WANITA TERAKHIR
Prolog:
Dalam perjalanan pulang dari Starburst Cafe malam itu, mobil Cytra nyaris bertabrakan dengan treiler. Tak disangka dalam kesialan itu dia bertemu dengan penggemarnya. Pria yang sedang dihukum oleh mamanya, karena belum menemukan calon istri.
Perkenalan di pinggir jalan itu membawa Cytra masuk ke dalam persoalan hidup pria bernama Ibra itu. Cytra lalu dikenalkan kepada mamanya.
Bebaskah hukuman Ibra atas keberhasilannya membawa Cytra sebagai calon istri. Dan maukah Cytra sebagai wanita terakhir dari sekian wanita pacarnya.
Padahal Cytra sendiri sedang punya masalah setelah suaminya meninggal, dan dia terusir dari rumah dengan meninggalkan dua anak yang sedang lucu-lucunya.
Ok, cerita dimulai.
Dengan mengemudikan mobil sendiri di jalanan kota raya, Cytra mengingat Mama Vionita yang sekarang entah ada dimana. Mereka terpisah sejak Tuan Samyokgie meninggal.
Radita, pewaris seluruh kekayaan Samyokgie mendadak sikapnya berubah total menjadi arogan dan kejam.
Vionita yang sudah menjadi istrinya dicampakan begitu saja oleh Radita sebelum bulan madu habis. Dan tak lama setelah itu Cytra pun diusir pergi dengan tidak boleh membawa kedua anaknya.
"Manusia bebas memilih hidupnya. Kau pun bebas untuk memilih jalan yang akan kau lalui."
Begitu kata-kata Vionita ketika pergi meninggalkan rumah Tuan Samyokgie dan meninggalkan Cytra yang masih kebingungan mengambil sikap.
"Radita tidak lagi perhatian kepada Mama seperti dulu. Boro-boro membagi cinta pada Mama," keluh Vionita.
"Kok membagi, memang ada pihak lain yang berhak menerima cintanya juga?" tanya Cytra.
Vionita merasa berat untuk mengatakan apa sesungguhnya yang sudah terjadi pada Radita. Pria yang dulu kalem dan selalu memohon kepada Vionita untuk memberikan belaian cinta dan kasih sayangnya. Setelah permohonan itu di kabulkan Mama malah dicampakkan begitu saja.
"Mama sih, jadi janda yang terlalu ganjen. Mau meladeni pria yang masih hijau begitu," kata Vionita enteng bahkan dengan nada setengah bergurau.
Dan lewat beberapa hari, Cytra pun pergi dengan sangat terpaksa. Karena diancam akan dibunuh bila tetap tinggal bersama Radita. Sedangkan kedua anaknya yang masih kecil tidak boleh dibawa ikut serta.
Radita benar-benar kejam tidak berperikemanusiaan. Entah ada apa. Seperti ada perubahan besar dalam jiwanya.
Treteeteeet!!!
Cytra tergeragap melihat truk trailer tiba-tiba berada tepat di depan mobilnya. Hampir saja moncong kendaraan besar dan kuat itu menubruk kendaraannya yang kecil dan mungil.
Untung Cytra cekatan membanting stirnya ke kiri. Karena tadi terlalu ke kanan melebihi marka jalan.
"Ya, Tuhan....Aku belum ingin mati...," rintih batin Cytra dengan dada berdebar-debar. Lalu ia sorongkan mobilnya di depan minimarket.
Beberapa menit Cytra berada di tempat itu sambil melandungkan detak jantungnya.
Pikirannya terlalu terbawa oleh situasi kehidupan yang menimpa Vionita dan dirinya sendiri.
Kalau menyebut dirinya ganjen sebenarnya tak sepenuhnya betul kata-kata Mama itu. Wanita itu lebih nampak cantik dan anggun. Pembawaannya ceria tanpa beban. Mungkin dua unsur yang melekat dalam dirinya itulah sehingga dia nampak ganjen.
Berbeda dengan Cytra. Mantan istri Tuan Samyokgie ini lebih menonjol sikap ceria dan agresivnya. Namun sama-sama memiliki paras yang cantik. Pernah dalam sebuah acara ketika tampil duet tidak nampak kalau mereka ibu dan anak. Malah banyak yang berkesan bereka adalah adik dan kakak.
Dhep!..dhep!..dhep!
Seorang pemuda tiba-tiba mengetuk-ketuk kaca mobil Cytra.
"Ibra!" panggil Cytra setelah jendela ia buka.
"Aku kira sudah sampai rumah." Ibra memandangnya dengan senyum manis.
Cytra tersenyum kecil pada pria yang baru sejam lalu dikenalnya di Starburst Cafe. Postur dan namanya masih jelas diingat.
"Tadi aku hampir disruduk banteng," ucap Cytra.
"Masa ada banteng di jalan raya," Ibra mengernyitkan alisnya yang tebal.
"Maksudnya truk trailer. Hampir saja nyawaku melayang."
"Masa!" Ibra terhenyak.
"Bener! Jantungku masih trap-trap tidak karuan. Makanya aku berhenti disini. Biar tenang dulu," Cytra menerangkan kejadiannya.
"Kamu tidak apa-apa, kan. Tapi kelihatan kamu masih syok," Ibra cemas.
Lalu meminta Cytra keluar dari mobil dan menggandengnya menuju ke dalam minimarket. Memesan kopi jahe panas dan meminta Cytra meminumnya.
"Saya tidak apa-apa," ucap Cytra tapi tetap menerima segelas kopi jahe yang mengepul panas.
"Minum saja agar badanmu lebih segar," Ibra memohon.
Cytra menyeruput minuman tradisional tersebut sedikit. Mereka duduk di kursi yang ada di depan minimarket. Tetapi kondisi fisik Cytra malah semakin drop.
Mukanya kelihatan memutih pucat. Dan kepalanya terasa pening. Mungkin karena terbentur kaca jendela akibat ia membanting stir terlalu keras.
"Bagaimana, Cy?" tanya Ibra prihatin melihat kondisinya.
Cytra diam. Kepalanya ia sandarkan ke meja. Ibra memegangi badannya agar tak jatuh. Karena kelihatan sangat lemah.
"Badanku terasa lemas. Kau bisa mengantar aku pulang," ucap Cytra lirih.
"Ya, kamu saya antar saja pulang. Mobilku biar saja ditinggal disini," kata Ibra yakin.
Beberapa menit kemudian Ibra bingung mau membawa Cytra kemana setelah mobil melaju di jalan raya kembali. Karena Ibra memang baru kenal malam itu.
"Rumahmu dimana, Cy?" tanya Ibra.
Cytra menyebutkan sebuah apartemen. Mobil lalu melaju ke alamat itu.
..........
Sebuah apartemen kecil berada di depan Cytra dan Ibra. Cytra melangkah sangat lemah menuju ke tempat tinggalnya itu.
Lalu dengan memberikan kunci kepada Ibra terlebih dahulu, kedua anak manusia yang baru berkenalan itu masuk ke dalam. Malam sudah larut.
Setelah berada di dalam Cytra langsung merebahkan badannya ke sofa. Kondisi fisiknya makin drop.
Ibra bingung. Apakah meninggalkan Cytra kembali ke Minimarket mengambil mobil, atau menungguinya sampai sehat kembali.
Beberapa menit Ibra sudah menunggu, tapi kondisi Cytra masih tetap seperti semula. Terlentang diam di atas sofa. Ibra memandangi tubuh indah wanita yang kelihatan perut dan pusarnya itu. Karena bajunya tersingkap ke atas.
Ibra alihkan pandangan ke sekitar ruangan. Ada beberapa foto yang menempel di dinding.
Pertama yang ia amati adalah foto Cytra yang duduk di kursi dengan anggunnya dan seorang lelaki yang berdiri di samping dengan gagahnya. Juga foto lainnya. Foto Cytra menggendong seorang anak kecil.
Ibra menebak lelaki itu pasti suami Citra. Dan anak kecil itu pasti anaknya. Persis apa yang diceritakan Cytra waktu kenalan di Starburst tadi. Tapi kenapa Cytra sendirian di apartemen itu. Ada dimana suami dan anaknya?
"I-ibraaa...," terdengar Cytra merintih.
"Iya..., saya masih disini," jawab Ibra gugup.
"Tolong...,ambilkan saya minum."
Pemuda itu lalu buru-buru pergi ke dispenser. Mengucurkan air putih hangat dan diberikan kepada Cytra.
Setelah meminum air itu beberapa teguk badannya mungkin terasa enak hingga dia berdiri. Tetapi terhuyung mau jatuh. Ibra secara reflek menahan tubuhnya. Tapi malah dia ikut jatuh ke lantai dengan posisi memeluk tubuh Cytra.
"Maaf...," ucap Ibra.
"Huufs!" Cytra mengeluh. Lalu berdiri lagi begitu juga Ibra.
"Maaf saya tidak sengaja," ucap Ibra.
Cytra menangkap mata itu sangat bening dan polos. Tidak nampak ada hasrat terselubung disana.
"Saya masih merasa pusing dan lemah sekali. Boleh aku minta tolong, kamu jaga saya dulu sampai besok," kata Cytra memohon.
"Tidak apa-apa. Toh hotel saya jauh dari sini dan mobil saya masih tertinggal di minimarket," kata Ibra.
"Terimakasih. Masih ada satu kamar lagi yang kosong. Boleh kamu tempati, maaf kalau saya telah menyita waktumu," ucap Cytra.
Mereka lalu masuk ke kamar masing-masing. Di dalam kamar Cytra ganti busananya dengan baju tidur. Mencuci mukanya di wastafel sebentar lalu naik ke ranjang dan berusaha membuang pikiran ngeres yang melintas.
Sebaliknya Ibra di kamarnya sulit memejamkan mata. Dari Bali malam kemarin dia berniat untuk menemui seseorang. Tetapi kenapa kini malah berada di dalam sebuah apartemen dengan seorang janda muda yang masih cantik itu.
Darah muda Ibra bergolak ketika berpelukan dengan Cytra tadi. "Aneh sekali. Seperti baru mengenal wanita," gumamnya.
Tubuh hangat itu sungguh mengoyak hasratnya. Bibir, hidung dan matanya begitu mempesona dipandang.
"Apakah aku telah jatuh cinta lagi...," suara batinnya.
Sejak melihat Cytra menyanyi di Starburst, Ibra memang telah tersedot magnit yang hebat dari wanita itu. Seorang waitrees kebetulan melihat tingkah lakunya yang aneh itu dan akhirnya mengenalkannya kepada Cytra.
Tetapi cuma sebentar saja mereka saling memperkenalkan diri. Selanjutnya Cytra meninggalkan Ibra karena masih harus tampil beberapa lagu lagi.
Sampai Ibra pulang dari cafe, Cytra tak sempat menemuinya lagi. Padahal masih banyak yang ingin Ibra obrolkan.
Keluar dari Starburst dan mengendarai mobilnya ke hotel tempat menginap, wajah Cytra masih terus terbayang-bayang di benaknya dan khawatir tak bisa bertemu lagi.
Maka dia berhenti sebentar di mini market dan mencari-cari nomor telepon yang bisa mengakses ke telpon Cytra.
Sungguh sebuah keberuntungan yang luar biasa.
Disaat sedang sibuk melihat daftar nomor telepon, dia menemukan wanita yang sedang dicarinya datang dengan mobilnya yang kecil mungil parkir di sebelah mobilnya.
"Cytra!"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments