue udah lumutan nungguin Pak usman gak datang-datang.
Violetta Jessie
Sampai kapan coba?!
Violetta mempunyai ide menghubungi Papa dan mamanya.
Violetta Jessie
[..Gue telphone Papa Mama aja kali ya?..]
Violetta Jessie
[..Papa, angkat telp Vio, Pa..]
Violetta Jessie
[..Papa..]
Berulang kali Violetta menghubungi Hakim. Namun, tak diangkat panggilan baei anaknya sendiri.
Violetta Jessie
[..Papa angkat pa?!..]
Violetta Jessie
[..Apa salahnya kalau gue telp?..]
Violetta Jessie
[..Kenapa gue selalu gak diperhatikan?..]
Violetta Jessie
[..Gue gak dianggap ada..]
Violetta berusaha menelpone Mamanya.
Sekeras apapun usaha Violetta, hasilnya tetap sama nihil. Tak ada sama sekali tanggapan.
Violetta merasa lelah. Bulir air matanya mengalir begitu saja. Rasa sesak terasa didadanya.
Violetta Jessie
[..Papa Mama, Vio sayang banget sama papa sama mama..]
Violetta mematikan handphonenya.
Violetta terdiam sejenak sambil menggenggam handphone ditangannya.
Ia menangis tanpa isakan.
Violetta Jessie
[.. Hidup gue memang gak berarti bagi mereka..]
Suara petir membuat suasana menambah riuh. Awan hitam datang membuat hujan lolos berjatuhan.
Violetta terperangkap di depan gerbang sekolah tanpa payung.
Ia masih menangis tanpa seorang pun tahu.
Tiba-tiba dari belakang Liant memayunginya. Namun, Violetta tak menyadari sama sekali. Ia masih mengeluarkan tangisannya.
Sedangkan, Liant hanya diam saja. Agar, Vio menyadari sendiri kehadirannya.
Violetta berbalik arah ke belakang. Ia melihat Liant tengah memayungi tubuhnya.
Violetta Jessie
Kenapa Lo masih di sini?
Brilliant Julliano
Kebalik harusnya gue yang tanya ke Lo kaya gitu.
Brilliant Julliano
Vio, Lo baik-baik aja kan?
Violetta Jessie
Gue gak papa kok.
Brilliant Julliano
Jangan bohongi gue.
Violetta Jessie
Udahlah gue mau pulang.
Brilliant Julliano
Tunggu!
Cegah Liant seketika menghentikan langkahnya.
Brilliant Julliano
Jangan hujan - hujanan sampai rumah.
Brilliant Julliano
Bawa ini payung.
Tanpa basa basi Vio mengambil alih payung yang dipegang Liant. Ia dengan cepat membawa payung tersebut sampai ke rumah.
Liant tak bisa berbuat apa-apa. Ia takut Violetta semakin marah apabila ia terus mendesaknya.
Violetta terpaksa memilih berjalan meskipun hujan untuk sampai ke rumah ditemani payung Liant.
sebenarnya Ia tak ingin pulang. Tapi Ia bukan tipikal anak yang memutuskan tali keluarga.
Violetta Jessie
[...Kapan Papa Mama bisa sayang sama gue?..]
Harapan Violetta yang menjadi angan-angan semata. Sampai hujan berhenti dengan sendirinya. Ia masih terus berjalan.
Dari arah berlawanan, karena kondisi jalanan penuh air. Tiba-tiba Violetta terkena cipratan air genangan hujan dari seorang pengguna sepeda trail.
Guyuran air kotor mengenai wajah dan badannya.
Violetta Jessie
Kalau naik motor bisa pelan-pelan gak sih?!
Teriak Violetta yang tidak terima.
Suara keras Violetta membuat pengguna trail itu terhenti melihatnya dan melepaskan helm.
Vero Frichard
Makanya kalau jalan pakek mata!
Comments