Pada awal sebelum dekade terluka.
Masih menyemai rona jingga di pipi kemerahan terhias sendu di wajah sang putri diajeng Mangkubuana. Perpisahan itu masih membekas, dia mendoakan keselamatan sang raja yang bertahta di hatinya. Dalam penantian pada hari awal, sang putri menyemai serpihan serbuk bunga harapan di depan lautan lepas.
Kapal itu sudah tidak terlihat lagi. Tapi pandangan nun jauh disana mengantarkan kepergian ke lautan lepas. Garuda mengikuti dari atas, penjagaan ketat pada raja Tumenggung berawal sejak saat itu.Hewan pintar memiliki naluri tajam mengepakkan sayap berbalik menuju sang putri. Dia menundukkan kepala yang sangat besar tepat di tangan sang putri yang menahan gerakan mengusap kepalanya.
“Jika aku menyentuh dan memeluk mu maka kau akan tau aku setengah hati melepas mu wahai sahabat sejati ku” gumam diajeng.
“Pergilah wahai sahabat ku. Jadilah pemenang di pertempuran besar dan bawa kembali raja pada ku” ucapnya.
Dia terbang mengitari tampak seolah tidak mau lepas dari peran majikan yang sangat dia sayangi. Mengerti sifat Garuda yang harus mendapatkan pelukan terakhir darinya, dia perlahan mengusap kepala Garuda dan memeluk bagian paruhnya sangat erat.
“Wahai sahabat ku, aku sangat menyayangi mu. Aku akan menunggu kepulangan mu, cepat ikuti sang raja sebelum engkau kehilangan jejaknya.”
Sejak hari itu, sang putri tidak menerima kabar dari mereka.
Lautan biru sepi sesekali hanya terdengar deru ombak menghempas terumbu karang. Setiap senja, dia di temani pengawal pendamping Suga dia menatap sejauh mata memandang berharap kabar dari sang raja.
“Ratu, saya siap di kirim berlayar melewati lautan lepas menuju ke Wanua Ubun” ucap Suga menghadapnya.
“Suga engkau adalah pendampingku yang paling setia. Apa jadinya istana ini jika kau pergi? Aku tau para punggawa terutama pak poh aden diam-diam membangun sekte membentuk sekutu untuk melengserkan ku.”
Di dalam harapan sang putri Diajeng menerka ingatan raja Tumenggung agar mengingatnya atau mengirimkan kabar melalu surat di udara. Seribu burung merpati sudah di utus di terbangkan ke kerajaan Kartarahwa namun tidak ada balasan sama sekali.
“Apa aku harus mengatakan yang sejujurnya bahwa raja Tumenggung sudah memenangkan pertempuran?” gumam Suga.
......................
Pertempuran besar di medan peran memecah darah tulang belulang para musuh. Bagaimana tidak di katakan ini adalah sebuah kemenangan tanpa setitik kekalahan? Mereka menggunakan kekuatan terbesar, hewan terkuat pemilik tanah leluhur Mangkubuana.
Cukup dengan sekali hentakan cakaran kaki saja para musuh sudah tumbang mengeluarkan muntahan darah. Tanah musuh di banjiri lautan darah, kaki, tulang belulang, senjata yang berserakan dan teriakan rintihan kesakitan. Raja Tumenggung berhasil meratakan para pasukan dan mengambil alih tanah kekuasaannya.
Pritigendis Putri mahkota Wanua Ubun menatap penuh kebencian pada raja Tumenggung. Sang raja memaksa dia agar mau menikah dengannya, sebagai perampasan upeti yang di berikan.
“Demi tanah kebesaran ku ini yang bersimbah darah, lebih baik aku mati dari pada menikah dengan mu. Aku tidak sudi walau sekalipun tubuh ku ini harus di korbankan!”
“Putri gendis, coba kau timbang lagi perkataan mu itu. Terimalah pinangan ku ini atau kepala ratu Wanua Ubun menjadi taruhannya!” ancam sang raja.
“Ananda, jangan dengarkan pria jahat itu. Biarkan ibunda mati dari pada melihatnya merebut tanah ini dan anak ku”
Sang ratu merampas pedang dari tangan pengawal yang berada di sampingnya. Dia mengayunkan pedang ke perutnya di halangi sang putri. Pedang berlumuran darah tangan sang putri terkena pedang akibat menahan kuat agar perut sang ratu tidak tertusuk. Raja Tumenggung mengambil pedang itu lalu membuangnya. Dia menarik kasar tangan sang putri yang tampak akan mengambil pedang lain milik para pengawal.
“Bukan kah serang pendamping sang raja tidak boleh memiliki cacat tubuh di tangannya?” bisik salah satu dayang istana.
Luka di tangan sang putri di obati oleh para tabib pilihan yang di utus ke istana. Sang raja memerintahkan agar luka itu segera sembuh bahkan samar sampai tidak menimbulkan bekas. Sang putri terkadang membuang obat atau mengusir para tabib.
“Jangan engkau menyiksa diri, putri ku yang malang” ucap ibu sang ratu.
Tanah Wanua Ubun sudah di ambil alih oleh sang raja Tumenggung. Pernikahan yang tidak di harapkan, keterpaksaan dirinya menerima sang raja mengingat ancaman akan menyiksa sang ratu jika pernikahan itu tidak terjadi.
Prang__
Sang putri Gendis, tidak tahan membayangkan dirinya akan menjadi pendamping sosok musuh yang merampas wilayahnya. Sang dayang perias sudah mendandaninya selama berjam-jam kini di rusak dalam sekejap. Mereka kembali meriasnya, dia yang ingin memberontak terurung mengingat keselamatan nyawa sang ibunda. Baju selayar merah bernuansa manik emas di pinggiran lekukan bagian depan dan belakang. Hiasan kepala mewah berpadu pada aksesoris di tubuhnya. Wajah cemberut di tekuk ketidaksukaannya tampak penuh keterpaksaan selama menjalani sesi acara pernikahan.
Tirai merah membentang lebar melambai tertiup angin. Barisan sisa para prajurit Wanua ubun, tamu-tamu penting para bangsawan dan setengah prajurit raja Tumenggung banyak berdatangan dari negeri seberang serta seluruh para prajurit dari negeri Timur yang menyatu di kerajaan Buana.
Perpindahan secara keseluruhan bertahap memakan waktu selama tujuh hari. Surat undangan di sebar dari jalur darat dan udara hingga keseluruh pesolok negeri.
Pengawal Suga sekuat tenaga dan upaya menyembunyikan surat undangan dari kerajaan Wanua Ubun. Dari kejauhan putri Diajeng tetap penuh harap penantian menunggu kabar dari sang raja.
Ibarat sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya tercium juga. Mendengar kabar angin dari sang dayang istana. Berita pernikahan Raja Tumenggung dan putri Gendis, dia tidak mempercayai sampai dia mengutus pengawal Suga untuk mencari kebenarannya. Pengawal yang sangat dia percaya itu terlihat seperti menyembunyikan sesuatu.
“Suga, katakan pada ku semua hal yang kau sembunyikan. Aku sangat mengenal mu dan membaca setiap kebenaran atau kebohongan pada dirimu”
“Maafkan hamba wahai putri mahkota, undangan pernikahan ini sudah sampai di tangan saja beberapa hari yang lalu” ucap sang pengawal menunduk ketakutan.
“Lancang sekali kau menyembunyikan hal sebesar ini dari sang putri!” bentak dayang pendamping Kumetra.
“Tidak Kumetra, belum tentu berita ini benar adanya. Suga, aku memerintahkan mu dalam jangka waktu satu hingga tiga hari untuk mencari tahu kebenaran dari surat ini.”
Atas perintah dari sang putri , dia berangkat membawa simbol tanda pengenal dan simbol utusan dari sang putri. Gusar perasaannya jika kembali membawa kabar yang benar-benar sudah terjadi. Seolah sang putri tidak percaya bahwa raja Tumenggung telah berpaling mengkhianatinya. Berlayar menyebrang lautan hanya untuk menyaksikan pesta pernikahan yang di selenggarakan secara besar-besaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Siti Mushbihah
kau jgn membuatku gusar wahai raja tumenggung
2023-08-05
1
EL SHADAY
like 👍
2023-08-03
1
♡ I Love U ♡
💕💕💕💕
2023-03-03
0