Sekolah Baru

Aku terlalu sibuk memikirkan banyak kemungkinan-kemungkinan aneh yang malah membuatku semakin tidak berkonsentrasi dan malah membuatku tidak memperhatikan sekelilingku sampai aku mendengar suara derap langkah kaki yang mengarah padaku.

Suara sol sepatu yang saling terhentak dan bertemu dengan lantai marmer mengirimkan bunyi berdebum. Sosok Itu tampak seperti gadis populer yang biasanya ada di setiap sekolah.

Rok pendek, sepatu yang memiliki sol tinggi, seragam ketat yang membentuk lengkuk tubuh, juga rambut panjang yang ditata sempurna. Dan dugaanku seakan benar saat dia menatapku tajam seolah memperingatkanku untuk tidak main-main dengannya. Aku semakin menahan nafas saat melihat dia melangkah mendekat, dan langsung bernafas lega karena tujuan gadis itu bukan ke arahku.

Mendengar langkah kakinya yang semakin menjauh membuatku dapat bernafas bebas. Aku kembali memfokuskan diri pada peta yang ada di genggamanku.

Aku tidak langsung menuju kelas karena Pak Andre tadi mempersilakanku untuk berkeliling terlebih dahulu. Aku menemukan ruang gym dan langsung berdecak kagum. Fasilitasnya tidak main-main.

Karena masih jam pelajaran, serta semua siswa masih berada di kelas, aku memutuskan untuk masuk. Mataku langsung membola saat menemukan alat-alat yang ada di sini. Sekolah ini benar-benar menyediakan berbagai alat fitnes lengkap yang biasanya hanya aku temukan di tempat gym.

Aku tersenyum kecil karena aku bisa menggunakan tempat ini sebagai tempat persembunyianku.

Setelah puas, aku segera keluar dari tempat itu dan ketika aku melangkah keluar, aku menemukan pintu ganda yang terkunci. Rasa penasaran yang memuncak membuatku bertekad untuk melihat. Aku menatap ke sekeliling untuk mencari keberadaan guru jaga dan menemukan sebuah ruangan bertuliskan 'ruang pelatih'.

Tanpa berpikir panjang aku langsung mengetuk ruangan tersebut dan langsung dibuka oleh seorang pria tua berusia 40-an yang masih tampak bugar di usianya. Dia menggunakan pakaian olahraga khas guru-guru. Pria itu menatapku tajam dan saat menemukan jika aku membawa peta tatapannya berubah menjadi lebih ramah.

"Kamu pasti yang namanya Aretta?" tanyanya.

Aku mengangguk. Pria tua itu langsung berbalik masuk dan keluar sambil memberiku satu set celana pendek dan kaos merah besar dengan gambar melati dan burung.

"Kelas bakal dimulai 10 menit lagi. Cepat ganti baju di pintu ketiga di sebelah kiri kamu," katanya sambil menunjuk lorong yang dimaksud.

Aku sedikit kecewa karena tidak bisa berkeliling dan tanpa berpikir apa-apa aku langsung masuk untuk mengganti pakaianku. Seragam olahraganya tidak nyaman untukku. Celananya agak terlalu pendek dan bagian atasnya malah terlalu besar. Apa memang model pakaian olahraga untuk murid-murid yang kurus seperti ini? Aku tidak pernah tahu itu karena selama ini badanku selalu gemuk.

Suara teriakan, canda, dan tawa terdengar dari ruangan samping tempatku ganti. Kemudian beberapa gadis lainnya mulai masuk ke dalam ruanganku dan menuju loker masing-masing untuk berganti pakaian.

Beberapa pasang mata melirikku, si murid baru. Aku tahu jika aku murid pindahan, tapi apa harus mereka menatap dengan penuh keingintahuan seperti itu. Apa mereka belum pernah bertemu murid pindahan?

Aku sedikit terganggu dan dengan cepat langsung beranjak keluar dari ruangan. Tatapan mereka membuatku tidak nyaman. Setelah keluar dari ruangan aku langsung berjalan menuju lapangan.

Pria tadi ternyata guru olahraga dan dia sudah berdiri di tengah lapangan dengan peluit di celah bibirnya. Beliau segera membunyikan peluitnya ketika melihat para siswa yang tidak segera datang tepat waktu di tempat yang sudah ditentukan.

"Oke!" serunya saat kami sudah mulai memasuki lapangan dan berbaris, "untuk memulai awal semester baru, kita akan masuk ke olahraga ringan, dan pilihan hari ini jatuh pada lari."

Beberapa anak tampak protes.

Aku hanya tersenyum karena aku menyukai olahraga ini. Rasanya sudah tidak sabar untuk mencoba berlari kembali.

"Bapak mau tahu. Kira-kira nilai kalian bisa lebih baik dari tahun kemarin atau tidak?"

"Pastinya bisa dong Pak. Kita juga bakal kalahin Bapak!" Seorang siswa berteriak dari belakang. Guru itu terkekeh, seringai sombong tersungging di wajahnya.

"Kalau gitu, siapapun yang bisa kalahin Bapak, dia bakal dapat hadiah. Tapi soal hadiah kita bicarakan nanti."

Decakan dan protestan terdengar mengudara yang malah membuat pria itu terkekeh.

"Are you ready guys? Siap! Mulai!"

Semua siswa termasuk guru olahraga kami pun mulai berlarian. Aku tidak menyangka Jika dia benar-benar menanggapi dengan serius celetukan para muridnya. Aku salut karena mereka bergerak dengan pasti seakan mereka memang tengah mengadakan turnamen. Beberapa anak tampak mencoba menyaingi kecepatan guru olahraga kami yang jika menurut pandangan orang awam kecepatan berlarinya sangat sulit untuk dikalahkan karena dia berlari bagai cheetah. Pak guru bahkan tidak melambatkan larinya sedikit pun.

Beberapa dari mereka tidak mempedulikan turnamen gadungan yang tiba-tiba diselenggarakan, mereka hanya berlarian kecil satu putaran.

Sebagian dari mereka langsung meninggalkan lapangan dan sebagiannya lagi tetap mengikuti turnamen. Mungkin mereka takut terlihat lepek dan bau karena keringat.

Aku menatap mereka sekilas dan semuanya tidak tampak terganggu dengan seragam yang diberikan oleh sekolah. Bahkan beberapa anak ada yang mengatakan jika mereka memodifikasi sendiri agar tampak menarik dan dapat menarik perhatian pria yang mereka sukai. Aku tidak tahu bagaimana caranya, tapi dari sepengelihatanku seragam atas mereka sedikit lebih kecil dan membentuk tubuh. Aku kira mereka tidak berani melakukan hal yang melanggar, tapi ternyata dugaanku salah. Dengan cepat aku memutuskan segera menghindar dan melanjutkan kembali acara berlariku.

Kini sudah lebih dari separuh para siswa berkumpul di pinggir tengah lapangan untuk beristirahat. Beberapa ada yang berteriak untuk memberi semangat pada guru olahraga kami dan beberapa ada yang ikut berteriak juga untuk temannya. Sedangkan sisanya hanya berteriak tanpa tujuan. Mereka benar-benar supportif yang aktif.

Satu persatu dari para siswa tampak kelelahan dan mereka memilih untuk menyelesaikan pertandingan tanpa akhir ini. Aku juga sudah merasa gerah tapi masih memiliki kekuatan lebih untuk berlari dan berjalan.

Aku menambah kecepatan ku lagi dan kini berhasil melewati satu lagi siswa yang berada di nomer tiga. Posisiku sekarang berada di nomor ke empat karena di nomor kedua diisi oleh siswa laki-laki yang sepertinya dia sangat ingin mengalahkan guru kami. Persaingan ini tampak sangat ketat. Aku dan anak di posisi ketiga masih berlari beriringan dan dia juga sepertinya tidak ingin kalah dariku. Aku berhasil mengalahkan dia tapi sedetik kemudian dia berhasil menyusulku. Stamina dan kekuatan yang dia miliki memang tidak main-main.

Aku melambatkan laju lariku. Sepertinya memprovokasi dia hanya akan menambah rasa lelahku. Aku masih mengikutinya dari belakang dan tidak berniat untuk mengalahkannya. Tuhan sepertinya berpihak padaku karena lima menit kemudian orang itu berhenti dan memutuskan untuk keluar dari lapangan. Aku tersenyum kecil. Dan aku kembali mempercepat lariku agar jarakku dengan peserta nomor dua dan pak guru tidak terlalu jauh.

Episodes
1 Luka
2 Mencoba Bangkit
3 Memulai Kisah Baru
4 Sekolah Baru
5 Turnamen
6 Kelas Pertama
7 Kenangan
8 Amarah Mama
9 Ancaman
10 Keheningan
11 Pak Aidan
12 Bimbo
13 Pingsan
14 Aretta Pingsan
15 Konselor
16 Pak Aidan
17 Bohong
18 Teguran
19 Ulangan Mendadak
20 Bercerita
21 Bakat Baru
22 Hari Pertama Bekerja
23 Hari Sibuk
24 Kisah Oma Dewi
25 Kedatangan Pak Dewa
26 Joging Malam
27 Rumah Pak Aidan
28 Amukan Mama
29 Teman Baru
30 UGD
31 Luka Serius
32 Perasaan Aidan
33 Kekhawatiran Aidan
34 Curiga
35 Menginap (Revisi)
36 Potret Aidan
37 Pulang
38 Pulang
39 Diusir dari Kelas
40 Reyes
41 Menggambar
42 Hari Sial
43 Makan Siang Bersama
44 Diguyur Hujan
45 Perubahan Gio
46 Rafa dan teman-teman
47 Ide dari Gio
48 Outing Class
49 Tentang Gio
50 Papa
51 Tangisan Pilu
52 Kebenaran yang Terungkap
53 Terlupakan
54 Rencana Masa Depan
55 Aretta versi Baru
56 Alasan Gio Marah
57 Pasangan dengan Pak Dewa
58 Toko yang Memburuk
59 Kisah Aidan
60 Badai
61 Investasi
62 Hanya Murid
63 Menginap
64 Dapat Rumah
65 Insting Aidan
66 Bertemu Ana
67 Bertemu Ana part 2
68 Bertamu
69 Menginap lagi
70 Renovasi tahap 1
71 Amukan di depan Gio
72 Aidan's Pov
73 Sadar dari Pingsan
74 Pulang
75 Kembali ke Rutinitas
76 Nasib Sial
77 Pencabulan (revisi)
78 Rutinitas Baru
79 Hadiah
80 Pertemuan dengan Pak Dewa
81 Awal Hari
82 Stalker
83 Surprise Party
84 Aidan's Pov
85 Tertangkap Basah
86 Aidan yang Perlahan Berubah
87 Psikopat Gila
88 Grand Opening
89 Confess
90 Penculikan
91 Aidan's Pov
92 Aidan's Pov
93 Disandera
94 Disandera 2
95 Aidan's Pov again
96 Jendela?
97 Pelecehan yang kesekian
98 Haruskah tetap pasrah
99 Masih mencoba bertahan hidup
100 Aidan's Pov again
101 Usaha untuk kabur
102 Aidan's Pov
103 Siksaan
104 Final
105 Special Episode 1
106 Special Episode Part 2
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Luka
2
Mencoba Bangkit
3
Memulai Kisah Baru
4
Sekolah Baru
5
Turnamen
6
Kelas Pertama
7
Kenangan
8
Amarah Mama
9
Ancaman
10
Keheningan
11
Pak Aidan
12
Bimbo
13
Pingsan
14
Aretta Pingsan
15
Konselor
16
Pak Aidan
17
Bohong
18
Teguran
19
Ulangan Mendadak
20
Bercerita
21
Bakat Baru
22
Hari Pertama Bekerja
23
Hari Sibuk
24
Kisah Oma Dewi
25
Kedatangan Pak Dewa
26
Joging Malam
27
Rumah Pak Aidan
28
Amukan Mama
29
Teman Baru
30
UGD
31
Luka Serius
32
Perasaan Aidan
33
Kekhawatiran Aidan
34
Curiga
35
Menginap (Revisi)
36
Potret Aidan
37
Pulang
38
Pulang
39
Diusir dari Kelas
40
Reyes
41
Menggambar
42
Hari Sial
43
Makan Siang Bersama
44
Diguyur Hujan
45
Perubahan Gio
46
Rafa dan teman-teman
47
Ide dari Gio
48
Outing Class
49
Tentang Gio
50
Papa
51
Tangisan Pilu
52
Kebenaran yang Terungkap
53
Terlupakan
54
Rencana Masa Depan
55
Aretta versi Baru
56
Alasan Gio Marah
57
Pasangan dengan Pak Dewa
58
Toko yang Memburuk
59
Kisah Aidan
60
Badai
61
Investasi
62
Hanya Murid
63
Menginap
64
Dapat Rumah
65
Insting Aidan
66
Bertemu Ana
67
Bertemu Ana part 2
68
Bertamu
69
Menginap lagi
70
Renovasi tahap 1
71
Amukan di depan Gio
72
Aidan's Pov
73
Sadar dari Pingsan
74
Pulang
75
Kembali ke Rutinitas
76
Nasib Sial
77
Pencabulan (revisi)
78
Rutinitas Baru
79
Hadiah
80
Pertemuan dengan Pak Dewa
81
Awal Hari
82
Stalker
83
Surprise Party
84
Aidan's Pov
85
Tertangkap Basah
86
Aidan yang Perlahan Berubah
87
Psikopat Gila
88
Grand Opening
89
Confess
90
Penculikan
91
Aidan's Pov
92
Aidan's Pov
93
Disandera
94
Disandera 2
95
Aidan's Pov again
96
Jendela?
97
Pelecehan yang kesekian
98
Haruskah tetap pasrah
99
Masih mencoba bertahan hidup
100
Aidan's Pov again
101
Usaha untuk kabur
102
Aidan's Pov
103
Siksaan
104
Final
105
Special Episode 1
106
Special Episode Part 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!