Eps 3

"Ya sudah ayo sarapan dulu, Mas." Ajak Ayu pada suaminya.

"Ayo, kebetulan mas udah laper banget!"

Di gubuk kecil dengan dinding beranyamkan bambu, tempat itulah yang biasanya Wawan dan Ayu beristirahat. Ayu mulai membuka satu persatu rantang yang ia bawa.

"Kamu masak daging kan?" Tanya Wawan.

"Daging apanya, wong ibumu aja pas di tukang sayur minta bayarin belanjaannya yang kurang lima ribu." Jawab Ayu.

"Ya gak apa-apalah, Yu. Yang pentingkan uangnya masih lima belas ribu."

Ayu menghela nafas, "Iya lima belas ribu tadi aku belikan ke minyak goreng sama tempe." Ujar Ayu.

"loh berarti kamu gak masak daging?"

"Ya enggaklah kan uangnya gak cukup, Mas. Tapi gak usah khawatir, ibu tadi ngasih rendang sisa masakan kemarin!" Ucap Ayu seraya menyodorkan sebuah rantang.

Bukannya marah, Wawan justru malah tersenyum lebar melihat isi rantang tersebut. Namun senyum Wawan perlahan pudar ketika melihat di dalam rantang tidak ada daging.

"Loh, Yu tapi mana dagingnya?" Tanya Wawan.

"Ibu bilang dagingnya udah habis jadi ibu cuma ngasih sisa bumbu nya aja, mas." Jawab Ayu.

Ayu tertawa kecil, melihat ekspresi dari suaminya.

Wawan menghela nafas panjang dan iapun kembali tersenyum.

"Ya gak apa-apalah, yang pentingkan bekas daging, jadi masih ada bau-baunya." Ujar Wawan.

"Ibu kamu itu terlalu banget sih, mas. Masa ngasih makanan sisa." Ujar Ayu yang sebenarnya geram.

"Sudahlah Yu, harus seadanya. Makan itu tidak perlu mewah yang penting kenyang." Kata Wawan.

"Makan begini mas juga udah senang kok, yah walaupun sisa."

"Sisa sih sisa, mas tapi masa cuma di kasih bumbunya doang!" Kesal Ayu.

"Cerewet banget sih kamu, Yu. Cepetan makannya, habis itu bantuin Mas masukin singkong ke dalam karung."

"Yu, kamu mau ini gak?" Wawan menawarkan sisa bumbu rendang kepada Ayu.

"Kamu aja mas yang makan, aku makan sama tempe goreng aja." Tolak Ayu.

"Baguslah kalau kamu gak mau, ini biar mas yang habiskan" Ucap Wawan yang sebenarnya tak ingin berbagi.

Wawan dan Ayu pun menikmati makanan mereka, Ayu memperhatikan Wawan yang tampak lahap sekali memakan makanannya.

"Kalau ku lihat-lihat kasian juga kamu, mas." Batin Ayu.

Kali ini Dikebun, Wawan sungguh merasakan nikmatnya makan, meskipun hanya nasi panas dan juga sisa bumbu rendang.

Setelah perut mereka kenyang, Wawan dan Ayu pun kembali melanjutkan pekerjaan yang tertunda tadi.

"Yu, kenapa kamu senyum-senyum sendiri dari tadi?" Tanya Wawan yang sejak tadi memperhatikan Ayu.

"Singkongnya banyak banget, Mas. Terus semua ini mau dikemanakan? Dijual ya?" Tanya Ayu karena beberapa bulan yang lalu dia juga ikut membantu menanam.

"Ya sebagian Mas jual, sebagian lagi buat stok makan kita, Yu." Jawab Wawan.

"Asik.....dapet uang banyak dong." Kata Ayu.

"Eh......enak aja, uang hasil jual singkong nanti mau Mas tabung, Yu."

Wajah Ayu seketika berubah menjadi masam. Ayu yang kesal pun memutuskan untuk pulang.

"Yu, mau kemana?" Tanya Wawan.

"Mau pulang." Jawab Ayu ketus.

"Belum selesai, Yu. Nih, angkat karung nya!" Titah Wawan.

"Kamu aja, mas. Toh yang menikmati hasilnya kamu sendiri." Ucap Ayu lalu segera pergi.

"Gara-gara singkong gitu aja ngambek." Gumam Wawan.

Hingga siang menjelang sore, barulah Wawan sampai di rumah dengan membawa beberapa karung singkong. Yah, Wawan membawa beberapa karung singkong dengan menggunakan gerobak tetangga yang ia pinjam pagi tadi.

"Yu, kamu masih ngambek?" Tanya Wawan pada Ayu yang sedang menyapu halaman.

"Nggak!"

"Yaudah kalau begitu, tolong balikin gerobaknya dong ke pak Suprat." Titah Wawan.

"Nggak mau, balikin aja sendiri sana." Ketus Ayu.

"Loh Yu, kok kamu jadi gini sih? Cepetan gerobaknya mau dipakai orangnya ini. Tenang aja Yu, nanti mas kasih uang buat beli bedak." Ucap Wawan mengimingi-gimingi

"Hah, yang bener mas?" Tanya Ayu memastikan.

"Hadeh, apa sih yang gak bener dari Mas. Mas ini bukan tipe orang yang ingkar janji, kan kamu sendiri tahu." Ujar Wawan.

Tanpa banyak cingcong, Ayu langsung saja menaruh sapu lidi yang ia pegang lalu langsung mengembalikan gerobak tersebut ke rumah tetangga.

Setelah selesai, Ayu segera pulang, di lihatnya Wawan sedang bersantai-santai duduk di kursi bawah pohon.

"Yu, buatin mas kopi!" Titah Wawan.

Ayu mengangguk lalu bergegas pergi ke dapur. Selang beberapa saat Ayu kembali lagi dengan membawa secangkir kopi hitam di tangannya.

"Terimakasih, Yu." Ucap Wawan.

"Sama-sama." Jawab Ayu.

"Ntar malam jangan lupa goreng singkong, Yu."

Tepat saat Wawan dan Ayu sedang duduk dibawah pohon depan rumah, tiba-tiba terdengar suara penjual pentol.

"Pentole...pentole....." Kang Adi, dia adalah penjual pentol yang memang sering keliling di komplek perumahan mereka.

"Yu, kamu mau beli?" Tawar Wawan.

"Loh, tumben nawarin biasanya aja nggak." Kata Ayu.

"Aduh mau apa enggak? Kalo nggak yaudah."

"Iya... Iya mau dong, dah lama juga gak makan pentol." Ucap Ayu.

"Kang Adi......beli!" Teriak Ayu dan Kang Adi pun berhenti.

"Sini mas, mana uangnya?" Pinta Ayu seraya mengulurkan tangan.

Wawan lalu merogoh kantong celananya dan betapa terkejutnya Ayu saat melihat suaminya memberikan uang dua ribuan dua lembar.

"Nih, mas juga ya!"

Ayu melotot tak percaya. "Hah, dua ribu? Mana cukup mas!"

"Cukup... Cukup.. bilang aja sama kang Adi beli dua ribu." Ujar Wawan.

"Biarpun cukup tapi dapetnya dikit mas, paling cuma sampe tenggorokan aja." Kesal Ayu.

"Yu, tidak perlu boros untuk mengenyangkan perut." Ucap Wawan.

Kang Adi yang menyaksikan suami istri itu pun hanya bisa bergeleng-geleng kepala. "Jadi beli apa enggak nih?" Tanya Kang Adi.

"Iya Kang, jadi!" Seru Wawan.

Ayu mendengus kesal dan langsung menghampiri gerobak pentol kang Adi.

"Dua ribuan dua, kang!" Ujar Ayu yang sebenarnya malu.

"Astaga....astaga...." Lirih Kang Adi.

Ayu menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Harga pentol kang Adi kebetulan dua ribu dapat satu, tapi karena kasihan meliat Ayu, Kang Adi pun memberi pentol lebih kepadanya.

"Loh, kang Adi ini dua ribu kenapa banyak?" Tanya Ayu.

"Sudah gakpapa, hitung-hitung amal. Soalnya Akang prihatin ngelihat Ayu." Ujar Kang Adi.

"Tapi Kang----"

"Udah gak apa-apa, Yu!"

"Kasihan kamu, Yu. Cantik-cantik begini dapat suami pelit sama perhitungan." Gurau Kang Adi.

"Eee...eee...ngapain tuh, jangan deket-deket sama istri saya!" Seru Wawan yang merasa cemburu.

Kang Adi memutar bola mata malas, ia pun kembali mengayuh sepeda bututnya.

Ayu pun kembali menghampiri suaminya dan memberikan sebungkus pentol.

"Nih!" Wajah Ayu terlihat cemberut.

"Loh, Yu dua ribu dapat banyak?" Tanya Wawan yang kegirangan.

"Apaan, itu di kasih bonus sama kang Adi, katanya itung-itung beramal." Jawab Ayu.

"Ya rezeki kita berarti, Yu. Kamu harusnya senang bukannya cemberut gitu!"

Wawan dan Ayu pun menikmati pentol mereka, setelah selesai Wawan masuk ke dalam rumah untuk membersihkan dirinya sementara Ayu, kembali melanjutkan aktivitas menyapunya yang sempat tertunda.

Terpopuler

Comments

Noor Sukabumi

Noor Sukabumi

untung km bukan suamiku wawan low aq yg jd istrinya dah kupotong2 tuh dagingnya c wawan buat tumbal🤭🤭🤭

2023-02-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!