Cytra dengan menggandeng tangan Ibra berjalan ke loby sebuah hotel yang berada di pojok jalan menuju pantai. Karena hotel itulah yang dipilih Radita untuk bertemu.
Namun dag-dig-dug juga ketika hampir sampai di loby hotel. Lalu Cytra mengambil inisiatip memisahkan diri dengan Ibra. Dia menyelinap ke dalam hotel meĺalui pintu samping. Dan mengambil tempat duduk di sofa paling tersembunyi.
Tidak berapa lama terlihat Ibra sedang berjalan meneliti orang satu persatu yang duduk di sofa loby hotel. Begitu pun Cytra ikut mencari sosok yang sedang dicari Ibra.
Agak lama pencarian sosok Radita di loby hotel yang besar itu. Baik Ibra maupun Cytra tidak berhasil menemukannya. Mereka berdua akhirnya bergabung kembali di lobi hotel itu.
"Ada dimana kok belum kelihatan?" tanya Cytra kepada Ibra.
"Mungkin dia sudah melihat kita. Sehingga ngumpet karena ada kamu," keluh Ibra.
"Tidak mungkin kita sudah berpisah dari depan tadi," Cytra membela diri.
Ketika Ibra an Cytra hendak keluar mau pulang, tiba-tiba mata mereka menangkap sosok Radita yang sedang berjalan dengan seorang wanita yang tidak dikenal Cytra, memasuki loby hotel.
Cytra buru-buru menyelinap di balik patung besar Garuda Wisnu sehingga Radita tidak sempat melihatnya. Sementara Ibra menemui Radita dan mereka duduk di sebuah sofa.
Siapa wanita yang bersama Radita itu? Cytra tidak tahu. Dan tidak perlu tahu apakah pacarnya atau istrinya. Cytra hanya mencari-cari sosok kecil yang bersama mereka. Tetapi tidak kelihatan sosok kecil yang sangat dirindukannya itu.
Cytra malu sebenarnya kepada Ibra. Kenapa anaknya sendiri bisa berada di tangan orang lain. Bagaimana nanti kalau Mamanya Ibra tahu hal itu. Ternyata wanita yang dipilih seorang janda yang sudah punya anak. Malu rasanya.
Sekarang baru disadari bahwa kata-kata Radita dulu yang akan merawat anaknya dengan baik, lebih baik daripada dirawat Cytra, karena hidupnya belum mapan, omong kosong belaka.
Untung anak itu cuma mau dipinjamkan kepada Ibra untuk mengelabui mamanya kalau dia sudah menikah dan punya anak. Dan coba kalau bukan Ibra yang ditawari anak itu, pasti hilang sudah anaknya.!0
Cytra selama ini sudah bersusah payah membangun hidupnya agar lebih sejahtera dengan bekerja di cafe sebagai penyanyi tetap. Tujuannya adalah agar Radita mau menyerahkan anaknya untuk diasuh sendiri. Namun karena hasilnya belum seperti yang diharapkan, Cytra belum berani menjemput anaknya.
DREEET...DREEET!
Cytra merasakan handphone yang ada di saku celananya bergetar.
Ketika ia buka handphonenya ternyata Ibra mengirim pesan whatsapp.
//Kamu kesini saja ikut bergabung// tulis Ibra dikolom pesan
//Sudahlah, kamu saja yang menemuinya. Malas saya ngomong dengan mereka// Tulis Cytra membalas pesan itu.
//Radita cuma mau pinjam uang. Dia tidak membicarakan tentang anak itu lagi// Tulis Ibra lagi
//Coba tanyakan anak siapa yang mau dipinjamkan kepadamu. Juga tanyakan kondisinya sekarang bagaimana?// Balas Cytra.
Agak lama Cytra menunggu jawaban pertanyaannya itu. Kemudian...Tiiing! Pesan Ibra masuk: //Kondisi anak itu sehat di rumahnya. Sekarang masih ada di rumahnya//
Membaca pesan itu hati Cytra menjadi tenang. Berarti anaknya aman-aman saja di rumah Radita.
Ibra tak mengirim pesan lagi.
Cytra tetap menunggu di balik patung GWK.
Pembicaraan di sofa yang berada di sudut loby itu sudah selesai. Ketika Cytra mengamati mereka dari kejauhan memang terlihat Radita dan wanita itu berdiri. Lalu pergi meninggalkan Ibra.
"Radita kelihatannya jengkel tidak saya pinjami uang lagi," kata Ibra setelah Cytra bersama lagi dengannya.
"Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" tanya Cytra.
"Kita lihat perkembangan berikutnya saja. Tetapi tadi dia tidak menyinggung soal anak itu. Mungkin karena aku katakan bahwa aku akan menikah sebentar lagi," kata Ibra.
"Ya, sudah kita pulang saja. Aku sudah ngantuk sekali"
......
Nyonya Andante seperti kata Ibra memang bener tiba di rumah pukul 9.00 lebih sedikit. Menggunakan sebuah mobil pribadinya. Tidak banyak bawaan. Seperti kebanyakan ibu-ibu pulang dari luar kota. Yang dibawa cuma tas kulit yang menggantung di lengan kirinya. Sedangkan tas koper yang tak begitu besar dibawa oleh sopir pribadinya.
Penampilannya sangat bersahaja sekali. Tidak menunjukkan orang yang memiliki kekayaan melimpah. Bicaranya tertata rapih terkesan sangat hati-hati.
Cytra menemuinya tanpa Ibra. Cowok itu diminta pergi oleh mamanya dengan disuruh membeli sesuatu keluar.
"Jadi Non Cytra itu janda. Tapi kok masih seperti seorang gadis, ya" kata Nyonya Andante duduk di sofa ruang tengah dengan wibawanya.
Cytra berusaha tampil percaya diri. Dia sudah siap menghadapi resiko apa pun yang akan terjadi. Dia tidak bersikap seperti gadis yang sedang melamar pekerjaan. Maka ketika Andante bicara soal status dirinya dia cuma tersenyum kecil.
"Lalu apa pekerjaan Non Cytra selama ini?" tanya Nyonya yang suka mengunyah kacang pelan-pelan itu.
"Saya belum punya pekerjaan tetap, Tante. Cuma sesekali diundang untuk menyanyi di cafe."
"Wow! Aku pingin itu. Aku dulu suka menyanyi di cafe, tapi ya tidak sebagus Non Cytra mestinya."
"Dulu saya berangan-angan menjadi penyanyi terkenal. Tapi ujung-ujungnya cuma mentok menjadi penyanyi cafe."
"Tidak apa-apa. Yang penting dalam kehidupan ini harus ada aktivitas. Menyanyi di cafe pun bagus. Asal bisa menjaga diri," ungkap Andante membuat Cytra teringat lagi masa lalunya yang dinamis.
"Terimakasih, Tante," ucap Cytra.
"Ibra sudah cerita semuanya tentang Non Cytra. Saya sih terserah dia saja. Kalau sudah mantap mau menikah dengan Cytra itu lebih bagus. Daripada sekedar pertemanan biasa."
"Terimakasih, Tante. Tapi kami masih butuh proses pengenalan dan pendekatan. Saya tidak mau buru-buru dalam hal satu ini Tante."
"Bagus. Sesuatu kalau dilakukan dengan konsep yang jelas dan hati-hati hasilnya pasti bagus?" tanya Andante.
"Saya masih trauma dengan masa lalu, Tante," kata Cytra
"Jangan takut dengan masa lalu. Jadikan masa lalu itu sebagai pengalaman berharga," ujar Cytra.
"Terimaksih suportnya, Tante."
"Saya berharap kamu adalah wanita terakhir dari sekian wanita yang pernah dekat dengan Ibra. Dan menjadi istrinya sampai tua," kata Andante dengan bijak.
Cytra bisa merasakan betapa inginnya dia Ibra menikah. Apalagi Ibra adalah anak satu-satunya yang sangat diharapkan sebagai penerus memimpin perusahaannya.
Pembicaraan dengan Tante Andante hari itu berakhir cukup menggembirakan hati Cytra. Tetapi ada kekhawatiran hal lainnya tentang Radita. Karena Radita sudah tahu kalau Cytra akan menikah dengan Ibra. Ibra sudah mengatakan hal itu semalam di loby hotel.
Sebagai musuh Cytra sejak lama, Radita pasti tidak akan membiarkan pernikahan itu berlangsung mulus.
Kecemasan Cytra itu terbukti ketika dia mau pulang ke Jakarta.
Beberapa saat setelah ia berpisah dengan Ibra di bandara, karena Cytra harus sudah stand by di ruang tunggu pemberangkatan, sebuah pesan WA masuk ke Hp-nya.
"Jangan harap kau bisa menikah dengan Ibra. Karena sebentar lagi maut akan menjemputmu," tulis pesan itu.
Cytra tahu siapa pengirim pesan dengan nomor tak dikenal itu. Siapa lagi kalau bukan Radita.
Mau tidak mau Cytra harus berani menghadapinya. Perbuatan Radita yang telah mencampakan Vionita dan memisahkannya dengan kedua anaknya, harus dibalas dengan setimpal.
Cytra tidak takut diancam akan dibunuh. Maut adalah milik Yang Maha Berkuasa. Kalau memang sudah waktunya maka akan datang kapan pun juga tanpa diminta. Tidak akan ada yang bisa menolak jika Tuhan sudah menghendaki.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments