Mario rapat bersama Inara juga Anjar. Beberapa proyek terlepas karena kesalahan yang di lakukan Anjar. Dan hal itu membuat pemilik perusahaan murka.
Inara berdiri di samping tempat duduk Anjar.
"Kau dengar apa yang dikatakan CEO yang baru itu? Dia sebut kita tidak profesional? Siapa dia? Dia CEO baru dan belum mengenal kinerja kita. Tapi dia sudah seenaknya saja mengatakan jika kita tidak profesional!" Inara kesal dan melampiaskan nya saat itu juga.
"Semua ini salahmu! Kau hamil dan itu membuat pikiranku kacau!" Anjar berdecak dan menyalahkan Inara.
"Apa kau bilang! Mas Anjar, kau menyalahkan aku! Kau yang membuat aku hamil. Dan ini kesalahan kita berdua. Kau tidak menggunakan pengaman hingga membuat aku hamil," Inara tidak terima disalahkan oleh suaminya.
"Kepalaku pusing. Masalah kantor, kau hamil!" Anjar memegang kepalanya yang terasa akan pecah.
"Ck, Kenapa aku termakan rayuannya? Aku telah mengkhianati cinta Ronan. Sudahlah! Yang sudah terjadi, tidak bisa aku sesali. Aku harus profesional mulai sekarang," Inara berbicara sendiri dan menoleh pada Anjar yang tertunduk sambil memainkan pulpennya.
Keningnya nampak berkerut seakan dia memikirkan hal yang sangat berat.
.
Lusi duduk termenung memikirkan masalah sahabat nya. Dia memang sangat sayang dan peduli pada Yumna. Saat tahu Yumna sedang dalam masalah, maka diapun menjadi tidak tenang.
Jika dia tidak membeli rumah maka dia pasti bisa menolong Yumna, itu yang Lusi pikirkan saat ini.
"Andai saja aku masih punya simpanan uang, aku pasti bisa memberikan Yumna pinjaman. Dia butuh bantuan. Aku harus melakukan sesuatu untuk membantunya,"
Lusi termenung didalam kamarnya dan dia tiba-tiba mendapat telepon dari seseorang.
"Halo....."
"Masih ingat aku?"
"Siapa ya?"
"Pengagum rahasia sahabat mu saat kuliah...."
"Hai! Mario!" Lusi langsung bisa menebaknya. Mario sering curhat padanya jika dia menyukai Yumna, namun rasa itu dia pendam dan tidak pernah dia ungkapkan hingga saat ini.
"Tepat sekali!"
"Kau dimana?"
"Kau ada waktu? Bisa bertemu di kafe Raflesia?"
"Tentu...."
Lusi langsung tersenyum dan menarik nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan. Aku tahu jalan keluarnya. Kalau tidak salah, Mario sudah menjadi pengusaha sukses saat ini.
Astaga! Aku bahkan tidak berani menelponnya ketika aku tahu dia sudah menjadi pengusaha yang sangat sukses.
Mario sudah duduk dan ditemani Yumna, sang pemilik kafe, ketika sahabatnya datang.
"Yumna...kau..."
"Aku tidak sengaja datang kemari, dan aku sangat kaget saat tahu jika Yumna adalah pemilik kafe ini,"
Pertemuan mereka benar-benar seperti mengulang kenangan ketika muda dua puluh tahun yang lalu. Sejenak, mereka bernostalgia dan teringat akan masa-masa indah ketika kuliah dulu.
.
Satu Minggu kemudian,
Anjar melakukan sebuah kesalahan fatal dalam bisnisnya, diapun di pecat saat itu juga.
"Aku dipecat? Dua puluh tahun aku bekerja di perusahaan ini. Aku dedikasikan segalanya demi perusahaan ini, dan sekarang saat aku membuat satu kesalahan, aku dipecat?"
Inara memegang berkas di tangannya dengan lemas.
"Apa? Kau dipecat?"
Bagaikan disambar petir mendengar jika suaminya di pesat dari perusahaan. Aku sedang hamil, tadi dia malah dipecat?
"Ya. Aku dipecat. Dan semua itu karena dirimu!"
.
Inara kesal dan menaruh berkas dengan kasar di atas meja. Anjar menarik nafas cepat dan menghembuskannya dengan kasar. Anjar lalu keluar untuk menemui CEO itu secara pribadi.
"Kau melakukan kesalahan fatal. Perusahaan rugi hingga ratusan milyar. Jika aku hanya memecatmu harusnya kau bersyukur. Karena aku tidak memenjarakan dirimu. Dan semua itu karena aku memikirkan jasamu selama bekerja disini,"
"Jasa? Kau tahu aku lebih dari dua puluh tahun bekerja disini. Dari perusahaan ini berdiri, aku berjuang dan jerih payahku tidak di hargai,"
"Pak Anjar, perusahaan membutuhkan para pegawai dengan loyalitas tinggi dan beberapa pekan ini anda membuat banyak kesalahan,"
"Baiklah, kau memecatku? Aku punya pengalaman dan pengetahuan yang luas, aku pasti akan mendapatkan pekerjaan lagi! Dan kau! Akan menyesali keputusan mu!"
Anjar menatap dengan penuh kemarahan, rahangnya menguat sangat keras hingga ototnya terlihat. Tapi Mario hanya tersenyum kecil dan menatap dengan teduh, sama sekali dia tidak terpancing kemarahan. Mario melihat punggung Anjar yang berlalu dari ruangannya.
"Jadi dia suaminya Yumna?" Sambil berkata dia hanya tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya.
.
Di luar kantor, Anjar berpapasan dengan Yumna. Yumna terkejut begitu juga Anjar. Mereka berjalan semakin dekat dengan mata tetap saling bertatapan. Kaki melangkah dan mata tidak berkedip.
Apa yang Yumna lakukan di perusahaan ku? batin Anjar.
Apakah aku pergi ke perusahaan yang salah? Aku pergi karena dia ingin membeli pabrik itu.
Ketika dekat, mereka berdua berhenti dan saling berdiri berhadapan. Wajah angkuh Anjar menatap sinis padanya.
"Kau pasti sedang kesusahan, hingga kau akan menemuiku. Kau akan meminta bantuan dariku, bukan?"
"Tidak. Kita sudah tidak ada hubungan sama sekali. Jadi aku tidak perlu menjawab pertanyaan mu,"
"Kau sombong sekali!"
"Terserah apa pendapatmu...."
Yumna segera berlalu dan tidak mau membuat keributan di tempat umum dengan mantan suaminya.
Sementara Anjar menatapnya dengan penuh kemarahan karena merasa jika mantan istrinya itu sombong menurutnya. Sombong dan keras kepala.
.
Apakah ini ruangannya? batin Yumna. Aku akan mengetuknya. Semoga aku tidak salah ruangan. Yumna membaca sebuah kertas yang di kirimkan ke rumahnya sekali lagi dan mengangguk pelan setelah memastikan nya.
"Masuk!"
Suara dari dalam terdengar tidak asing di telinga Yumna. Yumna merasa sangat mengenal suara itu.
CEO sudah lama menunggu kedatangan Yumna. Dan saat dia membalikkan kursinya, Yumna sangat terkejut.
CEO tersenyum seakan sudah tahu siapa yang datang menemuinya.
Yumna terperangah dan mulutnya terbuka, matanya melebar dan dia terpaku di pintu.
"Silahkan masuk!"
"Kau!?"
Yumna masih berdiri tak percaya jika orang yang akan dia temui dan membeli pabriknya adalah temannya saat kuliah dulu. Dia Mario, pria yang belum lama datang ke kafenya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments