Bab 4 Dipecat

"Baiklah! Berdasarkan keputusan setelah meeting tadi, dengan terpaksa kami akan merumahkan 2 karyawan wanita, dan 4 karyawan pria yaitu, bu Mira, bu Sandra, pak Arif, pak Danang, dan pak Bryan!" ucap pak Ranendra sambil menutup meeting pagi itu.

Bagai diterpa badai topan di tenangnya alam, bagai dahaga yang semakin kering tanpa siraman air, Bryan lunglai seketika. Air matanya tidak bisa dibendung lagi. Bryan meratapi berapa malangnya dirinya, apalagi jika nanti ibunya tau kalau dia sudah dipecat, pasti masalah mereka akan semakin besar.

Saat Bryan masih bekerja saja, bu Siska dengan tega selalu menghina Bryan dan Zakia, apalagi nanti bu Siska tau kala Bryan di pecat dari perusahaan, entah petaka apa yang akan terjadi nantinya.

Bryan tidak tau harus berbuat apalagi, pulang ke rumah, sudah pasti dirinya akan dihina habis-habisan oleh ibunya nanti. Tapi jika ia tidak pulang, bagaimana dengan nasib Zakia? Saat ini pasti Zakia sedang menunggu dirinya.

Dengan mengesampingkan semua beban pikirannya, Bryan memutuskan untuk pulang. Bagaimanapun juga ia tidak bisa menghindar dari masalah. Sebaik apapun ia menyembunyikan semuanya, pasti nanti akan terungkap juga. Bryan memilih untuk menghadapi masalah yang akan terjadi itu dengan hati yang lapang. Bryan segera mengambil motornya lalu meninggalkan kantor tempat ia mencari nafkah selama ini.

*****

Lima belas menit kemudian, Bryan sudah sampai di halaman rumah mereka. Terbesit keraguan dihati Bryan saat akan melangkah kerumah, terbayang apa yang akan terjadi nantinya. Namun rasa ragu itu segera ia tepis, karena saat ini Bryan sedang butuh seseorang untuk mencurahkan segala kegundahan hatinya.

Firasat Bryan benar, baru saja ia melangkah masuk ke rumah, wajah kusut dan masam ibunya meliriknya dengan sinis, seolah Bryan adalah pengemis yang meminta sumbangan dengan paksa.

"Kok sudah pulang Bryan? Bagaimana dengan meeting di kantor? Kau tidak dipecat, bukan?" todong bu Siska saat Bryan baru saja sampai di rumah.

Bryan hanya diam, ia belum bisa menjawab pertanyaan ibunya itu. Apalagi saat ini rasa haus dan lapar tengah menghampiri dirinya.

"Mas udah pulang? Sebentar aku ambilkan air minum ya, Mas!" ucap Zakia sambil mengambil jas kerja Bryan.

Bu Siska mencibir kepada anak dan menantunya itu.

Tidak lama kemudian, Zakia sudah datang dengan segelas air putih dan memberikannya pada Bryan. Bryan segera menenggak habis tak bersisa minum itu, walaupun hanya air putih tapi setidaknya dahaganya sudah hilang.

"Kalau sudah selesai beramah tamahnya, sekarang cepat siapkan makan siang!" titah bu Siska pada Zakia.

"Baik, Ma" jawab Zakia patuh.

Setelah itu Zakia langsung menuju dapur, Bryan tidak bisa mencegah istrinya itu, karena sekarang ia sudah tidak punya saya apa-apa untuk membela Zakia. Jika ia salah bicara, yang ada nanti ibunya malah semakin marah.

"Kalau begitu aku pamit ke kamar dulu bersih-bersih, Ma," pamit Bryan.

"Terserah kau saja, Bryan. Lagipula tidak ada gunanya bicara denganmu, pertanyaanku saja hanya kau acuhkan," sahut bu Siska.

"Nanti aku akan ceritakan semuanya, Ma" ucap Bryan lagi. 

Namun bu Siska tidak peduli sama sekali. Bryan segera menuju kamarnya untuk bersih-bersih dan mengganti pakaian kerja yang hari ini harus dimuseumkan untuk waktu yang belum ditentukan. Bryan juga butuh siraman air dingin untuk menenangkan pikirannya.

*****

"Ayo kita makan dulu, Mas!" ajak Zakia pada Bryan yang tengah berbaring setelah mandi.

Zakia bisa merasakan bahwa suaminya itu sedang mengalami masalah.

"Ada apa, Mas? Kenapa mas terlihat sangat murung? Apa ada masalah di kantor?" tanya Zakia.

