"Yu.....yu.......!" Panggil Wawan sambil berkacak pinggang.
"Duh.....apa sih mas?" Tanya Ayu yang datang menghampiri.
"kamu ini bukannya masak untuk suami, malah keluyuran."
"Masak apa? Liat sendiri sana di dapur, emang ada yang bisa dimasak?" Tanya Ayu kesal.
Tak menjawab, Wawan langsung saja membuka kulkas dan melihat apa saja yang ada didalamnya.
Ternyata betul apa yang dikatakan Ayu, tidak ada benda atau apapun yang bisa dimasak.
"Haduh, uang lagi uang lagi!" Ujar Wawan seraya merogoh kantong celananya.
Ayu melirik, akhirnya suami pelitnya itu mengeluarkan uang juga.
Cukup lama Wawan merogoh kantong celananya dan Ayu pun mulai berpikir jika suaminya akan memilih uang yang nominalnya besar.
"Nih uang, sana pergi ke pasar beli daging!" Ujar Wawan seraya memberikan uang dua puluh ribu.
"Hah, dua puluh ribu?" Ayu melotot tak percaya.
"Aduh yu, jangan cerewet deh. Syukur-syukur mas kasih uang belanja, lah kalo enggak?" Tanya Wawan.
"Mas jangan bercanda, mana ada harga daging dua puluh ribu."
"Ya elah yu, yu tinggal bilang ke penjualnya minta bagi seperempat atau sepotong kan bisa! Kalau masih ada sisa uang nya, sekalian beli beras, Yu." Usul Wawan.
Belum menjawab, Wawan melanjutkan lagi ucapannya.
"Sudah ya, mas mau pergi ke kebun dulu. Jangan lupa kalau dah masak cepetan antar ke kebun, soalnya cacing diperut mas udah pada berontak!" Kata Wawan kemudian berlalu begitu saja.
Yah, kebetulan kebun Wawan jaraknya tak begitu jauh dari rumahnya.
Ayu hanya bisa mengelus dada, sungguh suaminya ini sangat pelit.
"Dasar lelaki pelit, mau makan enak tapi perhitungannya minta ampun!" Omel Ayu.
Ayu tak pergi kepasar, melainkan ia hanya pergi ke tukang sayur yang biasanya mangkal didepan gang rumahnya.
Ayu pikir untuk apa pergi kepasar dengan membawa uang dua puluh ribu? Lebih baik dia belanja saja ke tukang sayur.
Ayu termenung sambil menatap dan mengamati belanjaan yang tertata rapi di gerobak kang Asep.
"Masak apa ya? Kok aku jadi bingung sendiri." Gumam Ayu.
"Ehemm.......Yu...." Terdengar suara yang tak asing memanggil nama Ayu.
Ayu menoleh ke arah sumber suara dan ternyata dugaan Ayu benar. Itu adalah Bu Nining, ibu mertuanya sendiri.
Ibu mertua Ayu tinggal memang tak jauh dari rumah mereka. Hanya berbeda RT saja.
"Eh ibu......" Lirih Ayu tersenyum.
"Mau belanja apa kamu, Yu?" Tanya Nining.
"Belum tahu bu, ini lagi mikir." Jawab Ayu.
"Yu, ibu saranin suamimu itu sesekali masakin yang enak dong. Ibu lihat-lihat anak ibu, Wawan itu kurus kering, apa jangan-jangan jarang kamu kasih makan ya?" Tanya Nining mencerocos.
"Mas Wawan diet Bu, saking ngiritnya." Sahut Ayu yang kesal dengan mulut ibu mertuanya.
"Kamu itu kalau diomongin selalu aja ngejawab!" Cibir Nining.
"Lah, kan tadi ibu nanya, ya Ayu jawab dong, Bu. Nanti kalau gak jawab Ayu lagi yang dosa sama orang tua." Ucap Ayu membela diri.
Bu Nining mendengus kesal.
"Noh, kang Asep jadi berapa nih belanjaan saya?" Tanya Bu Nining.
Kang Asep pun mulai menghitung dan total belanjaannya adalah dua puluh lima ribu. Sementara Nining hanya membawa uang pas-pasan yaitu dua puluh ribu saja.
Nining kemudian melirik ke arah Ayu menantunya. Ayu yang melihat ibu mertuanya pun jelas sudah paham.
"Yu, bayarin dulu dong. Cuma kurang lima ribu nih!" Pinta Nining.
Ayu diam sejenak dan mulai berpikir jika ia meminjamkannya maka sisa uangnya nanti akan jadi lima belas ribu.
"Haduh Yu, aku ini mertuamu Yu. Masa minjam lima ribu aja gak boleh!" Cibir Nining.
"Bukan begitu Bu, tapi-" Belum habis Ayu berbicara Nining langsung memotongnya.
"Tapi apa? Punya menantu kok pelit amat!"
Kini Ayu menjadi serba salah.
"Ayu bukannya pelit, bu. Hanya saja mas Wawan cuma ngasih Ayu uang dua puluh ribu, ini aja mas Wawan nyuruh Ayu beli daging, kalau ada sisa disuruh beli beras juga."
"Daging? Gak usah beli, dirumah ibu ada kok didalam kulkas. Daging masak rendang, biasalah sisa makan kemarin, toh dibuang sayang. Mending kamu angetin kembali!" Ujar Nining.
Ayu menghela nafas pasrah. Mau tidak mau iapun ikut pulang ke rumah ibu mertuanya untuk mengambil daging sisa makan kemarin.
Sesampainya dirumah Bu Nining, Ayu tidak masuk, ia memilih untuk menunggu di teras rumah saja.
"Tunggu sebentar Yu, ibu ambilkan!" Ujar Bu Nining lalu masuk ke dalam rumah. Tak berapa lama kemudian Bu Nining keluar lagi dengan membawa mangkuk di tangannya.
"Nih, Yu!" Kata Bu Nining sembari menyerahkan mangkuk.
Ayu tersenyum lebar untuk beberapa saat namun senyumnya perlahan sirna ketika melihat mangkuk di tangannya.
"Bu, dagingnya mana?" Tanya Ayu.
"Udah habis, ini dagingnya udah di dalam perut ibu." Jawab Bu Nining dengan santainya.
"Loh, katanya ibu mau ngasih daging tapi kok malah tinggal bumbunya?" Tanya Ayu lagi.
"Ayu, kamu tuh cerewet banget, udah syukur di kasih, yang penting kan itu bekas daging, masih ada sisa-sisa kaldunya." Jawab Bu Nining.
Ayu pun hanya bisa menggelengkan kepala sambil menghela nafas.
"Ibu sama anak sama saja!" Batin Ayu.
"Ya udah, Bu. Ayu pamit pulang dulu." Ucap Ayu lalu beranjak pergi tanpa menunggu jawaban mertuanya.
"Ayu, kamu itu gak sopan banget sama orang tua, gak ada terimakasihnya sama sekali!!!" Seru Bu Nining tapi Ayu tidak menghiraukan.
-
Matahari mulai meninggi, Ayu bergegas untuk pergi ke kebun mengantarkan makanan untuk suaminya, sesampainya di kebun Ayu mencari keberadaan suaminya yang ternyata hendak mencabut pohon singkong, Ayu mengamati suaminya yang tampak kesusahan mencabut pohon singkong tersebut.
"Biar ku bantu, mas." Ucap Ayu tiba-tiba.
"Yu, kamu ngagetin aja, nanti kalau mas jantungan terus mati gimana?" Tanya Wawan sambil mengelus dadanya.
"Ya, aku cari suami baru yang gak pelit lah." Jawab Ayu.
"Yu, mulut mu sembarang. Kamu mau mas tanam kaya singkong-singkong ini?" Ucap Wawan kesal.
"Bercanda, mas gitu aja laper eh baper!" Ucap Ayu. "Ayo kita cabut singkong ini sama-sama." Ajak Ayu.
Ayu dan Wawan lalu memegang batang singkong tersebut bersamaan kemudian Wawan memberi aba-aba dalam hitungan.
"1...2...3... tarik, Yu."
Wawan dan Ayu berhasil menarik singkong tersebut tapi sayangnya, sepasang suami istri ini terjungkal kebelakang, Wawan dengan sigap menjadikan tubuhnya tameng agar istrinya tidak jatuh ke tanah yang keras.
Bruk...
"Aduh... Pinggang ku." Wawan meringis menahan rasa sakit akibat tubuhnya di timpa oleh Ayu. Ayu segera bangkit lalu menolong Wawan, suaminya.
"Aduh, mas kamu ini ada-ada saja." Ucap Ayu sembari mengelus-elus pinggang Wawan.
"Kok malah kamu yang marah sih, Yu. Seharusnya kamu berterimakasih karena mas udah ngelindungin kamu." Ujar Wawan sehingga membuat Ayu salah tingkah.
"Hehehe... terimakasih, ya suamiku sudah melindungi aku." Ujar Ayu.
Wawan tersenyum manis, pria ini lalu mendekatkan wajahnya ke arah Ayu.
"Mas, kamu mau ngapain? Ini di kebun loh, mas!" Ucap Ayu.
"Gak usah GR kamu, Yu, itu di wajah kamu ada kotoran burung." Ucap Wawan berbohong padahal ia ingin mencium Ayu.
"Hah! mana?" Tanya Ayu sambil mengusap-usap wajahnya.
Wawan terkekeh kecil. Ayu yang merasa kesal di bohongi lantas memukul pinggang Wawan hingga membuat Wawan kembali meringis kesakitan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Noor Sukabumi
g anak g mertua dih pelitnya puooooool
2023-02-23
0