Di tengah keramaian Ibu Kota, aku berjalan bagaikan semut yang mencari makan, lelah letih tentu membuat hati kecil ku sempat mengeluh, namun ku tepis karena percaya ada takdir baik yang menunggu.
Lamunan yang terus-terus mengusik pikiran ku menjadi buyar saat menatap kembali handphone miliku, suatu kebetulan yang tak pasti mengantarkan ku pada sebuah takdir.
Di hotel tempat ku bekerja, sedang melakukan pembersihan hotel untuk hari ini, pelayan yang bekerja di sana sudah pulang, jadwal kerjaku akhirnya di majukan, karena tamu penting akan mampir di hotel kami.
Aku pun mengirim pesan pada ibu, meminta agar beliau tak lagi menangis, usai mengirim pesan tersebut aku pun bergegas menuju hotel.
Jam menunjukan 10:34 malam, aku masih terus membersihkan kamar hotel yang akan di tempati tamu yang katanya seorang miliyader, aku sering bertanya-tanya seorang miliyader akan menginap di hotel mewah dengan 50 jt permalam.
"Itu sudah cukup membayar operasi bapak," gumam ku sembari mengosok WC.
Tiba-tiba suara pintu dengan keras terbuka, saat itu kamar di dalam hotel tak sempat aku nyalakan, yang menyala hanya kamar mandi yang saat ini aku bersihkan.
Aku sedikit terkejut, saat mengintip keluar, melihat seorang pria dengan tubuh terhuyung sedang mendekati kamar mandi.
"Maaf Pak, kamar mandinya belum siap!" ucap ku menurunkan pandangan.
Pria itu tak mengucapkan sepatah kata apapun, dia justru dengan cepat mendekat, aku mendorongnya kuat sampai tubuhnya terjatuh. Di sana aku sudah mulai panik, takut jelas ku rasa, gemetar tentu saja membuat tanganku berkeringat saking takutnya.
"Ya Tuhan, kenapa dengan pria ini? Apa iya salah masuk kamar?" ucapku bingung, menatap pria tersebut yang berusaha bangun.
Aku berlari menuju pintu keluar, dengan cepat tangan ku mengengam erat gagang pintu tersebut. Sekuat tenaga ku tarik dengan kuat tapi pintu itu tak bisa terbuka.
Sementara pria tersebut mulai mendekat dengan perlahan-lah, aku hanya terduduk menatapnya mendekatiku. Suara sreg dan berat. "Tolong aku, tubuhku tidak kuat!" ucap pria itu.
"A …, aku tidak tau apa yang terjadi, tapi tolong lepaskan saya!" ucapku menangis sembari melipat tanganku.
"Agh …, aku tidak akan menyakitimu, tapi tolong tubuh ku terasa panas!" ucapnya sembari mengerang sakit.
Saat aku menatap kembali pria itu, aku bisa mencium aroma menyengat dari tubuh pria tersebut, jelas penciuman ku tak salah.
"Berapa banyak pria ini minum?" batinku yang masih gemetar takut.
"Ta …, tapi saya ti …, tidak tau cara membantu kamu!" ucapku gemetar takut dengan suara gugup.
Pria itu langsung merahi tanganku dan menaruhnya di bagian dadanya, tentu saja membuat ku terkejut. Dada yang keras seperti batu bisa ku rasakan.
"Ap …, apa ini, apa pria ini mesum?" gumam ku bingung, dengan tangan yang masih memegang dada pria itu.
Aku pun menarik tanganku kembali dengan air keringat bercucuran. "Sa …, saya bukan perempuan seperti itu!" tegas ku sembari memejamkan mata.
Pria itu terdiam, menelusuri tatapanya pada diriku, sedangkan aku hanya terduduk sembari meringkuk di depan pintu keluar, dia yang terdiam kembali membuka suara.
"Malam ini saja, tolong bantu hilangkan panas di tubuh ku, kalau kamu berhasil aku akan memberikan kamu cek!" ucap pria itu sembari menahan panas di tubuhnya.
"Ta …, tapi aku tidak tau caranya?" tanya ku dengan bingung, menatap tubuhnya yang begitu berkeringat.
Ia lalu merebahkan tubuhku ke atas ranjang kemudian memelukku erat. Dengan lembut dia menyentuhku, aku bisa merasakan dada yang keras di tubuhnya, perlahan-lah jemarinya mulai menjelajahi satu persatu tubuhku, aku sempat menolak namun ia membungkam ku dengan kedua bibirnya.
BIbirnya perlahan-lah turun menelusuri leherku, malam itu aku tak bisa memberontak atau pun menangis, bohong jika aku tak menyukainya. Tapi malam pertama ku harus berakhir dengan pria yang tak aku kenali, hanya karena sebuah cek yang ia tawari padaku.
Sedikit demi sedikit rasa sakit yang menjajal tubuhku, tangan keras yang mengocok semua perut bagian bawahku, sesekali aku mengeluarkan suara erangan dan menatap pria yang tengah membungkuk di bawah kaki ku, aku sempat heran karena pria itu seperti kesulitan mencari sesuatu yang berada di bawah perutku.
Tiba-tiba benda lembut dan lembab masuk kedalam tubuhku, menggelitik dan mengocok kasar isi perut ku lagi, aku bahkan bisa merasakan panas di tubuhku, sejenak ku renggangkan seluruh tubuh ini, menikmati sentuhan kasar namun terasa nikmat.
Dengan sigap pria itu membuka satu persatu pakaiannya, meskipun aku tak dapat melihat wajah pria itu, namun bisa ku pastikan pria tersebut memiliki tubuh kekar dan indah, ku raba-raba perlahan hingga diriku merasakan garis halus di perutnya yang membentang bagikan roti sobek, yang hanya bisa ku lihat di manwah komik yang sering kubaca, pria itu lalu memasukan benda keras dan lembut di tubuhku, sedikit perih saat ia menghentakan pinggulnya kasar pada tubuhku, namun perlahan-lah rasa perih dan sakit itu hilang dengan rasa nikmat, hentakan kasar itu tak lagi sakit saat ia kembali mencium bibirku, sedikit ku rasakan demi sedikit air bercucuran dari keningnya, seolah-olah membuktikan bahwa pria itu sangatlah perkasa.
*****
Keesokan paginya aku terbangun menatap langit-langit kamar yang berbeda, membuatku terbelalak lebar, saat kembali mengingat momen tadi malam.
"Astaga! apa aku sudah melakukannya?" batinku menatap kembali tubuhku yang bertelanjang bulat.
Saat hendak menghela napas, aku melihat seorang pria berselimut putih sedang tengkurap dengan kepala menghadap samping ranjang, hingga aku tak dapat melihat wajah pria itu. Aku bergegas mengambil baju milikku, tanpa sengaja aku melihat cek senilai seratus juta di atas nakas, usai memakai baju, aku bergegas mengambil cek itu dan meningalkan pria tersebut.
Di luar gedung hotel, aku sedikit merasa kacau mengingat tadi malam, takut jelas ku rasa, sesaat lamunan ku hampir menguasaiku suara handphone berdering di dalam tas. Aku bergegas mengangkatnya.
"Aruhi …, ba …, bapak meninggal!" ucap ibu menangis pecah.
"Apa! ba …, bapak meninggal!" ucapku terkejut sembari menangis menggenggam erat handphone yang masih berada di telingaku.
Aku pun bergegas pergi menuju rumah sakit, kulihat ibu duduk menatap dinding, pikirannya terlihat kosong, ku leburkan tubuh memeluk erat beliau.
"Ruhi, tidak mungkin bapak pergi?'' ucapnya menatapku dengan mata berlinang.
Mendengar hal itu aku tak bisa berucap apapun, perlahan-lah diriku membuka kata, menanyakan tentang operasi yang bapak laksanakan. Namun yang ku dengar sebuah pernyataan pahit, aku gagal menyelamatkan bapak, karena tak sempat membayar uang muka. Hingga operasi tertunda, dan menyebabkan kematian pada bapak.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Lina Zascia Amandia
Sia2 kau gadaikan perwaanmu Aruhi.... wkwkwk dr atas sy udah setuju sm Nathan... ehhhh pas bab dua.... Aruhi mlh di paksa.
2023-05-12
0
💜_Vicka Villya_💜
ya ampun kasihan ☹️
2023-04-09
0
🥑⃟Serina
hai kak mampir membawakan bunga untukmu
2023-04-01
0