Diana terpana mendengar ucapan suaminya.Seperti tersentak dari mimpi-mimpi semu yang telah dibangunnya.Berkali-kali mengucapkan istighfar dalam hati. Untuk kesekian kalinya kembali menatap wajah Adnan.Mengharapkan sedikit rasa peduli dari pria yang sudah dua tahun menikahinya itu.
"Mas..? Maksudmu apa..?"
Namun lagi-lagi Diana terpaku dan kecewa . Batinnya meratap saat melihat Adnan yang hanya memberikan respon datar padanya.
Diana terisak menahan sesak di dada. Hatinya bertanya-tanya tentang sikap suaminya.Tidak bisakah dia memahami bahwa istrinya membutuhkan pembelaan dan perlindungan darinya?
Wanita berwajah tirus itu merasa semakin terpuruk.Dia menelan ludah yang terasa pahit di kerongkongannya yang kering.
Diana kembali menghela nafas. Merasa sendiri dan terasing.
Marlena masih menatap dan mempelajari Diana dengan seksama.Tersungging senyum sinis di bibirnya.Diana mencoba tidak peduli. Namun tak urung hatinya terusik saat menyadari hampir semua pasang mata menatap padanya.Kecuali Adnan yang masih dengan posisi yang sama seperti dia datang.
Diana mengumpulkan semua keberanian dan berusaha untuk tetap tenang .Walau merasakan seperti bom yang akan meledak di dadanya.Dia mengedarkan pandangan kepada semua yang hadir danmulai terbakar.
"Mengapa melakukan ini padaku ?" Tanyanya putus asa.
Marlena mendecih.Wajahnya menjadi tidak sabaran. Dia meluruskan tatapannya tepat di muka Diana.
"Kau sendiri tahu alasannya.Di luar semua ini , kami tidak menyukaimu "
"Lalu mengapa Adnan menikahiku ?" Tanyanya pilu.
"Haruskah aku menerangkan kekeliruan kami tentangmu ? Ah..sudahlah .Sebaiknya jangan bicara apa-apa lagi.Kamu hanya akan membuat dirimu semakin tersakiti!" Kata wanita berusia lima puluhan itu. Sementara suami dan anak-anaknya yang lain hanya memberi muka bosan.
Diana sekali lagi menoleh kepada Adnan.Air mata sudah mengotori mukanya.Bahkan melupakan rasa mual yang biasanya sering mengganggunya.Diana merintih dalam hati mengingat makhluk mungil yang berdiam di rahimnya.Diana menatap tajam tepat di manik Adnan.
"Apakah tidak ada sedikitpun pembelaanmu untukku mas Adnan ?Apakah hanya begini kau menghargaiku sebagai istrimu ?" Ratapnya lirih.
"Diana..maafkan aku..Kuharap kamu memahami situasinya.Aku harus melakukan ini.Maafkan kami..Maafkan aku !"
"Aku tidak akan memaafkan..!! Kalian melukaiku, kalian membuangku.Lalu kamu suruh aku memahami situasi .Kau kira aku apa ?Sampai kapanpun aku tidak akan memahaminya.Satu yang ku tahu.Kamu dan keluargamu adalah manusia-manusia kejam dan egois.." Teriak Diana histeris
"Diana..cukup !!" Bentak Adnan.
"Mengapa aku tidak boleh bersuara ?" Balasnya.
"Diana..Please aku mohon kelapangan hatimu. "
"Kau bajingan..! Demi Tuhan..Aku muak dengan kalian "
"Hei jaga mulutmu sialan.Kau kira kau siapa untuk berbicara seperti itu .." Tiba-tiba Dara ikut membentak. Gadis cantik tapi berjiwa busuk itu memanfaatkan kesempatan itu untuk menunjukan ketidaksukaannya pada wanita yang tidak pernah dianggap sebagai menantu keluarga mereka.
Diana tiba-tiba tertawa histeris menahan marah.Matanya sudah tidak sanggup lagi menampung genangan air mata.Dia menatap dingin pada Dara.. Adnan berusaha dengan meredakan kemarahan Diana yang mulai berkobar .
"Kau…" Tangannya menunjuk tepat pada dara. "Kau akan mengalami hal yang lebih sakit dariku sekarang.Bisanya kau yang masih jauh di bawahku mengeluarkan kata-kata itu.Kau bahkan belum pernah merasakan harga dirimu diinjak dan rumah tanggamu dihancurkan.."
"Hei jangan kau mengutuk di sini.." Lengking Marlena.
"Diam.!! Anda bahkan tidak lebih dari tirani yang tak punya hati " Balas Diana.
Semua yang hadir mulai gusar .Karena mereka belum pernah melihat Diana seperti ini sebelumnya.Ada sedikit ragu dan takut menyelinap di hati mereka.
"Kamu benar-benar tidak sopan.Apa begini cara orang tua angkatmu mendidikmu ?Benar, benar tak terkendali"
Djaelani yang dari tadi hanya diam menyaksikan semua di depan matanya tiba-tiba berdiri. Mertua laki-lakinya itu meperlakukannya seperti pesakitan.Diana semakin kalap
"Jangan bawa-bawa orang tuaku.Mereka adalah orang yang jauh lebih berotak dari kalian.." Serangnya.
"Adnan ..! Hentikan wanita ini.! Dia mulai gila..!" Perintah Marlena.
Adnan hanya diam.Tangannya berusaha meraih Diana.Namun wanita yang masih berstatus istrinya itu menepis segera. Tiba-tiba dia berhenti .Matanya nanar menatap Adnan.
Wanita berwajah tirus itu merasa semakin terpuruk.Dia menelan ludah yang terasa pahit di kerongkongannya yang kering.
Diana meringis pedih.Perasaan terhina dan direndahkan tidak bisa ditutupi lagi.
Kemudian menyadari betapa bodohnya dia selama ini. Dia bahkan seharusnya tidak terlalu bersemangat untuk menerima undangan dari Marlena ibu mertuanya. Meakipun wanita itu bahkan enggan menyapa selama pernikahannya dengan Adnan .Diana menyesali diri sendiri.Mengapa dia menaruh rasa curiga atas kebaikan yang tiba-tiba ini.?
Sesungguhnya, perasaan tidak nyaman dan terintimidasi itu sudah dia rasakan sebelum melangkah memasuki ruangan ini.
Diana merasa dikucilkan.Apalagi ketika tidak sengaja mendengar percakapan mereka tadi yang memojokkannnya.
Perasaan itu semakin terasa ketika melihat beberapa orang termasuk Adnan sudah duduk di sana .Di seberang Adnan ada mertua laki-laki dan perempuannya. Dan di sudut masing-masing ada kakak dan adik Adnan.Nero dan Dara. Tidak ada yang tersenyum padanya. Bahkan salah satu dari mereka terdengar mendengus sinis.
Dia sudah mulai meraba sesuatu yang buruk sedang menunggu.
Meakipun begitu, wanita itu berusaha berpura-pura tidak mengetahui dan mendengar apapun pembicaraan mereka sebelumnya.
Dia bukan orang bebal yang tidak respek terhadap situasi. Seperti perlakuan mereka saat dia masuk tadi. Tidak ada yang membalas salamnya. Bahkan hampir tidak ada reaksi sama sekali.Seperti berhadapan dengan sekelompok orang-orang asing yang tidak mengenalnya.
Suasana semakin kaku dan hening.. Ketika mengambil posisi duduk di sebelah Adnan.Suaminya itupun tidak membalas sapaannya dan hanya menatap datar ke depan .Pria itu bahkan tidak mau repot-repot walau hanya menolehkan wajahnya sebentar kepada wanita yang masih berstatus istrinya itu.
Dia menghela nafas.Cukup sudah dia menahan selama ini. Dia semakin sadar akan arti dirinya di keluarga ini.Bahkan sudah bisa mengukur sejauh apa perasaan Adnan padanya.
Dia menatap lurus dan teluka pada suaminya.
"Ternyata ini akhirnya yang kau berikan untukku mas.Kejadian hari ini akan ku ingat seumur hidupku. "Ratapnya pilu.
Diana kemudian berjalan menuju pintu keluar. Melangkah tertatih tatih .Sebelum sampai di pintu dia menoleh.
"Aku menerima perceraian ini.Tapi aku minta kau dan keluargamu menandatangani surat perjanjian"
"Baik ..Besok surat itu akan kami urus.Datanglah ke persidangan.."
"Besok ??"
"Ya.. besok.Hanya tinggal persetujuanmu saja.Karena surat itu sudah diajukan seminggu yang lalu.."
Lagi-lagi Diana tertawa miris.Dia menertawakan dirinya yang naif dan gampang dibodohi orang-orang ini. Ternyata waktu dua tahun tidak ada artinya bagi mereka.Dia tetap saja di buang seperti kaos kaki bekas. Bahkan perceraiannya dengan Adnan sudah diajukan dan diproses tanpa dia ketahui.
Wanita itu sudah berada di luar ruangan. Dia benar-benar merasa di banting tanpa harga..Hampir dua tahun menjadi menantu keluarga Danuarta , dia cukup memahami bahwa kehadirannya tidak dianggap.Malah cenderung diremehkan.Semua karena jati diri Diana yang kemudian terungkap hanyalah anak angkat dari keluarga Sofyan yang terkenal. Tapi bagaimana bisa dia menyangka hari ini akan datang.
"Diana.." Tiba-tiba terdengar suara memanggilnya.Adnan terburu-buru mendekatinya.
"Apa maumu lagi hah ?"Sahutnya marah.Dia bahkan sudah membuang segala sopan santun yang selama ini di sandangnya.
Adnan sudah berada satu jangkauan tangan dengannya.Mata pria itu menatap Diana memikirkan kata-kata yang akan diucapkannya.
"Aku tahu kamu kecewa padaku..Kamu boleh membenciku dan memakiku."
"Cih…Menyingkirlah." Balasnya sengit.Lalu berjalan menjauh dari tempat itu.Adnan masih mengikutinya.
"Kamu mau kemana..?"
"Bukan urusanmu.."Teriaknya.
Adnan menatap nanar.Dia bahkan kehilangan kata-kata untuk membujuknya.
"Dy..!"
"Berhenti memanggilku mas.."
Diana berhenti sebentar lalu membalikan badan menatap Adnan.
"Aku bahkan tidak ingin berbagi udara lagi denganmu..pergilah !"
Adnan tiba-tiba membuka dompetnya.Kemudian menyerahkan dua buah kartu.Kartu Atm dan kartu Debit.Dia menyerahkan dengan terburu-buru kepada Diana.
"Bawalah ini, untuk bekalmu nanti. Kamu pasti memerlukan ini." Adnan tidak memberi Diana untuk menolak.
Dia lalu berbalik terburu-buru tanpa melihat lagi ke belakang.Pria bertubuh tinggi itu bahkan tidak masuk lagi ke dalam rumah.Namun berjalan ke samping.Menghilang di balik pohon bunga tabebuya yang sedang berbunga.
Diana merasa miris saat melihat pohon bunga yang sudah setinggi atap rumah itu. Berbunga indah menjuntai-juntai berwarna keunguan.Tabebuya sedang mengeluarkan pesonanya.
Teringat bahwa dia lah yang memberikan bibit bunganya sebagai hadiah ulang tahun Marlena. Ibu mertuanya adalah salah seorang pecinta pohon yang berbunga banyak itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments