chapter 5

Skylar terdiam sejenak mendengar pertanyaan dari Arkana. Gadis itu kemudian tersenyum manis hingga menunjukkan gingsulnya.

“Itu aku,” kata Skylar. “Bunda melihat aku di buang ke sungai oleh wanita berbaju serba hitam. Bunda sangat-sangat yakin bahwa itu bukan ibuku karena dia tampak masih sangat muda dan tidak terlihat seperti seorang ibu yang baru melahirkan.

Bunda bilang, saat itu aku berumur satu bulan. Sebagai seorang ibu, bunda jelas tahu ciri-ciri orang yang baru melahirkan. Apalagi Bunda itu kan dokter, jadi bunda tahu jelas mana yang seorang ibu mana yang bukan.

Bunda yakin seratus persen aku di culik, tapi aku sih yakin banget kalau keluargaku aja yang bodoh! Kalau tahu anaknya di culik kenapa gak lapor polisi? Ya, itu seenggaknya kalau mereka masih hidup dan peduli sama aku, kalau enggak ya pantas aja sih aku gak di cari.” Jelas Skylar panjang lebar.

Arkana menegang, mendengar Skylar menghina keluarganya sendiri membuat Arkana mendadak merasa takut. Bagaimana jika Skylar memang adiknya? Dan jika setelah itu Skylar justru menolak mereka, apa yang akan mereka lakukan?

“O-oh, jadi gitu,” lirih Arkana terbata.

Arkana ingin menanyakan tentang apa yang dirasakan Skylar jika bertemu keluarganya lagi, tapi Arkana takut kalau jawaban Skylar akan terasa mengerikan, jadi Arkana mengurungkan niatnya.

“Kak, gak mau balik nemenin kak Xavier?” Tanya Skylar.

“Kakak temani kamu aja,” jawab Arkana cepat.

Skylar tertawa kecil, sementara Arkana kembali terpaku pada lukisan yang menggambarkan seorang gadis kecil yang sedang berdiri di depan sebuah sekolah. Arkana yakin kalau itu adalah Skylar. Ia heran, kenapa Skylar memilih untuk melukis daripada memotret dirinya sendiri? Tapi ya sudahlah, mungkin itu hanya hobi Skylar.

“Sky, besok kamu sekolah?” Tanya Arkana.

“Malas, tunggu MOS selesai aja. Lagian Sky udah izin ke pak kepala sekolah,” jawab Skylar santai. “Lagian nih ya, MOS itu merepotkan, apalagi kalau kakak-kakak osisnya sok senioritas. Hilih, sebel!” Lanjut Skylar bersungut-sungut.

Arkana melongo, tak menyangka kalau Skylar tipe gadis yang malas melakukan hal semacam ini.

“Kalau gitu, kamu masuknya di hari pertama pelajaran minggu depan?” Tanya Arkana lagi.

“Iya,” jawab Skylar singkat.

“Kakak jemput ya?” Tawar Arkana.

Skylar tampak berpikir sejenak, gadis itu mengetuk-ngetuk dagunya sebelum akhirnya mengangguk ceria.

“Yes, irit ongkos!”

*

Skylar menatap Arkana dengan tatapan membunuh. Pasalnya, Arkana baru sampai di rumahnya jam setengah delapan, padahal bel masuk akan berbunyi jam delapan dan jalanan di Ophover pasti macet di pagi hari begini. Kemungkinan besar, mereka akan terlambat, dan Skylar sangat kesal akan itu.

“Ih, kak Varo, masa Sky telat di hari pertama sekolah sih!” Gerutu Skylar di dalam mobil. Yap, inilah yang membuat Skylar makin kesal, Arkana membawa mobil, jadi jelas perjalanan mereka akan lama.

“Maaf, Sky, kakak tadi harus ngurusin Xavier yang rewel minta naik motor. Papa gak ngizinin jadi anaknya ngerengek ke kakak,” ungkap Arkana merasa bersalah.

Arkana mengumpati ayah dan adiknya dalam hati, mereka berdua pagi ini benar-benar membuat Arkana kesal.

“Hih, bocah manja!” Kesal Skylar. “Liat aja nanti, kita jadi musuh!” Lanjut Skylar berapi-api.

Arkana tertawa, ia lagi-lagi dibuat takjub dengan sikap Skylar yang kelewat blak-blakan itu. Arkana dan Skylar kemudian menghela nafas lega ketika mereka berhasil sampai di sekolah lima menit sebelum bel masuk berbunyi. Arkana memarkirkan mobilnya dan langsung keluar untuk membukakan pintu di samping Skylar.

Skylar tertawa kecil mendapat perlakuan semanis itu dari Arkana, ia jadi merasa bersalah karena pernah berkata bahwa Arkana kurang manis.

“Manis banget sih, kak,” puji Skylar.

Arkana tertawa kecil, ia meraih tangan Skylar dan menggandengnya keluar dari area parkir. Perlakuan manis Arkana tentu membuat banyak murid yang melihat jadi melting sendiri, apalagi para senior yang dibuat melongo karena tingkah tak biasa dari sang pangeran sekolah itu.

“Wah, Sky berasa jalan sama selebriti,” gumam Skylar kagum.

Arkana menjawil hidung Skylar gemas, “Kakak emang selebriti,” sombong Arkana.

Skylar mendelik garang, “Dih, pd sekali Anda wahai manusia,” cibir Skylar.

Arkana tertawa kecil, membuat semua orang yang menyaksikan harus menahan nafas sejenak. Tawa Arkana membuat wajahnya yang memang tampan, jadi terlihat berkali-kali lipat lebih tampan. Bersyukur saja tidak ada yang mimisan karena melihat wajah tampan Arkana itu.

Mata Skylar menajam ketika melihat Xavier yang berjalan keluar dari parkiran, ia mendadak ingin memukul wajah Xavier ketika melihatnya berjalan dengan santai seperti tidak pernah melakukan kesalahan. Xavier yang melihat sang kakak tentu langsung mendekat dan berjalan beriringan dengan Arkana dan Skylar, lelaki itu memilih berjalan di samping Skylar yang sedari tadi tak berhenti menatapnya dengan tajam.

“Apa nih? Mata kamu kayak mau keluar aja,” ejek Xavier begitu sampai di samping Skylar.

“Diem deh kakak manja! Kakak bikin kak Varo hampir telat jemput Sky!” Ketus Skylar.

Xavier mengangguk-anggukan kepalanya, ternyata kakaknya bercerita tentang kejadian tadi pagi pada Skylar. Tapi kesal juga ya di panggil manja oleh gadis sepolos Skylar, Xavier jadi merasa harga dirinya tercoreng.

“Salahin papa yang terlalu hiperbola,” sahut Xavier tak mau di salahkan.

“Heh, papa itu khawatir sama kamu!” Sambar Arkana garang.

“Kak, aku ini anak laki loh,” ucap Xavier kesal.

“Mau laki, mau perempuan, kakak kan anak paling kecil. Ah, enggak, setiap orang tua pasti khawatirin anaknya. Mau yang kelihatannya benci sama anaknya sekalipun, dia pasti punya kekhawatiran meski secuil,” kata Skylar bijak.

Skylar kemudian menghela nafas dan tertawa sumbang, “Yah, kecuali kalau kakak itu sepertiku. Punya orang tua yang gak tau masih hidup atau sudah mati, yang mungkin mereka juga gak tau apa aku masih hidup atau sudah mati,” kata Skylar.

Arkana dan Xavier dibuat terdiam karena kata-kata Skylar. Arkana lagi-lagi merasa takut kalau-kalau gadis yang diduga adiknya yang telah lama hilang ini justru membenci keluarganya. Arkana tidak akan sanggup kalau itu benar-benar terjadi.

“Mau kakak anter ke kelas sekalian?” Tanya Arkana mengalihkan pembicaraan.

Skylar mendongak, menatap wajah Arkana dengan mata bulatnya yang lucu.

“Kak Varo mau anter Sky sampe kelas?” Tanya Skylar.

Arkana mengangguk mengiyakan membuat Skylar refleks berseru senang. Xavier jadi iri sendiri melihat kedekatan antara kedua orang itu. Xavier dan Arkana mengernyit ketika Skylar tiba-tiba berbalik dan menatap Xavier dengan tatapan menyelidik.

“Apa lagi?” Batin Xavier bingung.

“Kak Xavi tadi berangkat naik apa?” Tanya Skylar.

“Naik mobil,” jawab Xavier jujur. Yah, nyatanya pagi ini ia kalah berdebat dengan sang ayah.

Skylar mengangguk senang. “Jangan naik motor dulu ya, kakak ganteng. Tunggu seminggu lagi, biar kakak sembuh total dulu. Kalu perlu nebeng kak Varo aja, nanti kita berangkat bareng ke sekolah,” ucap Skylar perhatian.

Xavier tersenyum senang, “Oke, besok kakak nebeng kak Arkana,” sahut Xavier senang.

Skylar tertawa kecil, gadis itu kemudian menggandeng tangan Arkana dan mengajaknya segera pergi, meninggalkan Xavier yang menatap kepergian mereka dengan hati yang menghangat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!