Sekarang mereka telah sampai di depan dirumah sederhana milik pak Maman. Hasan lalu memperhatikan rumah tersebut membuat pak Maman berkata. "Kenapa? Rumah ini memang sederhana tapi nyaman untuk di tinggali. Ayo masuk".
"Iya".
Seumur Hasan hidup, ia belum pernah melihat rumah sederhana yang pak Maman tinggali. Karna itu ia sedikit terkejut, tapi pada akhirnya ia bisa mengendalikan perasaan itu mengikuti langkah kaki pak Maman masuk ke dalam rumahnya. Dan disana, sang istri langsung melihat kepada mereka sambil bertanya.
"Siapa dia ayah?".
Pak Maman menyuruh Hasan memperkenalkan dirinya dan berkata kalau wanita itu adalah istrinya.
"Hasan" jawab Hasan mengulurkan tangan kanannya membuat buk Tari tersenyum senang membalas tangan Hasan. "Maaf sudah menganggu waktunya".
"Hahahaha... Tidak apa-apa nak Hasan. Terus kalian ini kapan berkenalan? Kenapa ayah tidak pernah memberitahu ibu kalau ayah....
"Ibu ayah aku pulang" teriak Clara Mandefa seperti biasanya membuat kedua orang tuanya terbelanga karna ada Hasan dirumah tersebut. kemudian Clara melihat Hasan, "Siapa pria ini ayah? Tampan sekali dia" ia tersenyum mengedipkan sebelah mata.
Lalu buk Tari menjewer telinga Clara dan berkata kepadanya untuk sedikit menjaga sopan santun karna ada tamu dirumah tersebut.
"Aaarrkkhh... Sakit Bu" Clara merengek kesakitan melihat Hasan kembali. "Harusnya ibu malu akh menjewer Clara di depan pria tampan seperti dia. Hallo! Nama ku Clara. Om ini namanya siapa?".
Mendengar Clara menyebutnya om, itu membuat Hasan merasa jengkel ingin menendang wanita kecil yang berada di hadapannya itu.
"Loh Yah. Kenapa om ini tidak menjawab pertanyaan ku?" wajah Clara terlihat begitu sabar mungil saat mengajukan pertanyaan tersebut.
"Clara" buk Tari kembali menegur putrinya itu. "Sudah nak. Jangan seperti itu di hadapan tamu kita. Ayo nak Hasan silahkan duduk. Saya akan membuat teh".
Pak Maman membawa Hasan duduk di sofa, sedangkan Clara yang tak satupun diantara mereka menjawab pertanyaan, ia mendengus kesal tapi setidaknya ia tak siapa nama pria datar itu membuat ia akhirnya tersenyum dalam hati mengikuti sang ibu masuk ke dalam dapur.
"Buk...
"Clara!" buk Tari terlihat marah kepadanya. "Harus berapa kali lagi ibu berkata kepada mu kalau ada tamu datang kerumah ini kamu itu harus sopan dan menghargai tamu tersebut. Apa kamu sudah tidak bisa dibilangin lagi?".
"Maaf Bu. Lagian kan tamu juga jarang datang kerumah kita".
"Kamu sudah kebiasaan seperti ini Clara. Pokoknya ibu tidak mau tau, mulai hari ini kamu harus menjaga sopan santun mu. Jangan sampai kesalahan hari ini kamu ulangi lagi, kalau tidak ibu sendiri yang akan....
"Iya-iya! Clara minta maaf buk".
"Bagus kalau begitu. Sekarang kamu ganti pakaian sekolah mu, setelah itu kamu makan dan langsung berangkat ke ladang".
"Iya Bu".
Dengan wajah kesedihan Clara memasuki kamarnya dan segera mengganti pakaiannya, namun wajah tampan milik Hasan malah terus-menerus terngiang-ngiang dalam benaknya dan itu membuat Clara tersenyum-senyum sendiri.
"Kenapa om.. Siapa tadi namanya? Hasan? Iya sepertinya namanya adalah Hasan. Astaga! Kenapa dia sangat tampan sekali? OMG! OMG!" senang Clara. "Tapi kira-kira om itu sudah menikah apa belum yah? Aku penasaran".
Clara selesai mengganti pakaiannya, ia lalu keluar dari dalam kamar melihat ketiga orang itu sedang asik mengobrol satu sama lain. Dan Clara yang melihat Hasan sedang tertawa membuat jiwanya semakin meronta-ronta memuji Hasan.
"Ya Tuhan ku! Kenapa sih ada pria setampan dia di dunia ini?".
Clara kemudian menghampiri mereka, lalu berkata. "Ibu ayah, kalau begitu Clara pergi dulu yah".
"Clara udah makan?".
Ia menggeleng kepala menerbitkan senyuman manis kepada Hasan yang ketepatan melihat kepadanya. "Oh iya Ayah. Apa om Hasan mau tinggal dirumah kita? Aku melihat om Hasan membawa tas besar".
"Iya, untuk hari ini kamu tidak usah pergi ke ladang. Kamu tolong bantu nak Hasan membersihkan kamar yang akan dia tempati karna ayah dan ibu mau keluar sebentar. Bisaka...
"Hahahaha... Ayah tenang saja. Serahkan semua kepada ku".
"Ya sudah, ayah percaya kepada mu. Ayo buk, mereka pasti sudah menunggu".
"Iya ayah" angguk buk Tari mengingatkan Clara untuk tidak macam-macam karna ia sangat tau betul nakal putrinya itu seperti apa.
"Iya ibu" jawabnya.
"Kalau begitu kami tinggal sebentar ya Nak Hasan. Biarkan putri kami yang menyiapkan kamar nak Hasan" ucap pak Maman di anggukkan oleh Hasan.
Lalu setelah sepasang suami istri pergi meninggalkan mereka berdua. Clara kembali tersenyum mengajak Hasan mengikutinya dari belakang menuju kamar yang akan Hasan tinggali.
"Oh iya om. Aku boleh bertanya tidak?".
Terdiam, Hasan terdiam tanpa menjawab pertanyaan Clara yang begitu sangat menyebalkan bagi dia.
Clara menghentikan langkahnya, ia melihat kepada Hasan dengan kening mengerut.
"Om Hasan. Kenapa om Hasan tidak menjawab ku?".
"Dimana kamarnya?" tanya Hasan langsung mengabaikan pertanyaan Clara.
"Itu" jawab Clara. "Tapi aku membersihkan kamar itu dulu om baru bisa ditinggali".
"Tidak usah, kamu pergi saja biar saya sendiri yang membersihkannya. Sekarang beritahu dimana letak sapu dirumah ini?".
Clara menatapnya heran, dan ia belum juga menjawab pertanyaan Hasan membuat Hasan mengulangi pertanyaannya lagi.
"Yah.. Apa kamu ini tuli?".
Clara tersadar, setelah itu ia berkata kepada Hasan biar dia saja yang mengambilnya.
"Hhhmm... Tampan-tampan tapi dia terlihat cukup sedikit kasar. Ck, menyebalkan sekali" begitu Clara mendapatkan sapu tersebut, ia tidak melihat Hasan lagi di depan pintu. Ia tebak Hasan pasti sudah berada di dalam kamar. Kemudian ia masuk ke dalam tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, dan saat itu jugalah ia membulatkan kedua mata melihat Hasan sedang Menganti pakai di depan lemari pakaiannya.
"OMG!".
Mendengar suara Clara, Hasan memutar tubuhnya melihat kepadanya dengan wajah marah.
"Apa yang kamu lakukan?".
Bukannya Clara merasa bersalah telah menerobos masuk ke dalam. Gadis nakal itu malah tersenyum menggoda mencoba mendekati Hasan dengan langkah kaki anggun. Tetapi Hasan yang jengkel kepadanya, ia mengeluarkan ponselnya sambil berkata kepada Clara.
"Jika kamu seperti ini. Saya terpaksa menghubungi kedua orang tua mu berkata kalau kamu berusaha untuk menggoda tamu yang datang kerumah mu".
Mengancam Clara dengan hal seperti ini membuat Hasan merasa seperti anak kecil saja. Dan itu juga membuat ia benar-benar sangat marah kepadanya dan ingin sekali melenyapkan gadis tersebut.
"Om Hasan!" Clara memanggil namanya dengan sedih. "Kenapa sih om Hasan seperti ini kepada ku? Emang aku salah apa om sehingga om terlihat begitu sangat tidak menyukai ku?".
"Hhhmmss!" Hasan mendengus kesal. Ia lalu menarik nafas panjang sembari mengunakan jemari tangganya agar Clara pergi sekarang juga dari kamar itu. Tetapi Clara sama sekali tidak menuruti apa yang Hasan katakan, ia masih tetap disana sebelum Hasan menjawab pertanyaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments