Mencari Cinta Sejati
Tegar teringat kejadian di mana, dia bertengkar dengan ayahnya, Tegar merasa tak suka jika harus di jodohkan, oleh ayahnya, Tegar selama ini membiarkan ayahnya mengatur hidupnya, tapi Tegar tak suka jika ayahnya juga mengatur tentang jodohnya.
"Aku ingin menemukan wanitaku sendiri ayah! aku tak ingin hidup seperti ayah! yang menyakiti ibu karena alasan tidak mencintainya!" cerocos Tegar.
Tegar merasa kedua orang tuanya seperti dua mahluk asing yang terpaksa bersatu karena dirinya, Tegar merasa selalu terasingkan karena kedua nya sibuk saling menyakiti satu sama lain, namun anehnya, tak ada satu pun dari mereka yang mengajukan perpisahan.
Tegar dengan perasaan kesal mengendarai mobil mewah nya, membelah jalanan ibukota di malam itu, Tegar menghentikan mobilnya di sebuah taman kota yang masih terlihat ramai malam itu.
Tegar turun dari mobilnya, untuk sekedar mencari angin dan suasana yang baru, yang berbeda dengan kehidupan nya yang sepi.
Tegar melihat anak-anak kecil yang terlihat gembira berjalan-jalan dengan kedua orang tuanya di taman itu, tegar yang fokus pada anak-anak itu tidak sadar di depannya ada sebuah tiang besi yang cukup besar, hingga akhirnya menabrak tiang itu dengan cukup keras
"Aaaaa!" teriak Tegar, ketika kepalanya terbentur, tiang itu dan tegar pun langsung terjatuh pingsan.
Tegar Terkejut, melihat dirinya yang masih tergeletak lemah, padahal dirinya sudah berdiri tegak, bahkan Tegar lebih terkejut ketika orang-orang yang mengelilinginya tidak bisa melihatnya, bahkan mendengar suaranya walaupun beberapa kali Tegar berteriak kencang memanggil mereka, Tegar dengan sedih dan putus asa berjalan menjauh dari kerumunan orang yang mengelilingi tubuhnya, Tegar menatap ke arah orang-orang yang sedang menggotong dirinya, dengan langkah gontai Tegar mengikuti mereka,Tegar duduk di samping dirinya yang sedang tertidur, tanpa satu orang pun menyadari kehadiran nya.
Tegar memasang raut wajah sedih, melihat dirinya yang tergeletak tak berdaya masuk ke ruang unit gawat darurat sebuah rumah sakit.
Tak lama kemudian Tegar yang sedang duduk menunggu dirinya yang sedang di tangani oleh dokter, melihat kedatangan kedua orang tuanya, Ayah dan ibu datang bersamaan dengan wajah khawatir dan sedih.
"Ayah bagaimana dengan Tegar?" tanya ibu terbata-bata di sela tangisnya.
Ayah menggeleng lemah "kita berdoa saja Bu" ucap ayah.
Tegar melihat ayah dan ibu duduk berdampingan dengan kepala mereka yang menunduk sedih.
Tak lama seorang dokter keluar dari ruang unit gawat darurat, lalu memanggil ayah dan ibu, ayah segera berlari menghampiri dokter tersebut.
"Anak anda mengalami koma, mungkin akibat benturan keras di kepalanya" ucap dokter itu pada Ayah, Tegar melihat ayahnya tampak mundur sedikit kebelakang mendengar itu.
Dengan langkah lunglai ayah menghampiri ibu dan mengatakan apa yang tadi dokter katakan adanya, ibu menangis terisak-isak, ayah entah sadar atau tidak memeluk ibu erat, mereka saling berpelukan satu sama lain setelah sekian lama.
Tegar tersenyum lebar melihat hal itu, Tegar merasa terharu serta teriris melihat kedua orang tuanya bersatu, tapi bersedih karena dirinya.
Tegar menoleh ke arah dirinya yang baru saja ke luar dari unit gawat darurat. Tegar melihat dirinya yang di dorong oleh beberapa perawat untuk masuk ke ruang perawatan, ayah dan ibu dengan bergandengan tangan mengikuti mereka, Tegar pun melakukan hal yang sama.
Tegar melihat dirinya di kelilingi oleh alat-alat kedokteran yang menempel ditubuhnya.
Setelah para perawat pergi, ibu mendekati Tegar dan menyentuh tangan Tegar perlahan lalu menangis keras.
Ayah mendekati ibu mengelus punggungnya dengan lembut,diam tak berkata apapun Tegar melihat ada buliran bening di kedua mata ayahnya, yang jatuh membasahi kedua pipinya.
"Kita harus kuat, demi Tegar" lirih Ayah, ibu diam tak menjawab hanya Isak tangisnya makin terdengar saja.
Tegar tak kuat melihat kedua orang tuanya bersedih, ia lalu keluar dari ruangan itu, duduk di bangku yang ada di luar kamarnya.
Tegar duduk dengan menekuk kepalanya dalam-dalam, tubuhnya terlihat mulai gemetar, dan akhirnya suara tangis Tegar pun keluar.
"Pria kok! menangis nya kenceng banget berisik tahu!" omel seseorang, membuat tangis Tegar berhenti seketika, ia menoleh ke arah suara tersebut, suara yang berasal dari seorang gadis yang sekarang sedang duduk di sebelahnya.
"Minumlah" tawarnya.
Tegar menggeleng lemah, menolak tawaran gadis itu.
"Ya sudah kalau tak mau, akan ku minum sendiri" ucap gadis itu dengan sedikit kesal.
"Apa kamu bisa melihat ku?" tanya Tegar.
"Tentu saja aku kan punya mata" jawab gadis itu.
"Katakan padaku kalau kamu benar-benar bisa melihat ku?" tanya tegar sekali lagi, sambil menggoyang-goyangkan tubuh gadis itu.
Gadis itu mengangguk beberapa kali, Tegar menatap kedua telapak tangannya yang ternyata bisa menyentuh gadis itu.
"Yes!" sorak Tegar merasa gembira, ini berarti dirinya sudah kembali jadi manusia.
Tegar masuk kembali ke dalam ruangan dirinya di rawat, tegar berlari ingin memeluk ayahnya.
Tegar dengan semangat memeluk ayahnya, tapi "bless" bukan tubuh ayah yang di peluk oleh Tegar tapi hanya angin yang kosong yang di dapat oleh Tegar, dengan perasaan yang penuh rasa penasaran sekali lagi tegar bermaksud memeluk ayahnya, tegar memejamkan matanya, lalu melebarkan rentangan kedua tangannya, " bless" untuk kedua kali nya Tegar hanya bisa memeluk angin.
Tegar menatap sedih ke arah ayah dan ibunya, serta dirinya yang sedang terbaring di atas tempat tidur.
Tegar terdiam lalu teringat gadis yang tadi ada di luar, Tegar segera keluar dari ruangan itu dengan menembus dinding kamar. Mata Tegar mencari di mana gadis itu berada, Tegar menarik nafas panjang, karena gadis itu tidak juga dia temukan di manapun di rumah sakit ini
Tegar langsung terduduk lemas di lantai rumah sakit, saat itu juga.
***
Keesokan harinya, tegar masuk ke dalam ruangan di mana dirinya yang asli terbaring lemah di kasur rumah sakit, Tegar menoleh ke arah ayah dan ibu nya yang masih tertidur di atas tempat tidur di sebelah dirinya.
Tegar melihat kedua mata ibunya, terlihat sedikit bengkak, mungkin karena banyak menangis semalaman, begitu pula di kedua mata ayahnya, mereka tidur sambil bergandengan tangan, hal yang tak pernah tegar lihat sepanjang hidupnya.
Tegar dengan gontai keluar dari kamar itu, berjalan perlahan-lahan, menikmati udara pagi di rumah sakit. Tegar dengan pandangan mata yang kosong berjalan tanpa arah tujuan, Tegar tidak tahu dia harus melakukan apa.
Saat rasa keputusasaan datang, mata Tegar yang kosong melihat sebuah bayangan seseorang yang di kenal olehnya sedang menyapu lantai rumah sakit seorang diri.
Tegar segera menghampiri bayangan itu, bayangan milik seorang gadis yang semalam bisa berbicara dengannya.
Tegar berhenti sesaat ketika melihat gadis itu, memberikan makanan pada seorang gadis kecil "kamu tunggu di sini, kakak harus bekerja dulu" ucapnya pada gadis kecil itu.
Soraya yang merasa seseorang memperhatikannya, menoleh ke belakang.
"Rupanya anda!" serunya.
"Selamat pagi!" Lanjutnya lagi, Tegar tidak merespon, ia hanya menatap tajam ke arah Soraya "benarkah dia bisa melihatku?"
"Kenapa anda memandang aku seperti itu?" tanya Soraya, sambil mengerjakan pekerjaannya.
"Apa kamu bicara padaku?" tanya Tegar penasaran.
"Tentu saja, sama siapa lagi!" omelnya.
"Dia bahkan mendengar suaraku!" bathin Tegar.
Tegar menghampiri gadis itu, lebih dekat. "auww" jerit gadis itu kesakitan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Sena Fiana
😄😃😃
2023-09-18
1
Yuuuk Gaming
wah seru juga cerita nya
2023-06-11
1
Nuhume
Wah seru nih ceritanya, keren kerennn.. semnagat kakk
2023-05-29
1