Eps 5

Pagi ini Ayu bangun dan memasak sarapan untuk suaminya.

"Mas, kamu makan dulu ya!" Ucap Ayu yang melihat Wawan yang sudah rapi dengan pakaian kerja.

Wawan melirik ke arah meja makan, pria ini menghembuskan nafasnya lesu melihat menu sarapan yang tidak menggugah selera.

"Yu, kamu masak ikan asin lagi?" Tanya Wawan terlihat lesu.

"Iya, seperti yang mas lihat sendiri." Jawab Ayu.

"Astaga Ayu, masa suami mu kamu kasih ikan asin sih, Yu." Kesal Wawan.

"Adanya cuma itu, mas." Jawab Ayu, wanita ini seolah tak peduli.

Wawan pun semakin kesal, ingin sarapan di rumah ibunya tapi jam sudah mepet alhasil mau tak mau Wawan terpaksa sarapan dengan ikan asin.

"Mas mana janji kamu, katanya mau ngasih uang buat beli bedak!" Tagih Ayu seraya mengulurkan tangannya ke arah Wawan yang sedang makan.

"Inget aja ternyata," ucap Wawan sembari merogoh saku celananya untuk mengambil dompet.

"Ini uang limapuluh ribu buat belanja sampai dua hari ke depan, kalau kamu mau beli bedak, gunakan saja uang itu."

"Loh mas kok gitu?" Tanya Ayu tak terima. "Limapuluh ribu kan jatah belanja, kalau beli bedak beda lagi dong, uang nya!"

Wawan melirik Ayu sekilas lalu kembali menikmati sarapannya.

"Mas! Jawab, dong!"

"Sudahlah, Yu terima saja uangnya, jangan membahas uang terus. Makannya kalau jadi orang jangan boros-boros, jangan sukanya belanja terus!" Ucap Wawan.

"Hei mas, kamu sadar gak apa yang kamu bilang, aku saja tidak pernah belanja untuk kebutuhan ku sendiri bahkan aku gak pernah keluar kecuali ke pasar, biarpun aku belanja, itu pun belanja untuk keperluan dapur!" Ucap Ayu yang jengkel.

"Sudahlah, Yu aku malas berdebat sama kamu, pusing kepala ku tiap hari yang di bahas uang dan uang, kamu itu harusnya bersyukur udah aku kasih nafkah." Ucap Wawan tak mau kalah. "Kalau kamu keberatan sama nafkah yang aku kasih, mending kamu kerja sana!" Seru Wawan.

Terkejut Ayu, wanita ini tak menyangka jika suaminya tega berkata seperti itu. Padahal dulu awal-awal pernikahan Wawan lah menyuruhnya untuk tidak bekerja. Namun sekarang dengan teganya Wawan berkata seperti itu.

Wawan bangkit dari duduknya kemudian pria ini pergi begitu saja tanpa berpamitan pada Ayu.

"Dasar! Punya istri gak ada rasa bersyukur nya sama sekali!" Ucap Wawan pria ini pun segera memacu motornya dengan perasaan marah.

-

-

-

Tok... Tok...

"Yu... Ayu...!" Seru Bu Nining dari luar.

"Untuk apa ibunya mas Wawan pagi-pagi begini datang?" Tanya Ayu dalam hatinya.

Ayu pun segera pergi ke luar dan membukakan pintu.

"Yu, lama banget sih kamu buka pintunya."

"Ayu tadi lagi cuci piring di dapur, Bu." Jawab Ayu.

"Wawan mana?" Tanya Bu Nining.

"Mas Wawan sudah berangkat, Bu." Jawab Ayu.

"Eh Ayu, ibu minta beras dong, beras di rumah ibu dah habis."

"Tapi beras Ayu tinggal sedikit, Bu. Ayu belum beli."

"Ya udah, beras kamu yang di dapur buat ibu, kamu beli lagi." Ucap Bu Nining lalu pergi menuju dapur.

"Yu, Ayu...!" Seru Bu Nining dari dapur.

"Ada apa sih, Bu kok teriak-teriak terus?" Tanya Ayu setengah berlari.

"Yu, kamu kok malas banget jadi istri, masa anakku kamu kasih makan ikan asin."

"Ya, memang adanya itu, Bu."

"Malang sekali nasib anakku dapat istri seperti kamu yang malas dan boros, kamu itu sebagai istri harusnya pintar-pintar mengatur keuangan, Yu!"

"Bu, anak ibu itu ngasih jatah cuma limapuluh ribu untuk dua hari. Itu saja kepala Ayu sampai sakit gimana caranya agar uang itu cukup sampai dua hari. Uang segitu cuma cukup untuk beli lauk, belum lagi keperluan lainnya."

"Halah...Kamu ini tega sekali memfitnah suami kamu sendiri, Wawan gak mungkin lah ngasih kamu uang segitu."

"Ayu gak minta ibu buat percaya sama Ayu."

"Tapi meskipun memang benar Wawan ngasih kamu segitu ya harap maklum, lagi pula kamu belum punya anak." Ucap Bu Nining.

Bodo amat, Ayu tidak menghiraukan ocehan ibu mertuanya, ia kembali melanjutkan cuci piringnya, ucapan ibu mertuanya ia anggap hanya angin lalu.

"Yu, beras kamu mana? Cepat berikan!"

"Gak ada, Bu!"

"Ayu, kamu ini pelit banget sih sama ibu mertua kamu sendiri." Ucap Bu Nining.

"Seharusnya kamu itu balas budi sama ibu karena kemarin udah ibu kasih rendang." Imbuhnya.

Dengan rasa kesal, Ayu langsung saja mengambil gentong yang didalamnya ada beras sisa sedikit.

"Ini Bu, ambil aja semuanya." Kata Ayu.

"Loh, kok dikit amat?"

"Ya kan sudah Ayu bilang kalau beras ayu tinggal dikit."

"Bilang aja kamu pelit, Yu!"

"Ya terserah ibu saja lah, yang penting Ayu udah ngasih apa yang ibu minta." Ucap Ayu masa bodoh.

Bu Nining menghembuskan nafasnya kasar, ia pun lalu mengambil beras tersebut meskipun hanya sedikit.

"Ibu dan anak sama. Sama-sama pelit dan perhitungan!" Gumam Ayu.

"Apa kata mu tadi, Yu?" Tanya Bu Nining.

"Apa? Ayu gak ngomong apa-apa."

"Ya udah kalau begitu, ibu pulang dulu." Pamit Bu Nining diantar oleh Ayu sampai depan pintu rumah.

Setelah mertuanya benar-benar pergi, barulah Ayu kembali masuk ke dalam rumah untuk beberes sedikit karena kebetulan hari ini ia akan pergi bertemu dengan salah satu teman lamanya.

Menjelang siang, Ayu pergi menemui teman lamanya di salah satu cafe.

"Bagaimana pernikahan mu dengan Wawan?" Tanya Dinda, teman Ayu.

"Masih sama, Din. Pelit dan perhitungan. Jawab Ayu.

Dinda menghela nafas pelan mendengar jawaban Ayu.

"Suami kamu itu gunanya apa sih, Yu. Lima tahun kamu nikah tapi kamu kok betah banget sama dia. Kalau aku jadi kamu mending aku minta cerai." Ucap Dinda yang merasa kesal, sesama wanita pasti ia dapat merasakan apa yang dirasakan Ayu, sahabatnya.

"Untuk saat ini aku masih sabar tapi gak tahu kalau besok-besok masih sabar apa enggak."

"Jangan terlalu lama menyiksa diri, Yu. Coba lihat diri kamu, kurus banget. Wawan ngasih makan kamu gak sih, Yu?" Tanya Dinda.

"Ya kamu tahu sendiri lah, Din uang limapuluh ribu untuk dua hari mana cukup untuk beli lauk yang enak-enak."

Dinda mengangkat sebelah alisnya, merasa kesal dengan pernyataan Ayu.

"Kenapa juga kamu bisa menikah dengan orang seperti dia."

"Entahlah, padahal dulu Wawan itu pria yang sangat royal bahkan perhatian tapi semenjak menikah sifat aslinya keluar."

"Lima tahun pernikahan bukannya bahagia malah makan hati tiap hari." Ucap Dinda.

Apa yang di katakan Dinda memang benar selama menikah dengan Wawan bukan kebahagiaan yang Ayu dapat melainkan perdebatan yang terjadi setiap hari, ujung-ujungnya hanya membuat Ayu sakit hati.

Terpopuler

Comments

Noor Sukabumi

Noor Sukabumi

gitu j km msh mau bertahan ayu low aq dah minta cerai seperti yg dinda katakan ke km

2023-02-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!