Darah Di Tanah Leluhur
Sesakit-sakitnya perasaan Dinda mendapat pengkhianatan yang menjadi tetesan darah hitam tidak berhenti mengalir di sepanjang zaman antara hidup dan mati.
...💀💀💀...
Lembar buku hitam usang halaman pertama tulisan aksara tuan putri Diajeng Mangkubuana.
Kesetiaan hanya di miliki oleh manusia yang berhati tulus. Mencintai sang surya hingga rela terbakar di dalam sinarnya yang terik. Cinta ini berubah benci terkena panas api matahari.
Menyadari sosok lelaki yang di puja bukan lah peran matahari atau bintang hati yang bisa menemani hingga menua. Kini aku berubah menjadi setengah sosok lain demi menjaga tanah leluhur dan membalaskan dendam atas menagih janji yang tidak di tepati.
Era masa yang di lewati, ujung lembaran terdapat bekas darah milik sang putri Mahkota.
......................
Gelap wajahnya jika terkena pancaran sinar rembulan. Dia mengubah diri menjadi setengah sosok makhluk tak kasat mata.
Dahulu kala putri Diajeng memiliki hati selembut salju, seindah muara gumpalan sutra tidak bisa menandingi kebaikan seperti parasnya yang ayu nan baik hati. Semua berubah setelah dia menerima pengkhianatan dari orang yang paling dia cintai.
Kerajaan beserta seluruh rakyatnya itu pernah aman dan makmur. Tidak ada sedikitpun kekacauan, kesulitan atau hal buruk lainnya. Pada mulanya, perang Badar mewajibkan membawa ribuan pasukan untuk melawan musuh. Raja meminta para pria ikut berperan di mulai umur enam belas tahun ke atas. Di suatu malam yang dingin, pintu-pintu rumah rakyat di ketuk untuk membawa mereka pergi. Mempersiapkan peralatan perang, baju zirah dan membaca taktik perang yang di arahkan dari panglima.
Dari atas kamar kebesaran di kerajaan Kartarahwa. Dayang pendamping putri Diajeng mengetuk pintu sembari memberitahu kedatangan raja di taman alun-alun cempaka putih. Dia tersenyum berlari mempercepat langkah menuruni anak tangga sambil mengangkat gaunnya.
“Adinda tunggu lah pinangan ku setelah memenangkan peperangan ini. “
“Cepatlah kembali Kakanda. Rembulan di langit Kartarahwa tidak akan bersinar terang tanpa sosok bintang di hati dinda.”
Langit tiba-tiba menurunkan hujan yang sangat deras. Putri Diajeng merasa tidak mau melepaskan pelukan Raja Tumenggung. Kepergiannya di hari itu di lepas dengan kecupan di dahi Diajeng yang membuat dia semakin berat untuk berpisah.
Putri pewaris tahta terakhir itu memberikan hewan Garuda kesayangannya yang bisa membawa terbang menembus awan di langit. Raja Tumenggung menaiki Garuda penuh rasa percaya diri karena sosok Garuda hewan terkuat dari seluruh jagat raya.
Garuda khusus di wariskan untuk Diajeng sebagai penjaga wilayah Kartarahwa. Hewan siluman warisan leluhur itu berpindah ke Raja Tumenggung untuk membantu memenangkan perang Badar. Rasa cinta putri Diajeng yang berlebihan memberikan salah satu warisan leluhur tanpa berpikir sebab akibat ke depannya.
“Garuda, kau adalah hewan penurut yang mengikuti segala perintah ku. Ikutlah bersama raja Tumenggung dan bantulah dia. Aku akan menunggu mu disini, tidak ada hewan kesayangan lain selain mu.”
Hewan itu mendengar, memahami apa yang di katakan sang putri. Dia menuruti perkataannya dan mengikuti semua perintah sang raja. Sebelum berperang, para musuh ketakutan melihat kehadiran hewan terkuat dari seluruh muka bumi. Cakarnya yang berpijak ke tanah menimbulkan getaran gempa di sekitarnya. Kepakan sayap mengibas angin membanting sapuan benda di sekitar.
Barisan perang paring depan. Di atas badan Garuda, sang raja Tumenggung mengangkat pedang ke atas langit.
“Serang….!”
“Hidup dan mati untuk tanah Kartarahwa!”
Peperangan terbesar menghancurkan tubuh musuh berkeping-keping. Darah tumpah banjir hingga mengalir ke sungai. Airnya berubah menjadi warga darah, begitu pula air di rumah para rakyat yang juga berubah berwarna darah.
“Air yang mengalir berubah menjadi darah merah menyala!”
“Arghhh, pertanda apa ini?” keluhan para rakyat yang tidak ikut berperang.
Sebagian rakyat berpikir itu adalah darah para pejuang yang telah gugur di medan pegang demi mempertahankan negeri mereka. Namun hal itu adalah suatu petaka untuk sebuah negeri.
......................
Mimpi putri Diajeng Mangkubuana
Berdiri diantar siang dan malam, kulit putih sang putri di penuhi urat-urat tebal kemerahan menjalar di setiap anggota tubuhnya. Dia mengamati keanehan di tubuhnya. Sinar terik dari arah depan menyilaukan mata hingga dia memalingkan wajah.
“Diajeng, aku datang di dalam panggilan mu.”
Suara misterius sosok mengerikan mendekatinya. Uluran tangannya enggan dia sambut. Sang putri berlari menyeret gaun panjangnya melewati genangan darah. Di depan sana ada sebuah jembatan menghubungkan perbatasan dari satu tempat ke tempat lainnya. Tapi di sisi kanan dan kiri di penuhi lautan manusia yang terbakar di dalam nyala api yang membara.
“Diajeng, raih tangan ku untuk melewati tempat itu. Suatu masa kau terpaksa akan memanggil ku.”
Sosok itu terbang dengan suara retakan tulang. Sang putri perlahan menuju ke jembatan, dia berpegang erat merasakan hawa yang sangat panas dari bawah. Gaun panjang menggantung terbakar, sang putri ketakutan tidak seimbang hingga dia terjatuh ke bawah.
“Di ajeng cepat raih tanganku. Kau tidak memiliki pilihan lain demi mempertahankan wilayah tanah leluhur mu.”
Seharusnya dia sudah terjatuh hingga mencapai tiga meter dari atas jembatan tapi tangan panjang makhluk itu berhasil menyelamatkannya. Senyum menyeringai penuh kemenangan karena setelah hari ini dia terus-menerus mencari cara lebih dekat hingga berusaha merasuki tubuh sang putri.
“Arghhhh!”
“Tolong!”
Teriakan sang putri di malam yang larut membangunkan para dayang dan pengawal mengetuk pintu kamar kebesarannya. Karena jeritan sang putri belum berhenti, pengawal pendampingnya mendobrak pintu melihat sang putri sedang bermimpi buruk. Matanya masih tertutup tapi tubuhnya menggeliat dan menjerit sangat keras.
“Tuan putri bangun!” panggil sang panglima.
“Tuan putri bangun dan sadar lah” dayang pendampingnya mengusap pelan kedua telapak tangannya.
Dia membuka mata melihat ke sekeliling. Merasakan mimpinya nyata karena panas api benar-benar menghanguskan setengah gaunnya. Di menarik selimutnya, gaunnya tampak setengah hangus terbakar. Dia segera beranjak melihat keanehan tersebut.
“Celaka lah orang yang sudah melakukan hal ini pada sang putri!” ucap sang dayang.
“Ini pasti perbuatan penyusup yang masuk! Aku harus mengejarnya!”
“Jangan panglima. Gaun ku terbakar karena mimpi ku tadi. Kalian boleh kembali istirahat.”
“Maaf tuan putri, bagaimana kami tertidur setelah melihat gaun putri terbakar. Kami akan lebih memperketat penjagaan di depan ruangan kebesaran.”
Sang panglima perang menambah dua pasukan khusus untuk menjaga dari jarak jauh. Sosok panglima bekas panglima pendamping raja yang di tugaskan menjaga keselamatan sang putri ketika menghembuskan nafas terakhirnya.
“Apakah kau mendengar kabar dari utama? Sang putri bermimpi buruk hingga mimpi terjadi di alam nyata.”
“Ya, sepertinya sang putri harus segera menemui ketua peramal Ming untuk menanyakan arti mimpinya.” Bisikan para dayang di sela perkerjaan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
αʝιѕнαкα²¹ᴸ
like, izin baca 🙏
2023-08-02
1
online shop widi
langsung aquh fav ke rak buku
2023-03-03
0
Ruang bawah tanah🐴Grup D
lamaaaaa up
2023-03-01
0