Bab 2. Malam Yang Mencekam

Rangga dan Rahendra lari ke luar rumah itu dengan membawa sandal jepit Raka.

"Cepat lari, Raka! Selamatkan diri!!" teriak Rangga.

Raka kemudian tersadar dan duduk di lantai, "Sialan lu! Sandal gue aja yang ditolongin, gue-nya malah di tinggalin. Benar-benar tidak setia kawin, eh.. Kawan maksudnya," gerutu Raka.

Ketika Raka menghadap ke kiri, arwah gadis menyeramkan itu ada di hadapannya, Raka pun berkata, "Eh nona kunti, nona kunti tidak pernah perawatan wajah ya? Kok wajahnya seperti itu."

Arwah itu kemudian menarik kerah baju bagian belakang Raka dan menyeretnya jauh dari pintu keluar.

"Emak! tolongin Raka Mak! Raka belum mau mati Mak! Skripsi aja belum kelar masa Raka mati duluan, terus nanti siapa yang akan mengerjakan skripsinya? Mak! tolongin Raka Mak!" teriak Raka.

Nona kunti itu terus menarik Raka sampai di tengah-tengah Ruangan— Raka tidak sadarkan diri. Nona kunti yang melihat Raka tidak sadarkan diri kemudian meninggalkan Raka di sana. Ketika dia baru beberapa langkah meninggalkan Raka, dia merasa ada sesuatu yang aneh dan dia pun melihat ke arah Raka, ternyata Raka sudah terbirit-birit keluar rumah.

"Hei! Tungguin gue!!" teriak Raka.

Raka berlari keluar rumah tanpa mengenakan alas kaki karena sandal jepitnya telah di bawa lari oleh Rangga dan Rahendra.

Rangga, Rahendra dan Raka kemudian berlari masuk ke dalam hutan, mereka duduk di bawah pohon besar. Mereka mencoba untuk bernafas dengan tenang dan menghilangkan rasa takut yang sedang mereka rasakan.

"Kalian ini, kenapa meninggalkanku di sana?" tanya Raka.

"Maaf, kami benar-benar takut tadi dan tidak tahu harus berbuat apa," ucap Rahendra.

"Alasan! Sekarang kembalikan sandal jepitku!"

"Sandal?"

"Iya, sandalku!"

"Sepertinya sandalmu terhempas di suatu tempat, hehe," ucap Rangga.

"Dasar!"

Ketika Rahendra menyenderkan tubuhnya di pohon itu, dia merasa ada sesuatu yang aneh, Rahendra melihat ke atas...

"Kawan! Lari!!!" teriak Rahendra.

"Lari? Emangnya ada apa?" tanya Raka.

Rangga dan Raka kemudian melihat ke atas, mereka pun terkejut melihat sosok menyeramkan itu ada di sana.

"Emak! Ada dia lagi, Mak!" seru Raka.

Rangga dan Raka kemudian berlari mengejar Rahendra, sosok itu pun mengikuti mereka. Mereka bertiga berpencar menjadi tiga untuk mengecoh sosok tersebut. Sosok itu kemudian mengikuti Raka, Rangga dan Rahendra merasa lega karena mereka tidak lagi di kejar.

"Aduuh! Mengapa dia mengikutiku!" gumam Raka.

Raka terus berlari dan kemudian dia bersembunyi di belakang pohon besar, dia sesekali melirik ke arah sosok yang ada di belakang pohon tersebut.

Beberapa menit kemudian, sosok itu pergi meninggalkan tempat Raka berada. Melihat sosok itu sudah tidak ada, Raka kemudian pergi menghampiri teman-temannya.

Tapi ketika Raka baru berjalan beberapa langkah, sosok itu tiba-tiba muncul kembali di hadapannya dan membuat Raka memutar balik arah dan berlari.

"Aduh, Nona kunti! Kumohon deh jangan terus mengejar gue! Nanti lu suka lagi sama gue," celetuk Raka.

Raka terus berlari.. Berlari dan berlari.. Dia kemudian bertemu dengan seorang warga di sana dan meminta bantuan orang tersebut untuk menolongnya mengusir sosok itu dari hadapannya.

"Pak tolong aku, pak! Aku di kejar-kejar sosok yang sangat menyeramkan di dalam hutan," ucap Raka dengan nafas yang terengah-engah.

Raka kemudian memegang tangan bapak itu dan dia merasakan ada yang aneh dengannya. Raka langsung melihat wajah bapak itu dan ternyata...

"Hahaha. Gue di jebak! kenapa Anda menyamar? Dasar nona kunti! Apa nona kunti sudah bosan dengan wajah nona sendiri? Huhu," Raka jatuh dan tidak sadarkan diri.

