Bab 5

Kebun tumbuhan bunga poppy ada di kebun lautan lepas bagian utara perbukitan dekat hutan. Banyak rumor yang mengatakan bahwa disana ada siluman pemakan jantung manusia. Pengawal pendamping Putri dan penjaga istana memasang posisi berjaga.

Memasuki tempat yang gelap, d daerah itu siang hari terlihat seperti tengah malam tanpa cahaya rembulan dan bintang. Suara jeritan menggema ketika mereka melangkah masuk. Ada bayangan hitam besar berlari sangat cepat di bebatuan besar.

Di kejauhan cahaya kunang-kunang menyemai memperlihatkan tumbuhan bunga poppy yang subur bermekaran. Sepertinya cahaya kunang-kunang dan kepakan saya kupu-kupu aneh yang mengeluarkan cahaya seolah membantu mereka.

“Ayo cepat kita ambi bunga itu” ucap Suga.

“Kita harus lebih dahulu meminta ijin pada pemiliknya” ucap Trangga.

Mereka melingak-linguk mencari siapa pemilik kebun bunga yang tampak subur itu. Beberapa jarak dari kebun bunga poppy, terlihat sebuah gubuk yang di kelilingi lilin yang melayang tanpa pondasi atau alas di bawahnya.

Tiba-tiba dari di hadapan mereka muncul peramal Ming. Dia mendorong mereka berdua ke arah kebun bunga. Dia memetik beberapa tangkai lalu meletakkan di tangan Suga dan Trangga.

“Cepat, ambil tiga kelopak poppy ini, rebus dan minumkan pada sang putri. Sisa dari kelopak kalian gunakan jika sewaktu-waktu terjadi hal yang serupa. Tanam bijinya di belakang istana. Disini adalah daerah terlarang. Tempat perkumpulan para peramal yang ku khianati karena membela kerajaan Mangkubuana. Tapi yang ku dapat siksaan dari tuan muda Poh. Cepat pergi dari sini!”

“Tidak peramal Ming, bagaimana kami bisa meninggalkan mu sendiri?” Tanya Suga.

“Bunga poppy ini memiliki nyawa dari salah satu anak peramal terhebat. Bunga yang di ambil harus di gantikan dengan nyawa pula. Biar nyawa ku saja yang gantikan, aku sudah tau akan mati walau kalian menyelamatkan ku dari lubang neraka bawah tanah.”

Karena keduanya tetap bertahan, sang peramal menggunakan kekuatan terakhirnya menghembus Suga dan Trangga menghilang kembali ke Istana. Si ketua peramal melihat kedatangan Ming, mereka memusnahkannya menggunakan kekuatan sihir hingga hancur berkeping-keping.

“Arggghh!” suara kesakitan sang peramal Ming.

Pada masa jauh sebelum kerajaan-kerajaan berdiri, para siluman membangun sebuah tempat dan menggunakan kekuatan mereka menyihir rumah yang mereka huni sebagai zona terlarang agar tidak di dekati manusia. Di hadapan manusia yang tanpa sengaja atau melihat mereka saat berbaur di tengah kerumunan, mereka menamakan diri mereka adalah seorang peramal.

Tentang bunga beracun dan penyembuh

Kelopak merah menyala tidak berbau. Serpihan serbuknya menimbulkan ruam kemerahan pada kulit. Banyak manusia yang mengincar bunga siluman itu. Hingga terakhir kali nyawa Ming melayang demi menyelamatkan sang putri.

“Ini adalah sebuah dosa yang harus ku tebus setelah mengkhianati sang putri” gumam Ming sebelum menutup mata.

Tanpa terasa Suga dan Trangga sudah berada di dalam istana. Semua orang tercengang melihat tumbuhan yang di pegang di tangan mereka.

“Itu adalah tumbuhan yang sanga istimewa, bagaimana mereka bisa mendapatkannya?”

“Mereka berdua pasti menggunakan cara yang tidak wajar demi mendapatkannya.”

“Lihat lah pakaian mereka masih tetap bersih walau sudah memasuki tempat mengerikan itu.

“Bukan kah menurut kabar yang beredar bahwa orang yang berani masuk kesana tidak akan bisa kelua dengan selamat!”

Berbagai bisikan para pejabat dan punggawa istana sambil melirik mereka berdua. Suga dan Trangga pergi menuju ruangan sang putri. Di atas teko panas, Suga meletakkan beberapa kelopak bunga. Agar mempercepat perebusan, dia menggunakan pembungkus pedangnya memasukkan teko ke dalam perapian. Setelah beberapa menit mengangkat teko yang sudah mengepul.

Menuangkan di dalam wadah berbentuk mangkuk, Suga meniup air agar cepat dingin. Dia menggunakan sendok memasukkan ke mulut sang putri. Hingga beberapa tegukan sampai seluruh air di dalam wadah habis. Tampak obat belum bereaksi, Suga dan Trangga melihat sisa tumbuhan yang berada di atas meja.

‘‘Apakah tidak sebaiknya kita minumkan saja semuanya?” ucap Trangga.

“Tidak, aku tidak setuju dengan apa yang kau katakan. Peramal Ming sudah mengorbankan nyawanya, membantu kita keluar dari tempat itu. Dia mengatakan beberapa bunga di tanam dan beberapa lagi di simpan sebagai obat.”

“Tapi mana buktinya? Sang Putri belum sembuh. Aku ingat ada yang mengatakan bahwa poppy adalah tumbuhan beracun.“

“Ya kau benar, tumbuhan beracun sebagai penangkal racun mematikan. Jika sang putri bisa melaluinya maka akan sembuh namun sebaliknya.”

Seberkas sinar sangat terik membuka kedua mata sang putri. Di dalam tubuhnya terasa sangat panas merasakan hawa yang berlawanan. Dia sangat merasa haus meraih segelas air yang berada di atas meja sampai meminta dayang agar mengambilkan air untuknya.

Setelah puas meneguk dua cerek penuh dia melirik melihat Suga.

"Wahai pengawal pendamping ku, bukankah aku memerintahkan mu mencari kabar mengenai Wanua Ubun?" tanya sang putri.

Wajahnya masih pucat tapi dia tetap memikirkan sang raja. Perlahan dia bangkit dari kasur lalu berdiri menatap ke arah lautan lepas dari jendela kamarnya.

"Menghadap putri, hamba tidak jadi ke kesana karena kabar pernikahan raja Tumenggung memang benar adanya. Para perdana menteri yang menjalin perdagangan jual beli barang dengannya besok bersiap menghadiri upacara pesta pernikahan" ucap Suga sambil menunduk.

"Aku masih belum percaya dengan apa yang engkau katakan."

Serpihan kelopak poppy tersangkut di bajunya. Dia meraih selembar kelopak bunga merah itu lalu melihat baju yang dia kenakan.

"Kumetra sudah berapa lama Aku terlelap? "

"Menjawab sang putri, setelah meminum racun. Sang putri tidak sadarkan diri selama satu hari satu malam lamanya."

Dubrak___

Pak Poh datang membawa para pengawalnya menangkap dayang Kumetra. Wanita itu sangat ketakutan sampai memohon meminta perlindungan dari sang putri.

"Hentikan paman, apa yang kau lakukan padanya?" tanya sang putri.

"Dia sudah memberi racun pada minuman mu! pengawal, cepat tangkap dia!" perintah Pak Poh.

"Tidak! putri, ampuni aku! bukan aku yang melakukannya!"

Menyadari dia tidak memiliki kekuasaan penuh sehingga tidak bisa melakukan apa-apa pada dayang kepercayaannya itu. Hatinya masih menolak menduduki tahta mendiang sang raja.

"Ayah, ibu, apa yang harus aku lakukan?" gumam sang putri.

Pengawal pendampingnya menunggu perintah dari sang ratu. Begitupula sang penjaga istana. Sang putri tampak frustasi, dia menghancurkan seluruh benda di dalam kamar kebesarannya.

Memikirkan raja Tumenggung yang akan melangsungkan pernikahan besok hari, mengetahui rencana pamannya yang berniat membunuhnya untuk merampas tahta dan Garuda tidak kunjung kembali bahkan seperti telah melupakannya.

Tangisan itu tidak berarti. Dia menatap cermin, memandang dirinya sendiri dengan penuh kebencian. Warisan tanah leluhur penjaga istana Mangkubuana telah menghilang bersama cintanya.

"Argghhh! "

Terpopuler

Comments

EL SHADAY

EL SHADAY

tuan putri kurang peka ma keadaan hem?!

2023-08-13

0

Anisha Andriyana Bahri

Anisha Andriyana Bahri

gregetan sma putri.knp gk cpt" naik tahta aja sih. masa smpe hrs nunggu negara hancur dlu

2023-03-04

0

namjon

namjon

next

2023-03-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!