Bryan mengangguk dan menatap istrinya itu dengan netra yang sudah berkaca-kaca. 

"Coba ceritakan, Mas!" pinta Zakia.

"Ini masalah yang aku katakan tadi pagi, Dek" ucap Bryan.

"Masalah meeting di kantor, Mas?" tanya Zakia.

Lagi-lagi Bryan mengangguk.

"Coba ceritakan semuanya, Mas. Siapa tau nanti perasaan mas sedikit lega!" Zakia berkata dengan lembut.

"Maafkan aku, Dek! Karena aku belum bisa memberikan kebahagiaan untukmu sampai saat ini. Hanya penderitaan setiap hari yang kau rasakan di rumah ini," ucap Bryan.

Zakia semakin yakin kalau Bryan sedang ada dalam masalah besar. Apalagi tadi pagi Bryan mengatakan ada meeting dadakan di kantor.

"Kenapa mas berkata seperti itu? Aku akan selalu ada untuk, Mas. Aku adalah istrimu, Mas. Suka dan duka akan aku jalani asalkan mas selalu ada untukku. Jangan berkata seolah aku ini orang asing, Mas," sahut Zakia.

"Kau adalah istri yang sangat baik, Dek. Aku ini adalah suami yang paling payah di dunia ini. Aku adalah suami yang tidak bisa membahagiakan istrinya. Padahal aku sudah berjanji tidak akan pernah memberikan duka padamu, tapi aku tidak bisa memenuhi janji itu. Aku payah!" rutuk Bryan pada dirinya. 

Air matanya semakin tidak bisa dikendalikan, luruh sudah pertahanan Bryan. Zakia yang masih belum menemukan jawaban untuk semua kata-kata Bryan, semakin bingung.

"Mas..."

"Aku ini adalah laki-laki yang paling jahat, aku sudah memberikan duka yang tiada akhir dalam hidupmu. Seandainya dulu kau tidak memilihku sebagai imammu, mungkin hidupmu sekarang sudah bahagia, Dek." Bryan masih saja menyalahkan takdir yang tidak berpihak pada dirinya. 

"Tolong jangan berkata seperti itu, Mas. Aku memilih mas sebagai suami dan imamku, karena aku murni mencintai mas lahir dan batin. Tidak ada yang bisa menghalangi takdir kita untuk berjodoh, Mas. Karena Tuhan lah yang mengatur setiap pertemuan hambaNya. Mas jangan memungkiri takdir, itu tidak baik, Mas!" Zakia berusaha menenangkan suaminya yang sudah hampir kehilangan batas dalam berucap.

"Tapi mas tidak pernah memberikan kebahagiaan padamu, Dek. Kenapa kau masih ingin hidup denganku?" tanya Bryan.

"Karena mas adalah jodoh yang dipilih Tuhan untukku. Aku akan selalu ada untuk mas selama kita ditakdirkan untuk terus bersama oleh sang pemilik semesta ini," jawab Zakia dengan jujur dan tulus.

"Mas sangat bersyukur karena sudah di anugerahi istri seperti dirimu, Dek. Kau selalu ada disaat mas terpuruk dan butuh sandaran untuk berkeluh kesah," ucap Bryan.

"Itu pasti, Mas. Apapun masalah yang sedang mas hadapi, ceritakan semuanya. Aku akan mendengarkan semuanya, Mas!" Zakia mencoba membuat Bryan bercerita.

"Seperti yang mas katakan tadi, hari ini di adakan meeting dadakan oleh CEO perusahaan yang datang dari perusahaan pusat. Karena kondisi perusahaan yang sedang krisis, jadi perusahaan mengadakan pembersihan," terang Bryan.

"Pembersihan apa itu, Mas?" tanya Zakia.

"Semuanya, Dek. Mulai dari pemeriksaan bisnis, sampai ke kinerja para karyawan selama ini," jawab Bryan.

"Lalu apa yang terjadi setelah itu, Mas? tanya Zakia. Leo tampak menghela nafas berat.

"Mas.. Mas dipecat, Dek!"

"APA? DIPECAT?"

Bersambung

Terpopuler

Comments

Laila Rifah

Laila Rifah

salah Bryan sama kamu apa Bu Bu

2023-03-13

1

Indri Etez

Indri Etez

ya ampun,, begini amat ya bu Siska, kayak ke anak turi saja, padahal Brian anak kandungnya loh, hanya dia kurang dalam ekonomi saja sudah diperlakukan seperti itu

2023-03-11

2

Rishty Khoirunnisa

Rishty Khoirunnisa

oke. mas juga akan di pecat jadi suami aku. 🤣

2023-03-07

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 45 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!