Gagal

Sasa mengambil satu minuman dan memberikan 5 tetes cairan ke dalam minuman itu.

"Pastikan gadis yang berdansa dengan Kian meminum ini!" Sasa menunjuk gelas yang sudah ia beri obat perangsang. Sasa juga memberikan tip pada pelayan pria itu sebelum pergi. Sasa yakin, malam ini Mega akan apes. Tidak hanya harga dirinya yang hancur, tapi juga dengan begini mamanya bisa punya alasan untuk mendepak Mega dari rumah.

Sementara Kian dan Mega baru saja selesai berdansa, mereka berdua tampak canggung satu sama lain. Kian membuka suara memecah kesunyian. "Gue nggak menyangka kalau lo bisa dansa," Kian sedikit takjub juga dengan aksi Mega barusan, ia pikir si gadis yang dulunya jelek kini berubah cantik itu hanyalah gadis cupu pada umumya.

Mega menata nafasnya yang terengah - engah, sudah lama ia tak melakukan gerakan dansa sejak menjadi seorang MUA. Apalagi tubuh yang ia tempati sekarang sangat lemah tak berenergi. Dia perlu peregangan otot beberapa menit untuk memulihkan tenaga nya.

Mega rasa ucapan Kian hanya sebuah sindiran saja, ia harus lebih berhati - hati agar tak jatuh hati pada pria yang sok kegantengan ini.

"Hebat kan aku!" Mega memuji dirinya sendiri. Kian puas ketika Mega menyeimbangkan dirinya saat berdansa tadi, terlebih Mega tak mempermalukan dirinya di depan teman - teman. Acungan jempol tepat berada di wajahnya. Tatapannya tak luput dari kekaguman.

"Terimakasih, kamu tak perlu mengagumi aku seperti itu, jangan terlalu lama menatapku!" sentil Mega yang membuat Kian berkedip.

"Jangan geer lo, gue tahu batasan gue !"

"Alah, akui saja kamu terpana kan dengan kecantikanku?"

Kian tertawa geli melihat Mega menggodanya.

"Haus banget," keluh Mega mengalihkan obrolan yang sama sekali nggak penting itu sambil mengusap tenggorokannya yang kering bak padang pasir.

Kian menoleh mencari sosok pelayan yang ternyata sudah berjalan tak jauh dari arah nya.

Seorang pelayan suruhan Sasa tadi berhenti tepat ketika Mega memanggil nya. Saat Mega mengambil satu gelas, pelayan tersebut menegurnya. "Maaf Nona, minuman ini sudah ada yang pesan!" Alih -alih Mega mengambil gelas yang satunya tanpa merasa curiga sedikit pun. Kian mengambil minuman yang lain juga.

Mega meneguk minuman tersebut dengan cepat dan tanpa sisa.

"Bocor deh tuh gelas, mau nambah lagi?" tawar Kian yang merasa gadis di depannya ini kehausan.

"Udah cukup!" Mega meletakkan gelas dan pelayan pun segera pergi. Ia harus mencuci beberapa gelas kotor untuk menghilangkan bukti, jika terjadi sesuatu hal buruk pada gadis itu, ia tidak akan ketahuan sebagai pelakunya.

Tangan Kian terulur ke atas mengusap bekas minuman di bibir Mega. "Ups, maaf!" Kian mengangkat tangannya saat Mega melotot ke arahnya.

Aris, Beni dan Liam mendekat.

"Wah, gila lo, gue kan udah bilang kalau Mega jatah gue, lo embat juga!" Liam meninju lengan Kian.

"Sorry Bro, siapa cepat dia dapat!" sarkas Kian menahan dengan telapak tangan.

"Meg, mau dansa lagi nggak bareng gue?" tawar Liam sambil mengulurkan tangan.

"Sorry, Li, aku capek banget, aku mau istirahat sebentar!" Mega hendak memisahkan diri dari mereka.

"Gue temenin ya!" Kian nyelonong begitu saja mengikuti langkah Mega tanpa mempedulikan para sahabatnya. Mega tak masalah jika Kian mengekor.

Beberapa menit selanjutnya. Mega mulai merasakan suhu tubuhnya tidak teratur, badannya terasa gerah dan resah, atau bisa disebut dengan istilah “horny”.

Kian mengajak bicara sambil mencari posisi yang bagus untuk duduk santai.

Tapi Mega tidak bisa berkonsentrasi saat diajak bicara dan kurang fokus.

Ia tahu gejala ini. "Sial, kenapa dengan tubuhku? Gerah banget, kalau saja Kian tak mengikutiku aku sudah lepas baju sekarang."

"Gawat, area sensitifku berdenyut! Aku harus pergi dari sini sebelum akh..." Mega mendesah dan tangannya ingin sekali membuka paksa bajunya.

"Kian tak boleh tahu hal ini, aku bisa dipermalukan olehnya." batin Mega terus bermonolog.

Gelagat Mega mencuri perhatian Kian. "Lo kenapa Meg?" tanyanya khawatir.

"Gerah banget, aku mau lepas baju!" ujar Mega spontan tanpa ia sadari. Tangannya terasa gatal untuk menarik dresnya.

Tangan Kian menahan pergerakan Mega. Justru sentuhan kulit yang Kian berikan membuat Mega menegang.

Kian melihat wajah Mega berkeringat dan merah bak kepiting rebus.

"Jangan bilang lo mau ...."

"Apaan sih, aku udah nggak tahan nih, gerah banget!"

Kian tersenyum renyah, ia tahu gelagat Mega seperti seseorang yang mengalami libido. Bukannya kurang ajar tapi sungguh kesempatan ini tidak akan terulang kembali.

"Gue bisa bantu buat puasin diri lo,"

"Gila kamu, ingat ya aku gadis jelek yang selalu kamu hina ini akan selalu menjaga status keperawanan."

Kian dengan posisi yang masih sama seperti tadi tertawa lepas. "Gue bercanda. Gue tahu cara yang ampuh buat mengatasi hal ini." Mata Kian tertuju pada air kolam.

"Maksud kamu?"

Tanpa banyak bicara lagi, Kian menarik Mega terjun ke dalam kolam.

Kyakk...

Mega menjerit dan menyita perhatian semua orang di sana.

Kian menarik Mega ke tepi dan membantunya keluar dari kolam.

Melihat hal ini, rencana Sasa gagal untuk mempermalukan si jelek. Bagaimana bisa Mega bertahan dari batas waktu yang ditentukan oleh obat perangsang yang ia berikan. Seharusnya Mega sudah telanjang saat ini.

Kian membawa Mega masuk ke dalam rumah. Karena nggak punya saudara cewek, terpaksa Kian meminjami kaos miliknya yang terlihat kedodoran saat Mega kenakan.

"Terimakasih, aku berhutang budi padamu, Tuan Muda!" Kian masih berada di dalam kamar mandi, Mega segera pergi dan bergegas pulang sebelum malam bertambah larut.

Keesokan harinya.

Mega mengikuti kuliah seperti hari - hari biasanya, menulis dan fokus memperhatikan dosen. Bahkan ia tak menyapa Kian, seolah kejadian kemarin sebatas mimpi saja.

Kian menghentikan langkah Mega saat bubaran kuliah. "Lo baik-baik saja kan?"

Mega mengernyitkan dahi, "Ya, aku baik dan sehat seperti yang kamu lihat." Mega melanjutkan langkahnya seolah dirinya mengabaikan Kian.

Kian tak melihat Liam setelah mata kuliah selesai. Ia mencari di tempat parkir dan di sana ia melihat Liam menutup pintu mobil sebelah, seolah membawa penumpang di dalam mobil tersebut. Merasa penasaran dengan penumpang yang ia yakini seorang cewek lantas ia mengikuti Liam pergi.

Mobil Liam berhenti di sebuah cafe. Liam terlihat turun lebih dulu dan membuka pintu mobil sisi samping.

"Itu kan Mega!" pekiknya tak percaya dengan apa yang ia lihat barusan. Tangannya mengepal dan segera turun dari mobil menyusul ke arah Liam dan Mega.

Kian merasa panas dingin dibuatnya. "Mega, gue cari lo dari tadi?"

"Kian?" kedua pasangan itu menoleh ke arah sumber suara.

"Gimana lo bisa sampai ke sini?" tanya Liam penasaran.

Kian tak menghiraukan pertanyaan Liam, bola matanya masih asyik menatap gadis cantik di depannya.

Mega menautkan kedua alisnya meminta penjelasan untuk apa Kian mencarinya.

"Eum, mama meminta gue untuk jemput lo sekarang !"

"Untuk apa, aku kan udah nggak ada pekerjaan hari ini?"

"Eum, mama sakit dan butuh lo!" mendengar majikannya sakit Mega menurut dan mengikuti Kian masuk ke dalam mobil.

Terpopuler

Comments

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

Hwaiting Kk
PaMud Mampir

2023-06-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!