5. Di Tatap Crush

Pagi itu di sekolahnya, Niki terlihat asik dengan ponsel pintarnya sedang bertukar pesan dengan seorang pria. Pria yang tak lain adalah teman sekelas Rara yang menyukainya. Kelas yang sedang tidak ada guru itu membuat Niki leluasa berkutat dengan ponselnya sembari mendengar musik dengan headset.

"Niki, jam istirahat nanti makan bareng ke kantin yuk," ajak pria bernama Riki itu.

"Kamu traktir?"

Jika menonton konser Niki rela menghabiskan tabungannya hingga ratusan ribu, namun untuk makan, dia rela membawa bekal agar uangnya bisa selalu di simpan. Tujuannya untuk apa lagi selain menabung agar bisa membeli tiket konser jika suatu saat ada konser dadakan.

"Tenang saja."

"Ajak Rara juga ya?" balas Niki. Dia sengaja mengajak Rara karena tidak ingin terlihat berdua saja dengan Riki dan membuat sebagian orang mengira jika mereka sedang melakukan pendekatan.

"Iya, kamu saja yang ngajaknya ya. Nanti dia ge-er kalau aku yang ngajaknya."

Niki memutar bola matanya malas melihat isi pesan dari Riki.

"Sok ganteng banget sih," gumamnya pelan.

"Oke. Ada guru, nanti langsung ke kelasku saja."

Setelah mengirim pesan terakhir kepada Riki, Niki segera menyimpan ponselnya ke dalam tas dan mulai fokus pada pelajaran yang akan segera di mulai. Meski tidak sepintar Rara, tapi Niki berusaha untuk mengikuti semua pelajaran di sekolah, meski sebenarnya rasanya malas sekali.

*

Saat bel berbunyi yang menandakan jam istirahat telah tiba, Niki keluar dari kelas dan menunggu kedatangan Rara yang sudah dipastikan akan menghampirinya ke kelas. Dan benar saja, tidak sampai satu menit Rara sudah terlibat berjalan ke arahnya dengan ponsel ditangannya.

"Ayo ke kantin, laper banget. Kamu bawa bekal apa?" tanya Rara setiba di hadapannya.

"Tunggu di sini sebentar."

"Ngapain?"

"Tunggu Riki dulu, katanya dia mau traktir kita di kantin," ucap Niki yang berhasil membuat Rara mengernyitkan keningnya, namun kemudian dia tersenyum girang. Tidak perlu ditanya kenapa Riki ingin mentraktir mereka karena Rara sudah tahu dan terbiasa dengan hal ini.

Tidak sedikit anak-anak di sekolah ini mentraktir Niki makan di kantin karena ingin mendekatinya. Namun sialnya mereka, ternyata Niki tidak pernah merespon kode dari semua pria itu dan hanya menjadikan mereka sebagai warung berjalannya saja. Dan dia sebagai teman baik Niki, tentunya akan selalu ikut andil dalam ajang perbaikan gizi tersebut.

"Makan gratis? Yes, akhirnya duitku aman hari ini," ucap Rara penuh semangat. "Mana Rikinya?"

"Kenapa nanya sama aku? Dia 'kan teman satu kelas kamu," ucap Niki.

"Oh iya ya." Rara tertawa kecil. Dia hendak kembali ke kelasnya untuk memanggil Riki, namun segera diurungkan karena saat itu Riki sudah terlihat berjalan ke arah mereka.

"Lama banget sih, Ki. Kita sudah laper nih," ucap Rara yang mengomel tidak jelas begitu Riki tiba di hadapan mereka.

Riki mengernyitkan keningnya mendengar ucapan Rara tersebut dan hal itu berhasil membuat Niki menahan tawanya.

"Nggak usah berantem. Ayo ke kantin," ucap Niki sembari menarik tangan Rara.

Rara mengikuti langkah kaki Niki yang berjalan menuju kantin, begitupun dengan Riki yang mengikuti mereka dari belakang. Setiba di kantin mereka segera mendudukkan tubuhnya di bangku kosong yang berada di tengah. Hanya ada bangku itu yang kosong selain bangku paling sudut dekat gudang sekolah dan mereka tidak mau duduk menyudut seolah terasingkan.

"Kalian mau pesan apa, nanti aku yang pesan ke sana?" tanya Riki.

"Terserah kamu sajalah, Ki," ucap Niki.

"Seriusan? Nanti kalian nggak suka sama pesanan aku."

"Aku bakso double ya, Ki," ucap Rara saat itu dan segera diinjak kakinya oleh Niki. "Apaan sih, Nik."

"Nggak usah milih, untung-untung dibeliin," ucap Niki kepada Rara dengan suara pelan.

"Terserah kamu saja, Ki. Kita suka semua makanan yang ada di sini kok," ucapnya kemudian kepada Riki yang masih menunggu keputusan mereka.

"Yasudah, aku pesan dulu ya."

Niki mengangguk mengiyakan dan Riki segera berlalu dari sana untuk memesan makanan untuk mereka bertiga.

"Ki, aku es jeruk ya minumnya," teriak Rara dengan tiba-tiba saat Riki baru beberapa langkah berjalan.

"Iya," sahut Riki, kemudian dia melanjutkan kembali langkahnya.

Rara tersenyum dan saat tatapannya bertemu dengan Niki, dia langsung menyengir kuda.

"Eh, ada Dimas tuh."

Rara merubah raut wajahnya yang tadinya terlihat girang karena makanan menjadi salting karena cowo populer di sekolah mereka datang ke kantin. Niki pun memalingkan wajahnya untuk melihat siapa yang Rara maksud.

Di setiap sekolah pasti ada saja pria tampan yang menjadi kiblat para hawa. Entah hanya satu atau dua, pasti akan selalu ada dan di sini Dimas-lah yang menjadi contoh nyatanya. Pria berwajah layaknya artis korea campuran belanda itu selalu saja menarik perhatian anak-anak di sana. Meski sudah memiliki pacar, namun tak sedikit yang masih mengagumi sosok pria tampan itu karena pacar Dimas juga tidak pernah memprotes akan rasa kagum mereka.

"Ya ampun dia ganteng banget sih, Nik," ucap Rara pelan sambil mengguncang pelan lengan Niki.

"Ganteng juga nggak ada gunanya kalau dia nggak suka sama kita, Ra," sahut Niki yang masih menatap ke arah Dimas.

"Iya juga sih. Hem, aku heran deh. Di sekolah 'kan kamu banyak yang deketin tuh, tapi kenapa Dimas nggak mau deketin kamu ya?" ucap Rara dengan sedikit bingung namun fokusnya saat itu masih terarah kepada Dimas.

Memang meski Niki tidak populer seperti Dimas dan pacarnya, tapi Niki juga banyak yang menyukaknya di sekolah. Dan yang membuat Rara heran adalah, kenapa salah satu di antara pria yang menyukai temannya itu bukan Dimas? Jika begitu 'kan dia pasti bisa dekat dengan pria tampan itu meski tidak memiliki status hubungan yang spesial.

Niki pun menyayangkan hal itu. Wanita mana yang tidak tertarik dengan pria tampan dan pintar seperti Dimas? Dia juga menyukai pria itu meski tidak seperti Rara dan teman-temannya yang lain yang menonjolkan rasa sukanya. Menurutnya ini bukanlah cerita romantis yang di mana dia yang menjadi pemeran utama dan akan mendapatkan pria sempurna seperti Dimas. Di sini dia cukup tahu diri untuk menghalu dan berharap lebih. Kembali pada kenyataan saja, toh banyak pria yang menyukainya meski tak sesempurna Dimas penampilan dan otaknya.

Niki yang saat itu masih menatap ke arah Dimas, tiba-tiba saja ditatap balik oleh pria itu. Meski tidak berlangsung lama, tapi Niki merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya. Rasanya begitu senang sampai membuatnya hampir saja melebarkan senyumnya.

"Astaga Niki, mimpi apa kamu sampai ditatap oleh Dimas," gumam Niki dalam hati. Dia menelan salivanya dan langsung membuang mukanya ke sembarang, kemudia dia menghela nafasnya dengan pelan untuk menetralkan perasaannya tanpa harus membuat Rara menyadari akan hal itu.

Terpopuler

Comments

Siti Yantok

Siti Yantok

lanjuut

2023-03-05

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!