Tegar teringat kejadian di mana, dia bertengkar dengan ayahnya, Tegar merasa tak suka jika harus di jodohkan, oleh ayahnya, Tegar selama ini membiarkan ayahnya mengatur hidupnya, tapi Tegar tak suka jika ayahnya juga mengatur tentang jodohnya.
"Aku ingin menemukan wanitaku sendiri ayah! aku tak ingin hidup seperti ayah! yang menyakiti ibu karena alasan tidak mencintainya!" cerocos Tegar.
Tegar merasa kedua orang tuanya seperti dua mahluk asing yang terpaksa bersatu karena dirinya, Tegar merasa selalu terasingkan karena kedua nya sibuk saling menyakiti satu sama lain, namun anehnya, tak ada satu pun dari mereka yang mengajukan perpisahan.
Tegar dengan perasaan kesal mengendarai mobil mewah nya, membelah jalanan ibukota di malam itu, Tegar menghentikan mobilnya di sebuah taman kota yang masih terlihat ramai malam itu.
Tegar turun dari mobilnya, untuk sekedar mencari angin dan suasana yang baru, yang berbeda dengan kehidupan nya yang sepi.
Tegar melihat anak-anak kecil yang terlihat gembira berjalan-jalan dengan kedua orang tuanya di taman itu, tegar yang fokus pada anak-anak itu tidak sadar di depannya ada sebuah tiang besi yang cukup besar, hingga akhirnya menabrak tiang itu dengan cukup keras
"Aaaaa!" teriak Tegar, ketika kepalanya terbentur, tiang itu dan tegar pun langsung terjatuh pingsan.
Tegar Terkejut, melihat dirinya yang masih tergeletak lemah, padahal dirinya sudah berdiri tegak, bahkan Tegar lebih terkejut ketika orang-orang yang mengelilinginya tidak bisa melihatnya, bahkan mendengar suaranya walaupun beberapa kali Tegar berteriak kencang memanggil mereka, Tegar dengan sedih dan putus asa berjalan menjauh dari kerumunan orang yang mengelilingi tubuhnya, Tegar menatap ke arah orang-orang yang sedang menggotong dirinya, dengan langkah gontai Tegar mengikuti mereka,Tegar duduk di samping dirinya yang sedang tertidur, tanpa satu orang pun menyadari kehadiran nya.
Tegar memasang raut wajah sedih, melihat dirinya yang tergeletak tak berdaya masuk ke ruang unit gawat darurat sebuah rumah sakit.
Tak lama kemudian Tegar yang sedang duduk menunggu dirinya yang sedang di tangani oleh dokter, melihat kedatangan kedua orang tuanya, Ayah dan ibu datang bersamaan dengan wajah khawatir dan sedih.
"Ayah bagaimana dengan Tegar?" tanya ibu terbata-bata di sela tangisnya.
Ayah menggeleng lemah "kita berdoa saja Bu" ucap ayah.
Tegar melihat ayah dan ibu duduk berdampingan dengan kepala mereka yang menunduk sedih.
Tak lama seorang dokter keluar dari ruang unit gawat darurat, lalu memanggil ayah dan ibu, ayah segera berlari menghampiri dokter tersebut.
"Anak anda mengalami koma, mungkin akibat benturan keras di kepalanya" ucap dokter itu pada Ayah, Tegar melihat ayahnya tampak mundur sedikit kebelakang mendengar itu.
Dengan langkah lunglai ayah menghampiri ibu dan mengatakan apa yang tadi dokter katakan adanya, ibu menangis terisak-isak, ayah entah sadar atau tidak memeluk ibu erat, mereka saling berpelukan satu sama lain setelah sekian lama.
Tegar tersenyum lebar melihat hal itu, Tegar merasa terharu serta teriris melihat kedua orang tuanya bersatu, tapi bersedih karena dirinya.
Tegar menoleh ke arah dirinya yang baru saja ke luar dari unit gawat darurat. Tegar melihat dirinya yang di dorong oleh beberapa perawat untuk masuk ke ruang perawatan, ayah dan ibu dengan bergandengan tangan mengikuti mereka, Tegar pun melakukan hal yang sama.
Tegar melihat dirinya di kelilingi oleh alat-alat kedokteran yang menempel ditubuhnya.
Setelah para perawat pergi, ibu mendekati Tegar dan menyentuh tangan Tegar perlahan lalu menangis keras.
Ayah mendekati ibu mengelus punggungnya dengan lembut,diam tak berkata apapun Tegar melihat ada buliran bening di kedua mata ayahnya, yang jatuh membasahi kedua pipinya.
"Kita harus kuat, demi Tegar" lirih Ayah, ibu diam tak menjawab hanya Isak tangisnya makin terdengar saja.
Tegar tak kuat melihat kedua orang tuanya bersedih, ia lalu keluar dari ruangan itu, duduk di bangku yang ada di luar kamarnya.
