Aku melanjutkan perjalananku dan sedikit mengernyit ternyata sekolah tidak sejauh yang aku pikirkan. Tapi kenapa? Apa mungkin karena kemarin aku harus berputar terlebih dahulu makannya tampak jauh.
Kawasan baru benar-benar membuat rasa ingin tahu ku terpancing. Sepanjang jalan aku dapat melihat ruko-ruko yang berjejer rapi. Kawasan ini sepertinya tempat yang strategis untuk memulai membangun usaha. Ada restoran lokal, toko buku yang mengusung konsep vintage dan juga ada sebuah cafe di antara mereka. Di sebelahnya ada toko alat musik dan gedung paling ujung diisi minimarket.
Aku merasa sudah berada di tempat yang tepat. Mungkin kali ini aku bisa hidup dengan baik, layaknya manusia-manusia lain pada umumnya. Atau bahkan mungkin aku bisa memiliki teman.
Teman? Aku mencemooh pikiran naif ku. Memangnya siapa yang mau berteman dengan gadis yang tidak menarik sepertiku. Mama benar, sudah pasti tidak ada yang mau mendekatiku.
Saat aku melewati gang selanjutnya, aku sedikit bernafas lega karena aku mengenali jalanan ini. Dengan segera aku mempercepat langkahku karena tahu aku mungkin akan terlambat di hari pertamaku karena tersesat tadi.
Masih sambil berjalan cepat, tiba-tiba sebuah ide tercetus di kepalaku. Aku ingin melakukan hal yang tidak bisa aku lakukan di tempat tinggalku dulu. Aku ingin bekerja. Aku harus mendapat pekerjaan. Karena aku seorang penduduk baru pastinya reputasiku belum tercoreng dan aku bisa dengan nyaman bekerja tanpa harus mendengar desas-desus buruk tentangku.
Aku ingin berkuliah dan satu-satunya cara adalah aku harus menabung untuk mewujudkan itu. Aku ingin terbang lebih tinggi lagi dan keluar dari rumah. Ide yang baru saja terlintas itu membuat senyumku berkembang lagi. Dengan segera aku semakin mempercepat langkahku.
Banyak kenangan air yang kutemukan sepanjang perjalanan menuju sekolah. Aku menghindari dan sebisa mungkin menjauh agar tidak terkena cipratannya. Untungnya semua kendaraan yang lewat tidak ada yang iseng dengan mencipratkan air. Dulu aku sering mendapat serangan itu karena mereka jijik melihatku.
Akhirnya aku sampai di sekolah baruku. Aku masih berharap kehidupan sekolah Kali ini akan membawa banyak kenangan baik walaupun terlihat mustahil.
Aku mendekat ke arah pintu kaca di sana. Sepertinya ini pintu utama. Ada sebuah stiker besar bergambar bunga melati dan burung yang kuyakini sebagai maskot sekolah. Mungkin ini lambang dari sekolah ini. Aku menarik nafasku dalam-dalam seraya menutup mata untuk menenangkan tidak lupa aku juga berdoa untuk keselamatan hidupku di sekolah baru ini.
Kakiku melangkah menuju resepsionis.Di sana Aku melihat seorang wanita paruh baya bertumbuh gempal dengan kacamata yang menghiasi pangkal hidungnya. Dia tampak tersenyum melihatku dan memberiku isyarat untuk mendekat.
"Hallo! Selamat datang di SMA Meru! Ada yang bisa Ibu bantu sayang?"
Aku sedikit terkejut mendengar sambutan yang sangat hangat. Berbeda 180 derajat dengan sekolahanku dulu. Juga berbeda dengan sambutan Mama terhadapku. Sudah 17 tahun aku hidup dan aku juga sampai lupa kapan terakhir d kali mama memanggilku dengan nada selembut itu. Aku merasa senang dan sedih di saat bersamaan.
Aku sudah membuka mulutku untuk menjawab, tapi wanita itu sudah lebih dulu berbicara.
"Kamu pasti gugup? Apa kamu murid pindahannya? Aretta Elvani?" Dia bertanya sambil menyempitkan matanya. Tampak tidak yakin dengan dugaannya.
"Iya ibu. Saya Aretta," ucapku sambil tersenyum.
Wanita di depanku juga ikut tersenyum saat mengetahui jika dugaannya tidak meleset. Dia segera beranjak dari kursinya dan mengacak-ngacak tumpukan kertas di depannya.
"Ah hah!" ucapnya saat berhasil menemukan apa yang dia cari.
"Ini jadwal pelajaran kamu. Kamu tahu kan kalau kamu terlambat mengikuti jam pelajaran pertama. Tapi jangan khawatir karena memang di sini setiap murid pindahan akan diberikan penjelasan singkat di sini bersama saya sebelum bergabung menjadi bagian keluarga SMA Meru."
Aku mengangguk paham dan mataku langsung memindai jadwal pelajaranku untuk satu semester ke depan. Dengan cepat aku mulai membaca. Jam 1 (Matematika), jam 2 (Penjas), jam 3 (Geografi), jam 4 (Biologi), dan jam 5 (Bahasa Inggris).
"Seperti sekolah pada umumnya, waktu istirahat dibagi menjadi istirahat pertama pukul 09.20 sampai pukul 10.20, lalu istirahat makan siang dimulai pukul 11.40 sampai pukul 13.10. Siswa dan siswi SMA Meru dilarang berbelanja di luar area sekolah," katanya dan menatapku untuk meyakinkan jika aku paham dengan peraturan ini. Setelah aku menggangguk dia melanjutkan kembali kalimatnya, "Pak Andre sudah menunggu di ruangannya. Kamu cuma harus ketuk pintu dan menunggu beliau mempersilahkan kamu untuk masuk," ucap wanita itu sambil menunjuk ke sebuah pintu yang aku tidak sadar jika itu ada di sana.
"Terima kasih, bu," jawabku, sebelum berjalan ke arah pintu yang bertuliskan nama Andre Saputra. Dicetak dengan huruf kapital yang tebal.
Aku mengangkat tanganku dan mulai mengetuk pintu. Untuk sesaat hanya ada keheningan sebagai jeda. Dan kemudian sebuah suara terdengar dari dalam yang memerintahkan aku untuk masuk.
Aku mulai memasuki ruangan dan melihat seorang pria paruh baya dengan rambut yang memutih sebagian tengah duduk di meja kerjanya. Dia menatapku sejenak dan langsung mempersilahkanku untuk duduk di kursi yang terletak di seberangnya. Jarak kami hanya dibatasi oleh sebuah meja.
"Silakan duduk."
"Terima kasih, Pak," ucapku pelan.
"Saya tahu penyebab kamu pindah ke sekolah ini karena kasus bullying. Dan saya harap mulai sekarang kamu bisa hidup dengan baik dan juga dapat mengekspresikan diri kamu di sekolah ini, karena di sini kami tidak mentolerir kasus bullying dalam bentuk apapun."
Aku mengangguk mengerti. Aku juga berharap aku akan bisa hidup dengan bahagia. Aku ingin membuka lembaran baru dan hanya ingin mengisinya dengan kenangan-kenangan bahagia saja. Sudah cukup kemarin aku menderita.
"Harusnya ada orang yang temani kamu buat berkeliling. Tapi sayangnya dia sudah saya kirim ke kelas karena kamu datang terlambat. Mungkin ada hal yang tidak terduga jadi saya akan memaklumi. Hanya untuk hari ini saja, karena mulai besok kamu sudah harus mengikuti peraturan sekolah, dan setiap kesalahan yang kamu lakukan kamu harus terima jika mendapatkan sanksi," jelas Pak Andre.
Aku mengangguk paham.
"Ini ada peta sekolah buat kamu," ujarnya seraya menyodorkan sebuah kertas padaku, "dengan ini waktu kamu jadi lebih efisien buat temuin ruang kelasmu."
Aku menerimanya, "Terima kasih, Pak," ucapku cepat.
Aku mulai beranjak dari kursiku dan berjalan menuju pintu. Langkah kakiku lugas ketika melewati lorong ruang guru, namun saat sampai di koridor aku mulai gugup. Pikiranku berkecambuk.
Bagaimana jika mereka tidak menyukaiku? Atau bagaimana jika mereka menyukaiku tapi aku tidak tahu bagaimana caranya berteman. Selama ini aku tidak pernah memiliki satupun teman dan aku tidak tahu bagaimana rasanya. dan juga bagaimana caranya untuk berteman baik dengan seseorang?
Bukankah aku tampak bodoh jika seperti ini, tapi memang sepertu itulah kenyataan yang terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments