Selesai membuka acara, Kian menyerahkan mikrofon pada Aris untuk melanjutkan acara reuni. Aris mendekatkan mikrofon ke bibirnya dan memandu teman-temannya untuk menikmati hidangan yang tersedia.
Di ujung sana dekat tepi kolam, Kian memperhatikan setiap gerakan Mega yang tengah mengobrol dengan Liam. Cemburu? Mungkin itu yang sekarang menyerang hatinya. Mega berganti mengobrol dengan para gadis, Kian tetap memantau dengan tatapan penuh kekaguman. Rasa kagum yang ia ciptakan membuat detak jantungnya berpacu. Kian tak pernah merasakan ini sebelumnya, dulu suatu kebanggan bisa mengatai si jelek Mega. Entah mengapa hinaan yang sering ia ucapkan pada Mega kini seolah tak berlaku untuknya. Mega terlalu sempurna untuk dibilang jelek.
"Mega, kamu pakai make up apa, kok hasilnya bagus banget?" tanya Cila.
"Yah, tentu saja hasilnya maksimal. Kalian nggak tahu kan aku seorang MUA," batin Mega tertawa puas. Selain bisa menampilkan hasil riasan pada semua orang ia juga berhasil membuat para musuhnya merasa iri dan kesal, terutama saudara tirinya Sasa.
Mega membuka mulutnya dan menerangkan cara bermake up. Mulai dari Cila, Septi dan Rika pun ikut membaur menyimak pembicaraan yang hangat itu. Para gadis mengerumuni Mega. Banyak tips yang Mega sampaikan. Mereka mengangguk seolah paham dengan apa yang Mega utarakan.
Dari arah sana, Kian tersenyum tipis bahkan setipis mungkin hingga para sahabat dekatnya termasuk Liam tak menyadari hal itu.
"Bro!" panggil Liam hingga membuat Kian sontak menoleh. Liam meluruskan pandangan ke arah Kian tadi. "Oh, lo lagi lihatin para cewek, awas ya kalau sasaran berikutnya si Mega! Dia giliran gue." pangkas Liem seketika terpana juga dengan dandanan Mega yang super wow.
"Apaan sih, emang nggak ada gadis lain selain si jelek itu!" timpal Kian yang tak ingin diketahui perasaannya.
"Gue pegang omongan lo!"
"Tali kali yang dipegang."
"Hei Bro!" Aris datang sambil membawa segelas minuman. "Sesi berikutnya ngedance yuk!"
"Boleh, gue mau ngajak si Mega!" timpal Liam yang langsung membuat si Kian melotot tajam ke arahnya.
Sasa dan Loli semakin iri dengan Mega yang menjadi pusat perhatian. Tangan mereka mengepal kuat, rasanya sudah gatal ingin mencabik - cabik muka yang sok cantik itu.
"Kak, si jelek itu bisa melonjak ke kita kalau nggak kita kasih pelajaran sekarang!" usul Loli.
Sasa terdiam seolah memikirkan sesuatu.
Aris memegang mikrofon lagi dan membunyikan suara nya dengan keras.
"Hai Ladies, siapkan diri kalian! Acara selanjutnya adalah dansa!" teriak Aris panjang yang disambut dengan teriakan para gadis.
Inilah yang para gadis tunggu, sudah pasti sang tuan rumah akan memilih satu pasangan untuk berdansa.
"Si Mega malam ini oke banget, yuk kita taruhan siapa diantara kita yang bisa deketin Mega bakal dapat gratis makan di kantin sebulan."
"Oke, gue setuju!" ujar Liam semangat.
Beni pun tak mau ketinggalan.
"Lo nggak ikut An?" tanya Beni ke arah Kian.
"Ah, mana berani dia, so setiap kali bertemu Kian selalu mengatai Mega jelek, sudah pasti ditolak." Liam tertawa lepas.
"Gue ikut!" sahut Kian yang segera beranjak pergi meninggalkan mereka.
Kian Raditya melangkahkan kaki mendekati para wanita yang sedang berkerumun.
Sasa yakin jika Kian yang akan datang menghampirinya dan memuji kecantikannya.
Saat dekat, Kian melewati Sasa begitu saja dan langkahnya lurus menuju gadis jelek yang berubah cantik.
Sasa mengepalkan tinju, ia tak terima jika Kian mengabaikan dirinya. Susah payah ia pergi ke salon agar bisa menarik perhatian sang pujaan hati, tapi ia malah diabaikan.
"Jika keinginan menjadi kenyataan, kamu akan mengatakan ya. Maukah kamu berdansa denganku?" tangan Kian terulur tepat di depan Mega.
Buru - buru Sasa mendekat dan menahan tangan Kian.
"Lo nggak salah pilih An, Mega kan cupu banget plus sangat. Mana bisa dia dansa. Berjalan saja suka jatuh apalagi bergaya, sudah pasti dia nanti jadi bahan tertawaan."
"Lihat saja sepatunya, bergaya pakai high heel biasa juga pakai sandal jepit." ledek Sasa belum berhenti.
"Kamu nggak level sama dia, mending sama aku, udah cantik dan pastinya nggak bikin kamu malu di lihat semua orang." imbuhnya yang terus menyudutkan Mega.
"Mega, kamu kan nggak bisa dansa mending kamu ke dapur aja, sana cuci piring atau apalah!"
Beni, Aris dan Liam kalah cepat. Mereka bertiga hanya menunggu saja Kian mendapat penolakan dari Mega, setelah itu diantara mereka akan menawarkan diri.
Mega hanya menggeleng samar, memperhatikan saja si Sasa berkomentar pedas terhadapnya, tapi membiarkan gadis itu nyinyir saja juga tidak baik bagi pendengarannya. Lantas ia mendekat ke arah Kian. Menarik paksa tangannya.
"Aku menerima tawaranmu." ucapan Mega membuat Sasa terabaikan. Sasa menghentakkan kaki ke lantai tak suka.
Mega menyentikkan jari seketika itu lampu area kolam berubah temaram seiring dengan suara musik yang menggema.
Kian tersenyum menang. Mereka berdua berdiri saling berhadapan dengan jarak selebar bahu. Kian berdiri menghadap ke depan dan Mega menghadap ke arah berlawanan sehingga mereka berdua berdiri saling berhadapan.
Kian meletakkan telapak tangannya di tulang belikat Mega. Menggenggam telapak tangannya dengan tangan kiri sambil mengangkat siku kanan setinggi bahu.
Penyakit jantung Kian mendadak kambuh, detaknya mulai tak menentu apalagi ini setelah bersentuhan kulit secara langsung. Begitu kenyal dan lembut. "Oh Tuhan, gadis ini seperti malaikat saja, jika dia benar malaikat aku hanya ingin mati olehnya ." gumam Kian mulai menggila.
Mega tak merasa canggung, ini kesempatan dirinya untuk bisa membuat si tuan muda yang sok kegantengan ini sadar diri dan tak merendahkan dia lagi.
Setiap kali bergerak, Kian menekuk lutut sedikit supaya Mega bisa berjinjit dan bertumpu pada bola telapak kaki setelah melangkah. Mega Menjejakkan tumit di lantai dengan lembut dan elegan saat melangkah ke samping.
Mega berdansa waltz dengan baik, dulu ia berlatihlah dalam kelas dansa profesional dan komunitas dansa. Instruktur dansa selalu membantu Mega memperbaiki teknik berdansa waltz dan mengajarkan cara yang benar hingga ia bisa menguasai. Mega tak mengira berdansa sangat menyenangkan. Padahal ia selalu membenci kelas dansa.
Sasa dan Loli di buat melongo untuk yang sekian kali.
"Kak, aku nggak salah lihat kan, sejak kapan si jelek Mega bisa berdansa?" tukas Loli tak suka.
Sasa sama geramnya dengan adiknya.
Selesai dansa Kian dan Mega, mendapat tepukan tangan yang meriah. Semua teman Mega berdecak kagum dengan gaya dansa Mega yang luar biasa hebat.
Sasa tak boleh tinggal diam, ia harus mempermalukan gadis jelek itu bagaimanapun caranya.
"Pelayan, sini kamu!" Sasa melambaikan tangan. Seorang pelayan membawa nampan berisi minuman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
范妮·廉姆
Dance hayu bareng hehe
2024-01-18
0
Kam1la
Selamat datang di karya author terbaru ini,
Berkarya tidaklah mudah tanpa dukungan dari kalian...
jangan lupa like, vote dan hadiahnya ya.... terimakasih 😘😘😘
2023-03-19
1