Bab 5 Dasar Pembawa Petaka

"APA? Bryan dipecat?" tanya bu Siska yang ternyata menguping pembicaraan Bryan dan Zakia dari tadi. 

"Iya, Ma. Aku dan beberapa karyawan lainnya terpaksa dirumahkan karena kondisi perusahaan yang saat ini sedang memburuk. Ada enam karyawan yang harus dirumahkan karena perusahaan tidak sanggup menopang gaji para karyawan di saat kondisi yang seperti ini, Ma," jawab Bryan. 

Namun penjelasannya itu sama sekali tidak berguna bagi bu Siska, karena Bryan dipecat berarti tidak ada lagi pemasukan yang akan diberikan oleh Bryan kepadanya. Tentu nantinya mereka hanya akan bisa merepotkan dirinya saja di rumah itu.

"Mama tidak peduli berapa banyak karyawan yang dipecat dari perusahaan itu, Yang pasti sekarang kau tidak punya pekerjaan dan itu berarti kau tidak bisa memberikan uang kepada mama untuk memenuhi kebutuhan di rumah ini. Dasar payah! Ini pasti karma buruk dari nasib istrimu itu lagi!  Untuk kesekian kalinya dia membawa petaka bagi kehidupan di rumah ini," maki Bu Siska.

"Jangan berkata seperti itu, Ma! Zakia sama sekali tidak ada hubungannya dengan aku dipecat dari perusahaan hari ini. Aku dipecat murni Karena perusahaan ingin mengurangi jumlah karyawan, karena tidak sanggup untuk membayar gajinya. Aku janji akan segera mencari pekerjaan lain untuk bisa memberikan uang kepada mama," janji Bryan dengan sungguh-sungguh.

"Jangan selalu membela istrimu yang pembawa sial itu Bryan. Sudah dari dulu mama katakan kalau wanita ini akan membawa nasib buruk bagi keluarga kita, tapi kau masih keras kepala ingin mempertahankan hubungan dengannya. Padahal masih banyak wanita lain yang ingin menjadi pendamping hidupmu, mama bisa mencarikan wanita yang seratus kali lebih baik daripada si pembawa petaka ini," ucap Bu Siska lagi.

Ia tidak memperdulikan bahwa saat ini Zakia sedang terguncang karena perkataannya itu. Masalah yang menimpa keluarga mereka hari ini semuanya dilampiaskan dan dikatakan karena nasib buruk Zakia, padahal Zakia sama sekali tidak pernah menginginkan hal itu terjadi kepada keluarganya, apalagi yang dipecat itu adalah suaminya.

Setiap hari Zakia berdoa agar rezeki mereka selalu dimudahkan oleh Yang Maha Kuasa, Zakia tidak pernah lupa untuk selalu mengingat sang pemilik alam ini untuk meminta hal yang terbaik bagi keluarganya. Tapi sekarang dengan tega ibu mertuanya menuduhnya sebagai pembawa petaka.

"Aku mohon jangan berkata seperti itu lagi kepada Zakia, Ma! Semua ini adalah salahku karena aku tidak becus dalam mengurus keluarga terutama istri dan juga ibuku. Aku lah pembawa sial yang sesungguhnya bukan Zakia, Ma!" Bryan ikut meratapi betapa malang nasibnya.

"Kalian berdua sama saja sama-sama pembawa sial dan juga petaka bagi kehidupanku. Seandainya saja dulu aku tidak pernah merestui hubungan kalian, maka kejadian buruk seperti ini tidak akan pernah terjadi," sesal Bu Siska.

"Maafkan aku, Ma! Aku berjanji mulai besok aku akan mencari pekerjaan lain, walaupun pekerjaanku nantinya tidak sebagus di perusahaan, tapi aku berjanji akan memberikan uang kepada Mama!" janji Bryan. 

"Mau mencari pekerjaan apa kau, Bryan?Menjadi kuli panggung atau pedagang di pinggir jalan? Jangan membuatku malu dengan melakukan pekerjaan seperti itu, karena nanti harga diri keluarga ini akan tercoreng gara-gara ulahmu itu," kecam Bu Siska.

"Ini hanya untuk sementara saja, Ma. Setelah itu aku akan mencari pekerjaan di perusahaan yang lain, tapi sebelum aku mendapatkan pekerjaan yang layak, maka aku akan mencari pekerjaan yang bisa menghasilkan uang sekalipun itu harus sebagai kuli. Yang penting aku bisa mencukupi kebutuhan di rumah ini," jawab Bryan dengan tulus.

Tapi ucapannya itu semakin membuat bu Siska marah, karena pekerjaan rendah seperti itu menurutnya akan mencoreng nama baik keluarganya dan juga nama baiknya di depan teman-temannya nanti.

"Tidak bisa, Bryan! Kau tidak boleh mencari pekerjaan seperti itu, Mama tidak akan mengizinkanmu menjadi kuli. Apa kata tetangga dan juga teman-teman sosialita mama nantinya jika mengetahui keluarga Handoyo menjadi kuli panggung," sahut Bu Siska dengan tatapan kebencian pada Zakia dan Bryan.

"Aku mohon, Ma! Tidak ada cara lain saat ini untuk mendapatkan uang, apalagi kondisi keuangan keluarga kita sedang tidak baik. Apa salahnya dengan pekerjaan itu, Ma? Yang penting pekerjaan itu halal dan aku tidak mendapatkan uang dengan cara mencuri," ucap Bryan.

"Justru lebih baik dengan cara mencuri, karena pencuri tidak akan diketahui oleh orang lain identitasnya, tapi jika kau menjadi kuli secara terang-terangan maka dengan terang-terangan pula orang akan menghujat keluarga ini. Apa kata dunia? Apa kata tetangga jika seorang Siska mempunyai anak yang bekerja sebagai kuli?" tanya Bu Siska.

Bryan tidak tahu harus berkata apa lagi, ia sangat frustasi saat ini karena keadaannya yang sedang terpuruk. Sementara ibu kandungnya sendiri bukannya mendukungnya untuk bangkit dari keterpurukan itu, tapi ibunya justru ingin menjerumuskannya dan tidak mau memperdulikan rasa frustasinya saat ini.

"Maaa!"

"Stop! Jangan berkata apapun lagi yang akan membuatku semakin marah, Bryan. Selama kau masih mempertahankan istri sialmu ini, maka kehidupan kita akan terus seperti ini. Aku berikan kau kesempatan dua hari untuk mencari pekerjaan yang layak, jika tidak maka kalian tidak berhak lagi tinggal di rumah ini. Dan selama dua hari ke depan, tidak ada jatah makanan untuk kalian!" putus Bu Siska.

Perut Bryan yang sedari tadi demo minta diisi menjadi kenyang seketika mendengar perkataan ibunya itu.

"Tapi, Ma. Bukankah aku sudah memberikan uang seminggu yang lalu untuk jatah makan kami selama sebulan ini?" Bryan memberanikan diri untuk bertanya. 

Bryan tidak memikirkan dirinya sendiri, mau makan atau tidak saat ini ia tidak peduli, akan tetapi ia tidak mungkin membiarkan istrinya mati kelaparan di rumahnya sendiri. 

"Ya! Kau memang memberikan uang seminggu yang lalu, tapi uang itu dianggap sebagai bayaran makan kalian bulan yang lalu. Listrik dan juga kebutuhan lainnya sudah di bayar dengan uang itu, jadi tidak ada lagi yang tersisa sekarang. Tidak ada uang, maka tidak ada jatah makan!" jawab Bu Siska.

"Setidaknya biarkan Zakia makan, Ma. Lagi pula Zakia yang sudah memasak makanan itu, berarti Zakia juga berhak untuk menikmatinya," ucap Bryan lagi.

"Mas..!! Tidak apa-apa, Mas. Aku juga masih belum lapar." Zakia sangat kasihan kepada suaminya yang bahkan sampai memohon agar mertuanya memberi ia makanan. 

Sekalipun bu Siska memberi jatah makan kepadanya, maka Zakia tidak akan pernah bisa memakan makanan itu sendiri dengan perut suaminya yang kelaparan.

"Baguslah kalau begitu. Jadi makanan di rumah ini bisa dihemat. Tidak ada yang tahu kapan Bryan akan mendapatkan pekerjaan, dan selama Bryan belum bisa mendapatkan pekerjaan dan juga memberikan uang maka tidak ada makanan untuk kalian," putus Bu Siska.

Bryan dan Zakia hanya bisa pasrah dengan keadaan mereka.

"Heii kau!"

Bersambung.

Terpopuler

Comments

d2h_verluthver

d2h_verluthver

Bu Siska sukses bikin aku darah tinggi Thor😤😤😤.. sebel ah sama Bu Siska.

2023-03-29

1

Laila Rifah

Laila Rifah

lemes banget sih Bu Siska ini 🥺

2023-03-29

1

evita vita

evita vita

ngontrak aja berdua biar g ada yg menganggu

2023-03-19

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 45 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!