i Will be Fine

"Man! Elo nggak apa-apa?" Reno menatap Andra yang telentang di atas ranjang UKS.

"Reno?" langsung terduduk. "Gue ngapain di tempat ini lagi?"

"Harusnya gue yang bertanya, elo kenapa pingsan?"

"Gue pingsan?" Cowok itu mencoba mengingat kembali kejadian tadi. "Kayanya karena merokok deh,"

"Elo kan dilarang keras merokok. Merokok memperparah penyakit elo, An!"

"Gue tau,"

Reno memegang keningnya. Tidak tau harus mengatakan apa lagi. Sudah cukup sering ia beradu mulut dengan Andra selama ini. Ia cape dan memilih diam. Toh dia nggak bakal pernah didengarkan oleh cowok itu. Padahal, Reno sangat peduli padanya.

"Maaf, tapi saya disuruh ngantarin teh manis ini untuk Andra," Bening tersenyum kikuk sambil menyodorkan segelas teh manis pada Reno. Tubuhnya bergetar hebat. Sejujurnya dia takut masuk ke ruangan itu, tapi karena Bu Elga yang menyuruh jadi dia tidak punya pilihan.

"Elo lagi?" Andra menatap gadis itu sebal.

"Dia yang nolongin elo, An! Kalo nggak ada dia, elo pasti sudah masuk selokan!" Reno membalas Andra seraya menerima sodoran gadis itu.

Bening masih tersenyum kikuk. Ia menunduk sebagai permintaan untuk pergi.

"Tunggu!" cegah Andra.

Gadis itu berhenti. Membalik badan dengan jantung yang berdetak kencang. Ia takut mendengar apa yang akan dikatakan cowok itu selanjutnya. Mampus! Teriaknya dalam hati.

"Nama elo siapa?" tanya Andra.

"Bening Armalia." jawabnya gugup.

"Bening?" Andra memperjelas.

Gadis itu mengangguk.

"Nama elo kampungan sekali!" Andra tertawa kecil.

"Aku emang berasal dari kampung, tapi besarnya di kota,"

Reno tersenyum kecil melihat keduanya. Ia meletakkan gelas itu di atas meja yang ada di dekat ranjang.

"Terimakasih sudah menolong Andra hari ini. Sebagai imbalannya elo dapat ini dari gue," cowok itu mengeluarkan dua lembar uang seratus ribu dari sakunya. Memberikannya pada Bening.

Gadis itu menggeleng. "Nggak usah, aku iklas kok." Dia kembali berbalik, berjalan meninggalkan ruangan. "Aku pergi!"

"Boleh juga tuh cewek," ujar Reno memasukkan kembali uang itu ke sakunya.

Andra tidak menanggapi. Ia malah menyambar teh yang dibawakan gadis itu. Meneguknya tanpa ragu. Tumbenan banget tuh anak mau minum di UKS, biasanya paling ogah. Apa dia merasa bersalah pada gadis itu hingga memilih meminumnya? Tapi rasanya tidak mungkin deh!

"An, mending elo rajin ngurus diri mulai sekarang deh. Elo nggak bosan apa keluar masuk UKS mulu? Minggu ini elo udah dua kali loh masuk ke sini." Reno duduk di bibir ranjang.

"Males gue, Ren!"

"Lawan dong rasa malasnya. Elo nggak malu jadi langganan masuk UKS?"

"Gue pikirin deh!"

***

Jam menunjukkan pukul tiga kurang lima belas menit. Bel berbunyi, anak-anak berhambur dari ruang kelas membawa tasnya masing-masing. Dalam sekejap lapangan ramai oleh siswa yang berebutan untuk pulang. Bening salah satu dari banyaknya siswa yang buru-buru. Maklum, dia sudah lapar banget. Efek tidak jajan sejak tadi pagi.

Andra dan Reno bersantai di pondok baca sambil bermain game. Keduanya emang sering seperti itu.

"Hy, Ren...." cewek cantik berseragam sama seperti mereka tersenyum semangat pada keduanya. "Hy, An... "

Sejenak Reno menoleh pada gadis itu. "Hi, sayang..." balas Reno tersenyum lebar.

Gadis itu duduk di sebelah Reno, melingkarkan tangannya ke lengan Reno. "Lama lagi nggak, nih?" sambil merebahkan kepalanya di bahu cowo itu.

"Shiitttt!" balas Reno. Wajahnya tegang. Sepertinya dia sedang berada dipertarungan sengit.

"DEFEAT!"  begitu bunyi dari game yang mereka mainkan.

"Andra! Elo rusuh banget! Kok keluar sih!" Reno berkata kesal.

"Males, gue mau balik!" jawab Andra sambil menyimpan hapenya ke dalam tas.

Reno ikut-ikutan menyimpan hapenya.  Ia tau kenapa Andra melakukan itu. Kini ia menatap cewek s ensual yang duduk berdempetan dengannya.

"Gara-gara elo sih!" kata Reno setengah membentak.

"Ya maap, aku kan nggak bermaksud demikian... " Anastasia memayunkan bibirnya.

"Nyari ribut sama cewek!" Andra menepuk pundak Reno. "Elo banci?"

Cowok dengan rambut berantakan itu tertawa kecil. "Maap, man! Gue khilaf,"

"Yaudah, kalian mau kencan, kan? Pergilah, keburu hujan turun, langit mendung tuh!" Andra menunjuk langit yang menghitam.

"Elo nggak apa-apa sendirian?" tanya Reno.

"Ngga apa-apa."

"Nggak, An. Gue takut biarin elo pulang sendirian,"

"Lebay banget, asu!"

Reno cemberut. "Gimana kalo elo ikut aja sama kita. Nggak apa-apa kok... "

"Elo pasti udah gila!"

"Benaran kok... iya kan, Sya?" menatap pacarnya demi mendapat persetujuan.

Gadis itu tidak mengangguk. Tapi tidak menggeleng juga. Kayaknya dia nggak ingin Andra ikut, tapi di satu sisi dia takut Reno marah kalo dia berkata tidak.

"Kalo gue ikut, yang ada elo lebih perhatian sama gue ketimbang Tasya, soalnya elo kan lebih cinta sama gue. Kasihan dong Tasya nya,"

"Nggak apa-apa dong, iya kan, Sya?"

"Hmmm, iya, ngga apa-apa," Tasya terpaksa berbohong, ia sebenarnya tidak ingin diganggu.

Andra menatap keduanya bergantian. "Gue akan pulang. Jangan khawatir, gue akan baik-baik saja kok. Nikmatilah waktu berdua kalian," Cowok itu berdiri, memakai tasnya lalu kembali menatap keduanya. "Gue cabut duluan."

"Eh, tunggu, man!" Reno menyampari cowok itu. "Gue antarin ya,"

"Elo itu benaran aneh! Gue udah bilang, gue bisa sendiri!"

"Iya, elo emang selalu begitu! Selalu menanggap semuanya bisa elo lakuin. Dan ya, gue percaya elo bisa, apabila elo sehat seperti sedia kala, tapi sekarang elo sakit, An! Gimana kalo elo pusing terus meluruskan tikungan? Kalo itu terjadi, gue nggak akan pernah memaafkan diri gue!"

Andra tersenyum. "Seandainya terjadi sesuatu yang buruk, setidaknya gue masih bisa mengatakan kalo seseorang telah menghawatirkan gue sebelumnya. Terimakasih sobat, tapi gue baik-baik saja." cowok itu meninggalkan Reno. "Besok ceritain apa aja yang udah elo lakuin!" Andra berteriak dari kejauhan.

***

Andra melajukan mobilnya menuju jalan raya. Ia sendirian di dalam mobil ditemani suara musik yang lumayan kencang. Mulutnya bergerak mengikuti suara penyanyi. Suasana hatinya seperti biasa. Hampa.

Tiba-tiba hapenya berdering, segera ia memelankan suara musiknya.

"Clubbing? Malam ini?" ia menyahut ajakan orang di seberang.

"Malam spesial? Gue yakin, pesta miras, 'kan?"

"Okay, malam ini gue ikut."

"Oke, bye."

Andra melemparkan hapenya ke kursi kosong di sebelah setelah mengakhiri percakapan dengan Dean, si berandal penguasa dunia malam. Dia diajak merayakan pesta miras malam ini. Andra yang biasanya tidak mau kini mulai mencicipi dunia malam.

Cowok itu tersenyum sinis entah karena apa. Tapi secara tidak sengaja ia melihat gadis pendek yang sering ia temui akhir-akhir ini.  "Si gadis kampung sabuk hitam?" ia melihat gadis itu berjalan dengan santai.

"Dia pulang jalan kaki?" tanpa sadar Andra melambatkan laju mobilnya. Ia ingin mengikuti gadis itu.

Andra tanpa sadar tersenyum ketika memperhatikan gadis itu. "Tambah panjang umur gue kalo ngintilin dia! Mending gue balik aja," Andra tetap tersenyum walau sudah mengubah jalur tempuh. Gadis itu berhasil melengkungkan sesuatu yang tak pernah melengkung selama ini. Bening, dia memang cewek yang unik.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!