Tegar duduk dengan menekuk kepalanya dalam-dalam, tubuhnya terlihat mulai gemetar, dan akhirnya suara tangis Tegar pun keluar.
"Pria kok! menangis nya kenceng banget berisik tahu!" omel seseorang, membuat tangis Tegar berhenti seketika, ia menoleh ke arah suara tersebut, suara yang berasal dari seorang gadis yang sekarang sedang duduk di sebelahnya.
"Minumlah" tawarnya.
Tegar menggeleng lemah, menolak tawaran gadis itu.
"Ya sudah kalau tak mau, akan ku minum sendiri" ucap gadis itu dengan sedikit kesal.
"Apa kamu bisa melihat ku?" tanya Tegar.
"Tentu saja aku kan punya mata" jawab gadis itu.
"Katakan padaku kalau kamu benar-benar bisa melihat ku?" tanya tegar sekali lagi, sambil menggoyang-goyangkan tubuh gadis itu.
Gadis itu mengangguk beberapa kali, Tegar menatap kedua telapak tangannya yang ternyata bisa menyentuh gadis itu.
"Yes!" sorak Tegar merasa gembira, ini berarti dirinya sudah kembali jadi manusia.
Tegar masuk kembali ke dalam ruangan dirinya di rawat, tegar berlari ingin memeluk ayahnya.
Tegar dengan semangat memeluk ayahnya, tapi "bless" bukan tubuh ayah yang di peluk oleh Tegar tapi hanya angin yang kosong yang di dapat oleh Tegar, dengan perasaan yang penuh rasa penasaran sekali lagi tegar bermaksud memeluk ayahnya, tegar memejamkan matanya, lalu melebarkan rentangan kedua tangannya, " bless" untuk kedua kali nya Tegar hanya bisa memeluk angin.
Tegar menatap sedih ke arah ayah dan ibunya, serta dirinya yang sedang terbaring di atas tempat tidur.
Tegar terdiam lalu teringat gadis yang tadi ada di luar, Tegar segera keluar dari ruangan itu dengan menembus dinding kamar. Mata Tegar mencari di mana gadis itu berada, Tegar menarik nafas panjang, karena gadis itu tidak juga dia temukan di manapun di rumah sakit ini
Tegar langsung terduduk lemas di lantai rumah sakit, saat itu juga.
***
Keesokan harinya, tegar masuk ke dalam ruangan di mana dirinya yang asli terbaring lemah di kasur rumah sakit, Tegar menoleh ke arah ayah dan ibu nya yang masih tertidur di atas tempat tidur di sebelah dirinya.
Tegar melihat kedua mata ibunya, terlihat sedikit bengkak, mungkin karena banyak menangis semalaman, begitu pula di kedua mata ayahnya, mereka tidur sambil bergandengan tangan, hal yang tak pernah tegar lihat sepanjang hidupnya.
Tegar dengan gontai keluar dari kamar itu, berjalan perlahan-lahan, menikmati udara pagi di rumah sakit. Tegar dengan pandangan mata yang kosong berjalan tanpa arah tujuan, Tegar tidak tahu dia harus melakukan apa.
Saat rasa keputusasaan datang, mata Tegar yang kosong melihat sebuah bayangan seseorang yang di kenal olehnya sedang menyapu lantai rumah sakit seorang diri.
Tegar segera menghampiri bayangan itu, bayangan milik seorang gadis yang semalam bisa berbicara dengannya.
Tegar berhenti sesaat ketika melihat gadis itu, memberikan makanan pada seorang gadis kecil "kamu tunggu di sini, kakak harus bekerja dulu" ucapnya pada gadis kecil itu.
Soraya yang merasa seseorang memperhatikannya, menoleh ke belakang.
"Rupanya anda!" serunya.
"Selamat pagi!" Lanjutnya lagi, Tegar tidak merespon, ia hanya menatap tajam ke arah Soraya "benarkah dia bisa melihatku?"
"Kenapa anda memandang aku seperti itu?" tanya Soraya, sambil mengerjakan pekerjaannya.
"Apa kamu bicara padaku?" tanya Tegar penasaran.
"Tentu saja, sama siapa lagi!" omelnya.
"Dia bahkan mendengar suaraku!" bathin Tegar.
Tegar menghampiri gadis itu, lebih dekat. "auww" jerit gadis itu kesakitan
"auww" jerit gadis itu kesakitan
"Apa cubitan ku sakit?" tanya Tegar.
"Tentu saja" jawab Soraya.
Tegar menatap gadis yang sedang di hadapannya, saat ini.
"Siapa yang sakit?" tanya Soraya, kaget
"Lalu kenapa kamu berjalan sendirian, mana keluarga kamu?" tanya Soraya lagi.
"Ada mereka masih tidur" jawab Tegar.
"Mungkin mereka lelah" timpal Soraya.
"Iya" balas Tegar.
"Aku permisi dulu, pekerjaanku di rumah sakit ini telah selesai" ucap Soraya.
Tegar mengikuti kemana Soraya pergi, ternyata dia menghampiri gadis kecil tadi, lalu menggendong gadis kecil itu di punggungnya.
"Apa aku berat ka?" tanya gadis kecil itu pada Soraya.
"Sedikit, mungkin karena kamu sudah agak besar" jawab Soraya.
"Kalau begitu, kakak turunkan aku, aku bisa berjalan sendiri" protes gadis kecil itu.
"Nanti di jalan yang sebelah sana yah, di sini masih ramai, kakak takut kamu tertabrak orang lain" jawab Soraya,gadis kecil itu menganggukan kepalanya.
Sedangkan Tegar di belakang masih mengikuti Soraya, tanpa Soraya ketahui. Mereka berdua ternyata berjalan jauh sekali, tapi di wajah mereka tidak terlihat rasa lelah, "mungkin mereka sudah biasa melakukan semua ini" bathin Tegar.
Soraya menghentikan langkahnya di depan sebuah rumah kecil yang sudah tua, mereka masuk ke dalam rumah itu.
"Kakak akan masak sebentar nanti kita akan sarapan" ucap Soraya
"Iya kak" jawab gadis kecil itu.
Tegar yang penasaran masuk ke dalam rumah tua itu, rumah itu berisi barang-barang yang sudah tua juga, sofa, meja bahkan lemari semua modelnya sudah ketinggalan jaman, tapi kerena masih bisa di pakai jadi di pertahankan, oleh pemiliknya.
Tegar masuk ke rumah Soraya lebih dalam lagi, Tegar melihat gadis kecil itu sedang menonton telivisi yang juga modelnya sudah tua, Tegar kemudian mencari Soraya.
Soraya yang baru saja selesai masak terkejut melihat Tegar berdiri di hadapannya.
"Kamu!!" teriak Soraya, Tegar membungkam mulut Soraya, dan menarik Soraya masuk ke dalam dapur lagi.
"Tenanglah, aku butuh bantuan kamu!" bisik Tegar.
"Kamu mau membantuku tidak?" Bisik Tegar lagi.
"Memangnya apa yang bisa aku bantu?" tanya Soraya begitu berhasil melepaskan mulutnya dari bekapan tangan Tegar.
Tegar melepaskan cengkraman nya pada Soraya, Soraya seketika berteriak "aaaaa tolong!!" membuat Karin berlari ke arah Soraya kakaknya.
"Kakak ada apa!?" tanya Karin panik, Soraya langsung menarik tangan Karin agar merapatkan diri dengannya.
"Itu ada orang asing masuk!" jawab Soraya sambil menunjuk ke arah Tegar, Tegar yang panik tampak ketakutan.
"Mana orang itu ka?" tanya Karin sekali lagi.
"Itu di depan kita masak kamu tidak lihat" omel Soraya pada Karin.
"Karin tidak lihat ka, mana orangnya!" protes Karin kesal pada Soraya, Tegar tersenyum lebar, Tegar ingat dirinya tak bisa di lihat orang lain kecuali Soraya.
Tegar mendekati Soraya, sambil menatap ke arah Soraya.
"Pergi, jangan dekati kami!!" teriak Soraya.
"Kakak enggak ada siapa-siapa? Ah kakak ini !!" Omel Karin meninggalkan Soraya begitu saja.
"Karin tunggu kakak!!" teriak Soraya, mengejar adiknya, Tegar terus mengikuti Soraya, sambil menyerigai menyeramkan.
"Karin tolong kakak!!" teriak Soraya lagi, melihat Tegar terus mendekatinya.
Karin menoleh ke arah kakak nya "kakak gila orang tak ada apa-apa!!" Omel Karin lagi.
"Masa Karin ngga lihat pria itu!! sekarang pria itu sedang berjalan mendekati kakak, tolong Kakak Karin" cerocos Soraya.
"Mana kakak, mana pria itu" ucap Karin sambil memukul kan sapu ke segala arah.
Tegar mencoba menghindar dari pukulan Karin, tapi dia sedikit terpojok.
"Bagus Karin ayo pukul terus orang itu!!" teriak Soraya.
Tegar merapatkan kedua lengannya, agar wajahnya tak terkena pukulan sapu yang di ayunkan oleh Karin.
"Aaaa!!" teriak Tegar saat sapu yang diayunkan Karin mengenai dirinya.
Tegar membuka mata dan tangannya, Tegar merasa aneh karena tidak merasakan sakit apapun di tubuhnya, Tegar tersenyum pada Soraya.
"Hantuuu!!!!" teriak Soraya.
Karin menoleh ke arah kakaknya, lalu tersenyum lucu dan tertawa.
"Kakak lucu mana ada hantu siang-siang begini" ucap Karin di sela tawanya.
Soraya terdiam, Karin benar, mana ada hantu di siang bolong begini.
Karin masih saja tertawa, Soraya memberanikan diri mendekati Tegar, Soraya mencubit hidung Tegar yang mancung.
"Aduh! sakit!!" omel Tegar, Soraya mencubit pinggang Topan kali ini kali penasaran.
"Sakit tahu!!" sentak Tegar.
"Aneh!!" ucap Soraya, Soraya mengkerutkan keningnya berpikir sesuatu.
Karin yang melihat tingkah aneh kakaknya terdiam "apa yang terjadi dengan kakaknya?" wajahnya berubah sedih, Karin jadi menangis.
Soraya dan Tegar terkejut mendengar tangisan Karin, Soraya mendekati Karin, lalu memeluknya erat.
"Ada apa sayang?" tanya Soraya.
"Kakak jangan gila, nanti Karin sama siapa?" ucap Karin.
"Kenapa kakak jadi gila?" tanya Soraya tak mengerti.
"Tadi Karin lihat kakak senyum-senyum sendiri, Karin takut" ucap Karin.
"Ha ha ha" suara tawa dari Tegar, Soraya mendelik ke arah Tegar.
"Semua gara-gara kamu!" gumam Soraya.
"Kok, gara-gara aku sih ka!" omel Karin mendengar gumaman Soraya.
"Bukan kamu, tapi dia!" tunjuk Soraya pada Tegar.
"Tuch kan kakak gila!" rengek Karin lagi, Tegar tertawa terbahak-bahak.
Soraya memeluk Karin erat, untuk mencoba menghentikan tangis Karin yang menyedihkan itu.
Karin menangis hingga akhirnya tertidur tanpa makan terlebih dahulu, membuat Soraya sedikit sedih.
Soraya keluar dari kamarnya setelah membaringkan Karin di atas tempat tidur. Melihat Tegar yang sedang duduk di kursi dengan wajah sedihnya, Soraya merasa sedikit iba, Soraya menghampiri Tegar.
"Apa yang bisa aku bantu?" tanya Soraya.
"Apa kamu benar-benar mau membantuku?" tanya Tegar
"Kalau aku bisa pasti akan aku bantu" jawab Soraya, Tegar menatap penuh haru pada Soraya.
Hari itu selama Karin tidur, Soraya dan Tegar saling berbicara, Tegar menceritakan apa yang terjadi padanya.
"Terus apa yang harus aku bantu?" tanya Soraya.
"Aku ingin pulang ke rumahku" ucap Tegar.
"untuk apa?" tanya Soraya.
"Ada yang harus aku ambil di sana" ucap Tegar.
"Apa?" tanya Soraya lagi penasaran.
"Sebuah surat yang ku tulis sebelum aku kecelakaan" jawab Tegar.
"Apa kamu ingin aku mengambil surat itu?" tanya Soraya, Tegar mengangguk pelan.
Soraya mengerutkan keningnya, tampak sedikit berpikir "bagaimana aku bisa masuk ke rumah kamu, rumah orang kaya pasti ada penjaganya" ucap Soraya.
"Aku akan menemani kamu ke sana" balas Tegar.
"Baiklah kita pergi besok" jawab Soraya.
"Tok! Tok! Tok!" bunyi pintu di ketuk.
"Bang Risman!ada apa?" tanya Soraya ketika membuka pintu ternyata Risman yang datang.
"Ini aku membawakan makanan buat Karin dari ibu" ucap Risman.
"Makasih bang, mampir dulu bang!" tawar Soraya, Risman menengok kanan dan kiri, hari ini begitu sepi.
Risman dengan ragu masuk ke dalam rumah Soraya, Soraya pamit untuk membuatkan minuman, Risman bangkit dari duduknya saat Soraya pergi ke dapur, ia menutup pintu rumah Soraya lalu masuk ke dalam menyusul Soraya, Tegar yang dari tadi memperhatikan gerak gerik Risman sedikit curiga, Tegar mengikuti Risman, Soraya terkejut saat melihat Risman.
"Ssssttt!" ucap Risman langsung mendorong Soraya hingga membentur tembok.
"Bang Risman mau apa?" tanya Soraya ketakutan, Risman tanpa bicara mencium Soraya dengan penuh nafsu, Soraya berteriak, tapi tak ada yang mendengar karena rumah Soraya jauh dari tetangga.
Tegar bingung harus membantu Soraya bagaimana, Tegar sudah memukul Risman tapi percuma Risman tidak merasakan pukulannya, Tegar serasa memukul angin kosong lagi, Tegar menarik baju Risman itu juga sia-sia,Tegar merasa putus asa tak bisa menolong Soraya.
"Tegar tolong aku!!" Teriak Soraya.
"Iya tapi bagaimana? aku tak bisa menyentuhnya" ucap Tegar.
Tegar menarik tangan Soraya, hingga Soraya bergerak, membuat Risman menghentikan aksinya.
Tegar melihat cengkraman Risman sedikit mengendur, Tegar segera menarik Soraya dalam dekapannya, Risman terkejut Soraya bisa terlepas darinya
Tegar yang melihat cengkraman Risman sedikit mengendur pada Soraya, tanpa buang waktu lagi, saat itu juga, Tegar segera menarik Soraya kuat-kuat hingga masuk dalam dekapannya, terlepas dari cengkraman Risman, Risman terkejut sekali lagi, melihat Soraya bisa terlepas darinya, Risman merasa ada seseorang yang menarik Soraya hingga bisa terlepas darinya.
Tegar memeluk Soraya erat, saat Risman mendekati Soraya sekali lagi, Tegar meminta Soraya berdiri di belakang nya, berlindung di balik punggungnya, Tegar lupa kalau dirinya tidak terlihat oleh Risman, Risman terus saja berjalan mendekati Soraya, membuat Tegar kesal, lalu memukul Risman "bugh" suara pukulan kepalan tangan Tegar telak mengenai pipi Risman, Risman seketika terdorong mundur. Tegar sendiri mundur karena terkejut bisa memukul Risman, Tegar lupa kalau sekarang sebelah tangannya masih memegang tangan Soraya
"Aku bisa memukulnya!" teriak Tegar kegirangan, karena sejak tadi ingin rasanya Tegar melayangkan tinjun nya pada Risman. Risman kebingungan mencari orang yang telah memukulnya, belum selesai rasa bingungnya, satu tendangan keras, telak lagi mengenai perut Risman
"Bajingan!!" teriak tegar sambil menendang perut Risman sekali lagi hingga Risman jatuh tersungkur, Tegar terus saja menendang Risman secara membabi buta, tanpa mendengar teriakan dari Soraya meminta agar dia berhenti.
Soraya terpaksa melepaskan tangannya dari tegar saat itu juga dengan paksa, hingga seketika itu Tegar yang sedang menendang Risman dengan bernafsu, terpeleset karena Tegar hanya menendang keras angin yang kosong.
Soraya terkejut saat melihat Tegar jatuh terpeleset, Soraya tertawa sebentar tapi segera membantu tegar berdiri, lalu kemudian menangis dalam pelukan Tegar, Tegar mengusap lembut punggung Soraya, untuk menenangkannya "tenang ada aku di sini, tak akan ku biarkan dia berlaku seperti itu lagi padamu, aku akan menjagamu!" janji Tegar, Soraya yang mendengar itu makin mempererat pelukannya pada tegar.
Tegar baru kali ini merasakan perasaan yang aneh dalam hatinya, perasaan kalau dirinya benar-benar di butuh kan oleh seseorang.
Tegar melepaskan pelukan uSoraya saat sadar kondisi bagian tubuh atas Soraya, yang sudah tidak tertutup, Soraya saat ini hanya menggunakan bra saja, di depan mata dan pelukannya, bagamanapun sebagai pria normal, ada desir-desir halus muncul di hati Tegar.
Bahkan burung piaraan miliknya pun sudah beraksi terlebih dahulu saat tangan Tegar menyentuh kulit putih Soraya.
*Bodoh! pikiran kotor apa ini! dia gadis kampung! dekil, bukan selera ku!" bathin Tegar, lalu segera melepaskan Soraya dari pelukan nya.
Tegar mengambil baju Soraya yang tergeletak di lantai, lalu segera menutup tubuh Soraya dengan baju itu, Soraya menatap Tegar malu-malu, wajah nya bersemu merah, saat sadar kalau bagian atasnya tubuhnya sudah di lihat oleh Tegar, Soraya pun segera berlari ke kamar.
***
Soraya dan Tegar malam itu menunggu sampai Risman sadar tanpa melaporkan perbuatan Risman pada siapapun bahkan mereka melepaskan Risman begitu saja.
Soraya sebenarnya yang memutuskan tidak melaporkan perbuatan, Risman pada siapapun, walaupun Tegar sangat tidak setuju dengan apa yang di lakukan Soraya saat ini, tapi Soraya masih memikirkan Mbok Junah ibunya bang Risman, yang selalu membantunya selama ini.
Keesokan harinya Soraya pergi ke rumah Tegar, untuk membantu Tegar seperti janjinya kemarin.
Mata Soraya terbelalak melihat besar dan mewahnya rumah Tegar.
"Bagaimana kita bisa masuk ke rumah kamu, yang di jaga ketat dan berpagar tinggi ini!" ucap Soraya, lemas.
"Aku ada jalan rahasia" jawab Tegar, lalu menyeret tangan Soraya agar mengikuti nya, Tegar berjalan ke samping rumahnya. Tegar meraba tumbuhan pagar yang mengelilingi rumah nya "ini dia!" seru Tegar.
Tegar menyibak tumbuhan rambat itu, lalu meminta Soraya mengambil kunci pagar itu.
"kunci nya ada di dalam pot bunga itu" ucap Tegar, tanpa banyak bicara Salsa mengambil kunci itu.
Soraya, masuk ke dalam rumah Tegar tanpa kesulitan, kedua mata Soraya terbelalak lebih besar dari sebelumnya saat ini, ketika melihat isi rumah milik Tegar, yang bagaimana istana seorang raja.
"Kesini!" ajak Tegar pada Soraya, Soraya mengikuti langkah kaki Tegar, tapi mulut nya tidak pernah berhenti berdecak kagum pada kemewahan yang diperlihatkan rumah ini padanya.
Langkah kaki Soraya berhenti saat di depan pintu kamar Tegar.
"Aku tidak mau masuk ke kamar pria sembarangan!" ucap Soraya tiba-tiba.
"Cepat masuk!!" ucap Tegar, Soraya menggelengkan kepala nya.
"Masuk!!" bentak tegar.
"Tidak!!" jawab Soraya tetap pada pendiriannya.
"Masuk!!" tegar menarik tangan Soraya.
Soraya melotot ke arah tegar, tegar tersenyum lebar, Soraya mendelikan matanya, Tegar makin melebarkan senyum nya.
"Cepat buka laci nya!!" pinta Tegar.
Soraya kali ini langsung menuruti Tegar, dalam laci itu Soraya melihat sebuah kertas dengan tulisan tangan.
Ayah, maaf untuk kali ini aku tetap tidak bisa mengikuti keinginan ayah, aku pikir selama ini apapun kehendak ayah selalu aku terima, aku melakukan ini agar ayah dan ibu tidak bertengkar karena ku, tapi makin ke sini aku lihat hubungan ayah dan ibu makin tidak baik, aku tak ingin seperti ayah dan ibu, aku pergi untuk mencari wanita pujaan hatiku, ku harap ayah dan ibu bersabar...
Soraya menoleh ke arah Tegar "jadi kamu pergi dari rumah hanya ingin menemukan cinta sejati kamu?" tanya Soraya.
"Iya, tapi belum juga aku pergi jauh, kecelakaan menimpa ku, hingga aku koma sekarang" jelas Tegar sedih.
"Terus kenapa kamu minta, aku untuk ambil surat ini? biar saja kedua orang tuamu baca!" ucap Soraya.
"Aku malu, baru jadi pembangkang, udah sial!!" keluh Tegar.
Soraya tertawa keras mendengar apa yang di ucapkan Tegar, Tegar segera menutup mulut Soraya dengan tangannya, hingga mata mereka akhirnya saling bertemu.
"Jangan berisik! nanti ada yang dengar!!" ucap Tegar sambil memutuskan pandangan mata di antara mereka.
"Iya maaf" ucap Soraya malu.
"Ambil ATM di sana" ucap Tegar lagi.
"Buat apa? kamu tak butuh makan, baju atau yang lainnya!" jelas Soraya.
"Iya aku tahu, tapi aku butuh kamu, sedangkan kamu butuh makan, minum, baju dan lain-lain, merepotkan!" omel Tegar.
"Terus apa hubungannya dengan ATM kamu!?" tanya Soraya tak mengerti sekaligus kesal
"Ah! banyak tanya!!" omel Tegar, Tegar menyentuh tangan Soraya, ambil ATM nya di masukkan ke dalam tas yang di bawa Soraya, lalu menarik tangan Soraya agar segera keluar dari kamarnya.
"Tunggu!" cegah Soraya.
"Apa lagi sih!?" tanya Tegar kesal, Soraya menutup pintu kamar Tegar.
"Tutup dulu pintunya" ucap Soraya.
Setelah menutup pintu kamar Tegar, Soraya langsung berlari meninggalkan Tegar, Tegar tersenyum lebar melihat tingkah Soraya yang konyol itu.
"Cepat, nanti keburu ketahuan" ucap Soraya pada Tegar yang ada di belakangnya.
"Kamu yang harusnya, cepat!!" sentak Tegar yang ternyata sudah berada dua langkah di depan Soraya.
Soraya terkejut melihat tegar ada di depannya, seingat Soraya, tadi dia berlari meninggalkan Tegar, Soraya menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
"Kunci lagi gerbangnya" ucap Tegar.
Soraya melakukan apa yang Tegar katakan, Tegar menoleh ke arah kanan, Tegar melihat mang Soleh berjalan ke arah Soraya, tanpa buang waktu, Tegar menarik tangan Soraya agar segera pergi dari tempat itu.
"Woi!!" teriak mang Soleh.
Soraya yang mendengar teriak itu, menambah kecepatan larinya, Tegar berhenti, melihat Soraya lari pontang- panting di depannya, tak lama Topan pun tertawa keras, melihat Soraya ketakutan.
Soraya mencari tempat persembunyian yang aman menurutnya, Soraya bersembunyi di antara pohon-pohon yang mengelilingi sebuah rumah.
Tegar yang ada di belakang Soraya, menyentuh pundak Soraya "maaf pak, saya tidak bersalah!!" ucap Soraya dengan tubuh gemetar.
"Balik badan kamu" ucap Tegar dengan suara di besarkan bass nya hingga menyerupai suara bapak-bapak.
"Buka mata kamu!!" bentak Tegar, saat melihat Soraya berbalik arah dengan mata tertutup, Soraya membuka matanya perlahan-lahan, melihat tegar yang ada di depannya tanpa ragu Soraya segera memeluknya.
Hati Tegar langsung berdetak kencang, tapi kemudian dengan kasar Tegar melepaskan pelukan Soraya. Bahkan Tegar mendorong tubuh Soraya agar menjauh darinya, membuat Soraya sedikit terkejut.
Situasi aneh pun tercipta di antara mereka.
"pesan ojek online cepat!!" ucap Tegar, karena dia tahu di sekitar rumahnya tak ada kendaraan umum.
"Aku tak punya aplikasi nya, tahu sendiri handphoneku jadul" ucap Soraya.
"Handphone ku ada di dalam tas kamu, pakai itu!"
Soraya membuka tasnya, Soraya terkejut di dalam tasnya berisi uang tunai yang lumayan banyak, Atm dan handphone model terbaru.
"Apa kuncinya?" tanya Soraya.
"angka 3 empat kali"
Tak lama Soraya memesan, ojek pun datang.
"Pakai helm nya ba"
"Iya"
Soraya pun naik ke atas motor "kamu bagaimana?" tanya Soraya pada Tegar.
"Maksud ba gimana?" tanya ojol itu tak mengerti.
"Maaf bang, bukan sama Abang" jawab Soraya.
"Terus sama siapa, kan di sini cuma kita berdua ba?" tanya ojol itu lagi.
"Lupain aja bang, saya cuma ngomong sendiri!" balas Soraya.
Ojol itu menatap ke arah Soraya "mba waras kan?" tanya ojol itu dengan polosnya, membuat Tegar tertawa, entah sudah berapa kali semenjak bertemu dengan Soraya Tegar tertawa, hal yang paling sulit ia lakukan selama ini.
Soraya menatap tajam ke arah Tegar yang tertawa, membuat ojol itu tersenyum aneh pada Soraya.
"Saya waras ko bang! tenang aja, ini aku kasih uang lebih" ucap Soraya.
melihat uang yang di tunjukkan oleh Soraya, Ojol itu tersenyum, lalu segera naik ke atas motornya.
"Mba, duduknya jangan terlalu belakang" ucap ojol itu.
"Iya" Soraya sedikit bergeser ke depan hingga dadanya menyentuh punggung Tegar yang duduk di tengah di antara tukang ojek dan Soraya.
Tegar yang merasa punggung nya menjadi hangat saat dua gunung kembar milik Soraya menempel.
Tanpa di sadari oleh Soraya, Soraya hanya terfokus pada tukang ojek yang selalu melihatnya dari kaca spion motornya.
Soraya hanya tersenyum, tukang ojek online itu tidak tahu, kalau di antara mereka ada Tegar.
***
Sebelum pulang ke rumah nya Soraya menjemput Karin di rumah bibi Salma saudara satu-satunya yang di miliki Soraya dan Karin.
"Makasih ya bi" ucap Soraya.
"Tenang aja kali Soraya, kita kan saudara, enggak usah sungkan, lagi pula Karin anak nya nurut banget!" ucap bibi Salma.
Ketika masuk rumah Soraya melihat tegar sudah duduk di atas kursi.
"Karin jangan duduk di situ!" cegah Soraya, karena Tegar sedang duduk di sana.
"Kenapa ka? kan bangku nya kosong!" protes Karin.
"Terserah, tapi kalau terjadi sesuatu jangan salahkan kakak, ya!" ucap Soraya.
Karin menatap ke arah kakak nya , Karin merinding ketakutan, dengan cepat Karin duduk di kursi yang lain.
"Kakak senang nya menakuti aku?" tanya Karin, melihat kakak nya senyum-senyum sendiri.
"Tidak, untuk apa kakak bohong! kalau Karin tak percaya, duduk saja di sana!" tantang Soraya pada adiknya, Karin menggeleng lemah.
"Kita makan, ini kakak tadi ada rejeki kita makan nasi Padang" ucap Soraya.
Karin menghampiri Soraya, dengan senangnya, sudah sekian lama, Karin dan Soraya tidak makan nasi Padang lagi, setelah kematian kedua orang tua mereka.
"Enak ya ka?" ucap Karin.
"Iya sayang, makan yang banyak" ucap Soraya, tanpa terasa air mata di kedua mata Soraya turun dengan sendirinya membasahi pipinya, Soraya ingat dulu ketika ayahnya masih ada setiap gajian ayahnya selalu membelikan mereka nasi Padang lalu di makan bersama.
Tegar yang tanpa sengaja melihat Soraya menangis menghampiri Soraya "kenapa?" tanya Tegar.
Soraya tak menjawab, tangis nya malah makin menjadi, Karin pun sama, tapi mereka tetap meneruskan makan mereka tanpa berhenti.
Tegar yang melihat adegan aneh depan matanya, hanya terdiam terpaku melihat semua itu.
Soraya dan Karin menghentikan tangisnya, saat nasi Padang milik mereka telah habis, Karin dan Soraya segera berlari ke dapur untuk mencuci tangan mereka lalu kembali dengan senyum yang mengembang, tapi kemudian kedua nya berpelukan.
"Karin ingat ayah dan ibu yah?" tanya Soraya.
"Iya ka, kakak juga kan?" tanya balik Karin, Soraya mengangguk pelan.
Soraya mengusap air mata yang membasahi kedua pipi adiknya, begitu juga Karin, Karin mengusap kedua pipi Soraya yang basah karena air mata.
"Seharusnya kita tidak boleh menangis lagi, ka" ucap Karin.
"Iya, pasti ayah dan ibu sedih kalau lihat kita menangis" lanjut Soraya.
Tegar yang melihat drama sedih tepat di depan matanya, tanpa di sadari oleh nya setitik air menetes jatuh di pipi nya, Tegar mengusap air mata itu perlahan, satu hal lagi yang pantang di lakukan Tegar dahulu, selain tertawa ternyata Tegar pun bisa menangis, Tegar menyadari itu setelah bertemu Soraya.
***
Soraya dan Karin pergi ke kamar mereka, ketika mata mereka mulai mengantuk.
Soraya mengantar Karin ke kamarnya, lalu Soraya menemui Tegar "tidurlah di kamarku, aku akan tidur bersama Karin" ucap Soraya.
Tegar masuk ke dalam kamar Soraya, di dalam kamar yang hanya diterangi lampu biasa, tampak agak gelap, Tegar melihat sebuah tempat tidur kecil yang cukup hanya satu orang, Tegar pun segera duduk di sana, tegar membaringkan diri di atas tempat tidur itu, dengan perlahan, wangi aroma tubuh Soraya tercium oleh tegar, lewat tempat tidur nya. Tak lama kemudian Tegar pun terlelap.
***
Keesokan harinya Soraya pergi ke rumah sakit untuk bekerja, Tegar mengikuti Soraya, Tegar pun ingin mengetahui keadaan dirinya di rumah sakit.
Soraya memandang ke arah tegar yang terbaring lemah di atas tempat tidur.
"Siapa kamu!?" seru ibu tegar, saat masuk melihat Soraya sedang ada di sisi Tegar.
"Maaf nyonya, saya Soraya yang bertugas membersihkan kamar ini" jawab Soraya.
"Lalu kenapa dekat-dekat anak saya!?" tanya ibu Tegar tidak suka.
"Maaf nyonya, putra anda mirip dengan teman saya" jawab Soraya lagi.
Ibu tegar terdiam "ya, sudah cepat bersihkan kamarnya!" ucapnya.
Tegar menatap ibunya dengan wajah sedihnya, membuat Soraya tidak tega "apa ada pesan yang ingin kamu sampaikan sama ibu kamu?" tanya Soraya.
"Apa kata kamu?" tanya ibu tegar yang mendengar ucapan Soraya.
Soraya diam, pura-pura tidak mendengar pertanyaan dari ibu Tegar.
Tegar terdiam, begitu banyak kata yang ingin ia katakan pada ibunya, tapi mulut ini rasanya kaku untuk terbuka.
Soraya melihat tegar terus menatap ibunya "katakan padanya minta dia menghentikan diet yang menyiksa itu, minta dia untuk lebih menikmati hidup" akhirnya sebuah kalimat terdengar dari mulut Tegar.
Soraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sekarang Soraya jadi bingung sendiri bagaimana menyampaikan pesan Tegar pada ibunya.
Soraya mendekat kepada ibunya Tegar, bibirnya bergerak-gerak tidak jelas, Soraya tidak mau sampai kena semprot setelah mengatakan pesan dari tegar.
"Bu maaf, ada seseorang yang mengatakan ibu harus menghentikan diet ibu, dan meminta ibu untuk lebih menikmati hidup" ucap Soraya, tanpa melihat ke arah wajah ibu tegar, tubuh Soraya sedikit gemetar membayangkan sebentar lagi, dia akan kena marah ibu nya tegar.
"Kamu mengenal Tegar?" ucap ibu Tegar pelan.
Soraya memberanikan diri mengangkat wajahnya untuk melihat ekspresi yang di tunjukkan oleh ibunya Tegar saat ini.
"Iya Bu, eh tidak bu!" jawab Soraya sambil menggelengkan kepalanya cepat.
"Tentu saja! Mana mungkin putra saya mengenal kamu!" ucap sombong ibu tegar.
"Sudah jangan Sok menasehati, dan sok kenal dengan Tegar lagi!" omel ibu Tegar.
Soraya menatap tajam ke arah ibu Tegar yang sombong itu, lalu segera pergi dari tempat itu, dengan membawa semua peralatan nya, dengan wajah sedih dan kesal.
"Orang kaya memang sombong!!" omel Soraya, membuat tegar tak enak hati.
"Brakk!!" tanpa bisa di cegah Soraya terjatuh di lantai.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!