Rangga dan Rahendra mencari keberadaan Raka yang terpisah dengan mereka. Mereka mencari ke seluruh hutan, tapi tidak menemukan Raka. Mereka kemudian kembali ke rumah tersebut dan melihat sosok itu membawa Raka masuk ke dalam rumah.

"Habislah dia!" gumam Rangga.

"Lebih baik kita masuk ke sana dan menolong Raka," ucap Rahendra.

"Apa kau yakin?" tanya Rangga.

Rahendra menganggukkan kepalanya, "Seratus persen yakin!"

Rangga dan Rahendra masuk ke dalam rumah tersebut dan mencari ke seluruh ruangan. Ketika mereka berada di ruangan paling belakang, mereka melihat Raka tak sadarkan diri di sana. Rangga kemudian mengecek keadaan di luar untuk melihat apakah sosok tersebut berada di sana atau tidak. Setelah itu, mereka masuk ke dalam untuk menyadarkan Raka.

"Raka! Raka bangun!" ucap Rahendra.

Rangga mengeluarkan botol air minum dari dalam tasnya dan menuangkan air itu ke wajah Raka.

"Hujan! Hujan! Hujan!" teriak Raka.

"Hujan dari mana?"

"Huh! Aku kira hujan tadi," Raka duduk di Lantai.

"Ayo kita pergi dari sini," ajak Rangga.

Mereka kemudian pergi meninggalkan ruangan itu secara diam-diam. Ketika mereka berada di tengah-tengah ruangan, kucing hitam itu datang menghampiri mereka dan mengeong.

Grrrrrrrrrr.. Meooooooong...

"Gawat! Dia mengeong," ucap Raka.

"Lari! Lari!!" seru Rangga.

Mereka kemudian berlari menuju pintu utama, kucing itu terus mengeong sambil mengejar mereka bertiga. Setelah hampir dekat dengan pintu utama, tiba-tiba sosok menyeramkan itu berdiri di depan pintu.

"Masya Allah!" seru Raka.

"Matilah kita!" seru Rangga.

"Terus maju! Jangan hiraukan apa yang terlihat!" teriak Rahendra.

Rahendra kemudian berlari mendekati sosok yang berdiri di depan pintu, Rangga dan Raka pun mengikutinya dari belakang, ketika mereka semakin dekat dengan sosok itu.. Semakin dekat dan semakin dekat dengannya...

"Enyahlah kau!" teriak Rahendra.

Sosok itu pun menghilang dan mereka bertiga berhasil keluar dari rumah tersebut dengan selamat.

"Kemana dia pergi?" tanya Raka.

"Entahlah!" ucap Rangga.

"Lebih baik kita pergi dari sini dan melanjutkannya besok," ucap Rahendra.

"Hmm,"

Mereka meninggalkan rumah tersebut dan kembali ke rumah warga yang menghubungi mereka bertiga. Rahendra kemudian menceritakan apa yang sudah mereka alami di sana, Rahendra meminta orang itu untuk mengijinkan mereka tinggal di sana selama mereka melakukan ekspedisi. Orang itu mengijinkan mereka tinggal di rumahnya.

"Akhirnya aku bisa beristirahat,"

"Tadi itu benar-benar...," Rangga membaringkan tubuhnya di kasur.

"Jangan bahas hal itu lagi, sekarang lebih baik kita istirahat,"

"Hmm,"

"Oh iya. Aku belum mengerjakan tugas yang diberikan dosen," Rangga membuka tasnya.

"Iya benar, mana besok harus di kumpulkan lagi,"

"Ya sudah kita kerjakan tugasnya malam ini,"

"Hmm. Malasnya aku!"

Mereka bertiga kemudian membuka ponsel dan melihat tugas kuliah yang sudah mereka foto untuk dikerjakan setelah melakukan ekspedisi.

Pukul dua belas malam...

Tiba-tiba lampu di kamar mereka hidup-mati dengan sendirinya, angin pun berhembus dengan sangat kencang hingga membuat suasana menjadi sangat mencekam.

"Ada apa ini?" Raka bertanya-tanya.

"Mungkin dia mengejar kita sampai ke sini," ucap Rangga.

Ketika mereka beranjak dari tempat tidur dan berdiri di tengah-tengah ruangan. Jendela kamar itu kemudian terbuka karena hembusan angin yang sangat kencang dan....

Aaa! Allahu Akbaaaar!!

Terpopuler

Comments

chaa_07

chaa_07

di bilang serem ya serem namanya cerita horor
tapi klo lihat kekonyolan Raka ya lucu juga

2023-06-21

1

Risty Hamzah

Risty Hamzah

Ampuuuuunnn dj ah itu Mbak Kun Kenapa s raka mulu ya yg d buntutin Naksir kali itu s Kun kun🤣🤣🤣🤣

2023-06-20

1

Rahma Syafneta

Rahma Syafneta

ada seremnya.. ada lucunya🤣

2023-06-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!