Ya malam ini aku harus kesana lagi, ini kejadian aneh yang pernah aku alami. Ko bisa aku sampai kealam itu, padahal seumur hidupku yang aku tau tau masalah masalah ghoib seperti ini hanya ada di film atau cerita fiksi tapi ternyata aku bisa terbawa kesana?
"Pak Dirman, katanya mau nengokin saudaranya yang sakit?" tanyaku mendatangi pak Dirman yang sedang nyiram tanaman dihalaman depan.
"Oh ya..ndak apa apa, besok besok juga bisa" jawabnya sambil tersenyum.
"Pak Dirman mending berangkat saja siang ini kebetulan saya juga mau ada urusan dirumah ini sendirian..ambil cuti 2 atau 3 hari tidak apa"
"Lha nanti makan malamnya gimana?"
"Gampang pak, saya biasa sendiri diluar negeri..sudah ndak apa apa jam 3 sore nanti silahkan pulang pak"
"Wah sukur deh, baik saya selesaikan ini dulu terus mandi"
"Ini pak ada sedikit bekel untuk pulang, hehe ga banyak tapi lumayan untuk pegangan"
"Ealah..maturnuwun njjih"
Aku melihat tanaman dirumah orang tuaku begitu seger dan tumbuh dengan bagus, semua garapan pak Dirman. Dari depan samping kebelakang sangat indah dan menyejukkan.
...○○○○...
Setelah pak Dirman berangkat pergi, aku menyiapkan diri dengan mandi sore dan mengeluarkan keris Jantring Mas. Malam ini aku akan kesana lagi, tidak lupa aku mengeluarkan bunga melati pemberian Waha.
Sambil minum kopi dan merokok aku menunggu datangnya waktu magrib. Kali ini aku menyempatkan nulis semua kejadian dibuku kecilku. Dimulai dari jam keberangkatan. Aku ingin tau berapa lama aku berada disana dan juga sebagai bukti perjalanan astralku ini.
Ketika adzan magrib selesai berkumandang, aku cepat cepat mengambil air wudhu dan melakukan shalat magrib.
Nah, disini terjadi untuk pertama kalinya sebuah kejadian yang tidak enak. Pada waktu aku melakukan shalat magrib itu tepatnya dirakaat terahir, aku mendengar suara pintu dapur dibelakang seperti ada yang buka dengan perlahan lahan.
Aku berpikiran bahwa pak Dirman lupa sesuatu dan pulang ya sudah aku menyelesaikan shalat dulu.
"Pak Dirman? ada yang ketinggalan?" tanyaku sambil melipat sajadah dan sarungku.
Aneh tidak ada jawaban dari pak Dirman..tapi aku bisa mendengar desis suara persis seperti ketika waktu aku menuruni tangga menuju pertemuan dengan Waha.
"Pak Dirman?" Tanyaku lagi dari dalam kamar.
Tetap tidak dijawab, aku melihat kearah jendela diluar nampaknya sudah gelap, saat itu lampu rumah belom alu nyalakan baik didalam maupun dihalaman. Jadi keadaan serba gelap.
Aku melangkah keluar kamar, namun langkahku terhenti didekat pintu dapur aku melihat sosok hitam berambut panjang yang pernah aku liat dipekarangan belakang dulu.
"Assalamualaikum siapakah ini?!" aku bertanya dengan suara agak keras.
Suasana gelap membuatku bisa nelihat dengan jelas pergerakan sosok hitam itu. Kembali suara desis seperti mantra yang sedang dibacakan terdengar, kali ini datangnya dari sosok itu.
Aku teringat kerisku yang kuletakkan diatas meja tidak jauh dari dapur dan teringat pesan Waha agar menjaga keris itu.
Aku berjalan pelan kearah meja dan mengambil keris itu sambil mataku terus memperhatikan kearah dapur.
Dengan pelan aku mengeluarkan keris dari selimut putih yang menutupinya sambil membaca Basmalah. Keris yang kukeluarkan ternyata secara lambat memberikan efek panas ditelapak tanganku. Keadaan saat itu gelap gulita.
Pintu dapur perlahan lahan terbuka sampai ahirnya pintu terbuka lebar, Dari remang remang sosok hitam itu menggumpal padat sampai ahirnya menjadi sosok seorang wanita tua. Aku melihat dengan jelas bentuknya, rambutnya acak acakan wajahnya penuh dengan keriput tapi yang paling menyeramkan kedua matanya berwarna hitam dan memandang tajam kearahku. Pakaiannya mirip orang Jawa jaman dulu, sayang karena gelap aku tidak bisa melihat apakah kain itu batik atau bukan.
Ia mengacungkan jarinya yang mempunyai kuku sangat panjang dan melengkung. Ia acungkan kearah kerisku. Dari mulutnya ia keluarkan suara mendesis seperti ular.
Dan ternyata sosok ini berkomunikasi memakai cara telepati sehingga aku mampu mengerti maksudnya. Ia berkata...
"Sebaiknya kau serahkan keris itu kepadaku! Karena itu bukan milikmu akulah pemiliknya yang sah!"
Tiba tiba aku merasa mempunyai keberanian, aku angkat keris ditanganku dan kuarahkan kearah dirinya.
"Jangan berani berani mengambil keris ini dari tanganku..kumusnahkan kau!" teriakku.
Sambil berkata demikian aku maju kedepan, keris aku libas libaskan kearahnya. Dalam sekejap tiba tiba sosok itu menghilang meninggalkan bau bangkai yang tak terhingga. Aku sampai harus menutup hidungku seakan seisi rumah ada banyak tikus yang mati. Perutku mual rasanya ingin muntah!.
Tombol lampu kunyalakan, mataku memperhatikan kearah dapur. Nampaknya ia telah menghilang entah kemana. Aku membuka semua lemari dapur dan juga lemari digudang belakang dapur tapi semua kosong.
...○○○○...
Ketika aku melangkah masuk dari arah gudang dibelakang rumah tiba tiba pintu masuk kedalam rumah seperti dibanting, pintu itu menutup dengan sendiri! Lampu lampu dalam rumahpun langsung mati semuanya menjadi gelap kembali.
Dari balik pohon mangga aku melihat 2 sinar mata berwarna merah memandangku.
Aku berlari mendekat kepohon itu dengan keris kuacungkan kedepan. Disana, sepasang mata itu seakan terbang naik keatas pohon menghilang. Sepasang mata itu terbang dengan disertai suara tertawa yang melengking..Hihihihi...!
Kembali bau bangkai memenuhi halaman belakang rumah.
Kemudian terlihat pintu rumah tiba tiba terbuka dengan sendirinya...
Baru saja aku masuk kedalam, aku melihat tong sampah yang ada dibelakang seperti ditendang orang..berantakan isinya, untung aku belom membuang apa apa hanya beberapa kantong plastik bekas bungkus mi goreng.
Anehnya seisi rumah kini menjadi wangi lagi, bau bangkai telah hilang.
...○○○○...
"Loh..ealah ini bener pak Dirman" Kataku ketika melihat dari pintu kaca pak Dirman mencoba membuka pintu depan.
"Bentar pak..!" kataku melangkah kearah pintu depan.
Pak Dirman berdiri didepan pintu tanpa bersuara hanya memandang kearahku.
"Ada yang lupa pak? Untung aku belom tidur ayok masuk" Aku sengaja tidak menceritakan apa yang telah terjadi dirumah ini beberapa saat yang lalu.
"Mau ambil celana lupa" katanya dan berjalan kearah kamarnya.
Aku bingung juga kenapa pak Dirman ga ada senyumnya, dan kayanya agak agak kurang sopan, biasanya ia murah senyum dan mengatakan mohon maaf apabila mengganggu. Ini dia diam saja.
Aku cuek aja mungkin pikirannya sedang kacau memikirkan saudaranya yang sedang sakit itu.
Tidak lama kemudian ia keluar lagi dari kamarnya dan seperti tadi, tidak bilang apa apa langsung melangkah keluar rumah. Bahkan pak Dirman juga tidak mengucapkan selamat tinggal.
Aahh..sudahlah biarkan ia begitu, maklum pikirannya sedang berat. Aku mending konsentrasi berangkat kealam Waha.
Ketika aku akan duduk kulihat sajadahnya yang tertinggal..aku tau itu sajadah kesayangannya. Ia pasti memerlukannya, mumpung belum jauh aku minta suruh ambil lagi.
Setelah beberapa kali aku panggil tidak ada jawaban dan baru saja hendak kumatikan tiba tiba suara pak Dirman menjawab disana.
"Halo..maaf telat angkatnya, saya tadi sedang repot ngurus keluarga lain yang pada datang kerumah" Katanya yang membuat aku kaget.
"Iya ga apa apa, pak..ini sajadahnya kelupaan mumpung belom jauh balik lagi diambil"
"Oh ga apa apa..saya disini bisa pake punya keluarga"
"Pak Dirmana dimana posisi sekarang?"
"Dirumah..makanya sibuk banget, banyak yang datang"
Dheg..jantungku berhenti bulu kudukku berdiri..Siapa tadi yang baru saja datang??"
...¤¤¤¤¤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments