Aku pergi

1 minggu kemudian, kini saatnya Hasan pergi. Dan keduanya sekarang berada di bandara. Ia lalu melihat kekasihnya Melani dengan wajah kesedihan. "Aku pergi ya sayang".

Tidak menjawab Hasan, Melani malah menarik nafas panjang sembari menatap Hasan. "Mmmm, pergilah. Beritahu aku begitu kamu tiba disana".

"Iya sayang, aku akan memberitahu mu begitu aku tiba disana".

"Sekarang pergilah, sebentar lagi pesawat kamu akan terbang".

Setelah mengatakan hal tersebut, Hasan pun segera memasuki pintu satu pergi meninggalkan sang kekasih yang masih setia berdiri disana. Hingga sekarang Hasan telah berada di dalam pesawat, ia lalu menutup kedua mata dan membiarkan dirinya tertidur.

Sedangkan Melani, begitu ia meninggalkan bandara, ia langsung menuju perusahaan kedua orang tuanya yang berada di pusat kota. Kemudian karyawan yang melihat kepadanya melemparkan senyuman yang begitu sangat Melani sukai. Dan ia juga mendengar apa yang mereka katakan.

"OMG! Ternyata nona Melani di Indonesia" bisik salah satunya.

"Iya, lihatlah betapa cantiknya dia. Astaga! Bahkan kecantikannya terlihat seperti bidadari".

"Mmmm, kira-kira nona Melani sudah memiliki kekasih tidak yah? Tapi seperti yang aku lihat, cincin yang melingkar di jemari tangan beliau seperti... Kalian bisa tebak enggak sih kalau cincin itu seperti cincin lamaran?".

"Iya yah, cincin itu seperti cincin lamaran. Atau jangan-jangan nona Melani sudah bertunangan?".

"Sepertinya".

"Wah, pantas saja nona Melani tak henti-hentinya tersenyum seperti itu kepada kita sedari tadi. Ternyata nona Melani sudah bertunangan".

"Aku yakin tunangan nona Melani pasti bukan orang sembarangan. Iya kan?".

"Ya pastinya, tidak mungkin tunangan nona Melani masih seperti kita ini. Aku sangat yakin, tunangan nona Melani pasti salah satu orang terkaya di dunia. OMG!".

Dan sekarang Melani sudah berada di lantai atas, ia lalu keluar dari dalam lift melihat para karyawan itu lagi terheran-heran kepadanya dan ia hanya melemparkan senyuman seperti yang tadi ia tunjukkan di lantai bawah(Loby).

"Hallo! Selamat siang" ucapnya menyapa.

"Selamat siang nona. Senang melihat nona siang hari ini. Kapan nona tiba di Indonesia?".

"Sudah satu minggu lamanya. Saya permisi dulu yah".

"Iya nona" mereka sampai melihat Melani masuk ke dalam ruangan sang Presdir yang pastinya ayahnya sendiri. "Wah! semakin tahun nona Melani semakin cantik saja yah".

"Iya, beliau bahkan terlihat lebih mudah lagi. Bahagia sekali hidupnya".

"Jelas dong, nona Melani kan seorang model go internasional. Ya pastinya nona Melani semakin cantik dan semakin awet muda tidak seperti kita ini" mereka tertawa bersama dan kembali fokus bekerja.

Ceklek!

Marlon melihat kepadanya, "Sepertinya aku terlihat sedang menganggu pekerjaan papa".

"Tidak! Ada apa kamu kemari?".

Melani mendudukkan diri, ia lalu memperhatikan seisi dalam ruangan Marlon dengan senyum mengembang di wajahnya.

"Mulai dari kakek ruangan ini tidak pernah berubah. Kenapa?".

Marlon kemudian ikutan melihat seisi dalam ruangannya, dan tersenyum bangkit dari kursi kebesarannya menghampiri Melani yang duduk di sofa.

"Papa menyukainya".

"Benarkah? Tapi ruangan ini terlihat begitu sangat kuno sekali".

"Tidak apa-apa. Terus, apa Hasan sudah berangkat sehingga kamu datang kemari?".

"Mmmm, begitu Hasan berangkat aku langsung kemari. Habisnya aku bosan kalau dirumah saja, mana Hasan sudah pergi lagi" jawab Melani sedih. "Tolong berikan aku pekerjaan pah. Aku ingin mencoba menghibur diri".

Marlon tertawa kecil, "Kenapa kamu tidak membantu mama mu saja? Papa yakin sekarang mama mu pasti lagi sibuk".

"Aku malas bagian mall pah. Karna itu aku kemari".

"Baiklah kalau begitu, sebentar lagi papa mau ada meeting. Tolong kamu kerjakan dokumen yang ada di dalamnya" Marlon memberikan sebuah flashdisk di hadapannya. Dan dengan senang hati Melani langsung menerimanya dan menyuruh Marlon untuk segera meninggalkan ruangan tersebut.

.

Hari semakin sore, cuaca terlihat seperti sedang mendung. Sedangkan Hasan baru saja keluar dari dalam pesawat setelah ia tiba di bandara tempat tujuannya. Kemudian ia melihat tempat tersebut begitu sangat sejuk dan juga tempat tersebut begitu sangat indah.

"Seandainya aku kemari bersama dengan Melani, aku sangat yakin perjalanan bisnis ku tidak akan membosankan" gumam Hasan melihat salah satu bus menuju tempat yang hendak ia tujuh berhenti disana. Ia pun segera memasuki bus tersebut.

Kemudian salah satu dari penumpang di dalamnya melihat kepada Hasan yang begitu sangat tampan membuat ia menyuruh Hasan duduk disebelahnya. Tanpa menolak, Hasan pun mendudukkan diri disana melihat si pria itu tersenyum kepadanya.

"Kamu sangat tampan sekali. Sepertinya kamu orang baru di kota ini. Dari mana asal mu nak?".

Hasan membalas senyumannya dengan tipis, "Saya dari kota xx".

"Oh, pantas saja. Lalu siapa nama mu? Maaf kalau saya terlalu banyak bertanya".

"Tidak apa-apa. Nama saya Hasan pak".

"Mmmmm, Hasan! Nama yang begitu sangat bagus. Kalau saya Maman, panggil saja dengan sebutan itu. Terus, nak Hasan ini mau kemana?".

Hasan terdiam menatap pak Maman sambil berpikir, "Siapa orang ini? Dia terlalu banyak bertanya. Tapi kalau di pikir-pikir, sepertinya aku bisa memaafkan orang ini" batin Hasan.

"Kenapa nak Hasan terdiam seperti ini?" tanya pak Maman heran.

"Saya tidak punya tempat tujuan".

"Loh" pak Maman sedikit terkejut bagaimana bisa seseorang datang ke daerah mereka tanpa punya tempat tujuan. "Jadi nak Hasan kenapa datang kemari kalau Nak Hasan tidak punya tempat tujuan?".

"Saya... Saya ingin mencari suasana baru. Karna itu saya datang kemari tanpa ada tujuan".

"Oh begitu. Kasihan sekali kamu nak Hasan. Kalau begitu, sebelum nak Hasan mendapatkan tempat tinggal. Bagaimana kalau nak Hasan tinggal dirumah saya saja? Tidak apa-apa kok, nak Hasan tidak usah merasa segan seperti itu karna saya hanya memiliki seorang putri yang masih sekolah tingkat SMA. Jadi nak Hasan tidak akan terganggu tinggal dirumah saya".

Hasan kembali tersenyum, "Anda ini yakin?".

"Hey, tentu saja" pak Maman tertawa begitu sangat bahagia sekali. Hingga bus tersebut berjalan meninggalkan bandara. Dan setibanya mereka di terminal, pak Maman membawa Hasan menaiki angkot menuju rumahnya. "Sepertinya kamu terlihat sangat tidak nyaman sekali".

Hasan menggeleng kepala, "Tidak apa-apa" jawabnya meskipun yang sebenarnya ia ingin sekali turun dari dalam angkot tersebut.

Lalu penumpang yang berada di sebelah pak Maman bertanya, "Siapa pria tampan itu Maman?" tanyanya dengan senyum mengembang di wajahnya. "Apa dia keponakan kamu yang dulu pernah kamu ceritakan?".

Pak Maman tertawa kecil, "Tidak, dia hanya orang baru disini. Dan aku baru saja mengenalnya. Tapi karna dia tidak memiliki tempat tujuan, aku bawa saja di kerumah ku. Istri ku pasti sangat senang sekali".

"Iya yah. Terus, mau sampai kapan nanti di dirumah mu?".

"Tidak tau, itu semua terserah dia saja".

"Mmmm, aku sangat menyukai pria ini" dan mereka pun tertawa bersama.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!