4. Menginap

Dering ponsel yang begitu kencang membuat dua remaja akhir semester yang tengah terlelap menjadi terbangun. Siapa lagi jika bukan Niki dan Rara. Suara yang ternyata berasal dari ponsel Niki membuat kedua wanita itu mengumpat tak jelas.

"Siapa sih, Nik? Angkat dulu sana, ganggu banget," ucap Rara dengan suara khas bangun tidurnya.

Dengan mata terpejam dan kesadaran yang minim, Niki meraba ponselnya yang ada di atas nakas dan menjawabnya tanpa melihat siapa yang meneleponnya.

"Eem." Niki bergumam tak jelas menyapa entah siapa di seberang sana.

"Niki, kamu belum bangun?"

Mendengar suara berat tersebut, Niki langsung nengernyitkan keningnya. Suara yang tak asing di telinganya membuat Niki terpaksa memaksakan matanya untuk terbuka dan setelah membuka sedikit matanya dia langsung menghela nafasnya. Ternyata yang meneleponnya sepagi ini adalah ayahnya.

"Ayah, kenapa menelepon Niki sepagi ini, Yah?" tanya Niki sedikit tidak jelas.

"Pagi? Ini sudah siang, Niki. Astaga, kamu pasti nggak sholat subuh ya?" omel ayah Niki di seberang sana.

Niki kembali membuka matanya yang sempat dia pejamkan, dia melihat jam di ponselnya yang ternyata sudah menunjukkan pukul 06.20 pagi. Pantas saja ayahnya menelepon dan mengomelinya, pikirnya.

Setiap Niki menginap di rumah Rara, ayahnya pasti akan selalu meneleponnya di jam 6 ke atas. Beliau bermaksud memantau anak gadisnya dan ingin memastikan apakah Niki bisa memegang omongannya yang akan menunaikan ibadanya tanpa diingatkan. Sudah belasan kali hal seperti ini terjadi namun Niki tak juga bisa memegang janjinya kepada sang ayah. Entah kenapa wanita itu malas sekali meluangkan sepuluh menit waktunya hanya untuk beribadah saja, padahal saat berusia empat tahun dulu dia paling semangat mengikuti ayahnya ke masjid setiap maghrib danj juga kadang subuh jika terbangun.

"Em, Niki sudah sholat tadi. Habis sholat tidur lagi, Yah," ucap Niki berbohong. Sepertinya wanita itu benar-benar tidak berniat untuk menjalankan ibadah wajibnya sebagai seorang muslim dan rela berbohong kepada ayahnya demi menuntaskan rasa kantuk yang tak tertahankan.

"Kamu nggak bohong sama ayah 'kan, Nik?" tanya ayah Niki curiga.

"Iya. Sudah dulu ya, Yah, Niki mau lanjut tidur. Nanti Niki pulang sebelum jam dua belas."

Niki segera menutup panggilannya tanpa berminat menunggu sahutan sang ayah. Dia menyetel mode silent pada ponselnya terlebih dahulu sebelum kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur agar tidak ada lagi yang menganggu zona nyamannya.

*

Pukul sembilan Niki dan Rara mengerjapkan matanya dengan sendiri begitu hidung mereka mencium aroma harum makanan yang sangat lezat.

"Eem, enak banget," gumam Niki dengan suara tak jelas.

Rara membuka lebih dulu matanya, dia melihat nampan berisi makanan sudah tersedia di atas meja belajarnya. Rara menghela nafasnya melihat itu. Mamanya memang tidak pernah membawakan makanan apapun ke dalam kamarnya selama ini jika tidak ada Niki yang datang berkunjung. Rasanya dia begitu cemburu dengan sosok Niki yang berhasil membuat mamanya yang cuek menjadi sedikit perhatian seperti itu.

"Bangun Nik, ada sarapan tuh dari mama angkatmu," ucap Rara sambil melempar selimut yang dikenakannya ke kepala Niki dan dia beranjak menuju kamar mandi untuk membasuh muka.

Niki yang baru saja membuka mata, menyingkirkan selimut di wajahnya dan mengernyitkan keningnya sembari menatap nampan berisi makanan yang sudah tersedia di atas meja belajar. Dia menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal dan setelah meregangkan tubuhnya lebih dulu Niki beranjak menusul Rara ke kamar mandi.

Setelah cukup fresh karena sudah membasuh muka, Niki dan Rara menyantap sarapan yang telah disediakan di dalam kamar. Mereka makan tanpa adanya komunikasi karena pandangan mereka sedang fokus dengan ponselnya di tangan kiri, sementara tangan kanannya fokus memasukkan makanan ke dalam mulut.

"Eh Nik."

Niki seketika mengalihkan pandangannya kepada Rara begitu wanita itu memanggilnya dengan tiba-tiba.

"Apa?"

"Cowo semalam gimana? Dia ada chat kamu nggak?" tanya Rara.

"Nggak ada. Kenapa memangnya?"

"Duh, gimana ya. Aku takut banget kalau tuh cowo beneran pakai nomor kamu buat pinjol," ucap Rara dengan kecemasan yang tidak jelas.

"Bisa nggak sih kamu tuh nggak usah berburuk sangka sama orang lain? Aku tuh capek denger kamu ngomong begitu terus," ucap Niki dengan kesal. "Dia tuh minta nomor aku cuma karena untuk kepentingan semalam saja. Nggak lebih."

"Apa iya?"

"Mending kamu habisin sarapan kamu tuh. Masih pagi juga sudah ngefitnah orang. Dosa loh," ucap Niki sambil melanjutkan kembali makannya yang sempat tertunda karena meladeni Rara yang tidak jelas.

Rara memanyunkan bibirnya mendengar ucapan Niki. Bukan maksud ingin memfitnah, tapi entahlah, mungkin dia cemburu dengan Niki yang selalu didekati banyak lelaki. Bahkan mamanya saja terlihat lebih menyukai Niki darinya. Sebenarnya apa yang kurang dari dirinya sehingga membuat orang hanya melirik Niki saja? Pertanyaan seperti itu yang sering Rara tanyakan pada dirinya sendiri sampai saat ini.

Setelah menghabiskan makanannya, Niki pamit pulang kepada Rara karena ayahnya sudah mengiriminya pesan untuk segera pulang. Saat di ruang tamu, Niki bertemu mama Rara yang sedang duduk di atas sofa kecilnya sambil berkutat dengan ponsel pintarnya.

"Tante, Niki pulang ya. Maaf sudah merepotkan," ucap Niki sambil mendekati mama Rara.

"Cepat banget sih pulangnya, Nik. Kenapa nggak sore saja pulangnya?"

"Sudah disuruh ayah pulang, Tan. Nanti kapan-kapan deh Niki nginap di sini lagi," ucap Niki sambil terkekeh kecil.

"Yasudah, hati-hati pulangnya ya, Sayang. Salam buat ayah dan ibu kamu," ucap mama Rara sambil berjalan mengantar Niki keluar.

"Iya, Tan, nanti Niki sampein kalo nggak lupa ya," ucap Niki.

"Pulang naik apa?" tanya mama Rara kemudian.

"Ada teman yang jemput, Tan. Kebetulan rumahnya nggak jauh dari sini dan dia juga mau ke pasar katanya, jadi sekalian saja."

Mama Rara mengangguk mengiyakan. Dia bersama Rara menemani Niki yang sedang menunggu jemputan. Tak lama menunggu, seorang wanita berhijab dengan motor maticnya berhenti di depan rumah Rara. Dia menyapa mereka semua dan segera berpamitan pergi dari sana.

Setelah kepergian Niki, mama Rara langsung masuk ke dalam rumah sambil kembali berkutat dengan ponsel pintarnya. Rara yang melihat itu hanya bisa mehela nafasnya saja.

Rara ikut masuk ke dalam rumah dan hendak kembali ke kamarnya, namun saat melewati mamanya yang ada di sofa, dia menghentikan langkahnya begitu mendengar suara wanita yang telah melahirkannya itu.

"Ra, kamu jangan kemana-mana ya hari ini. Sebentar lagi Mama mau keluar sama om Bayu, mungkin pulangnya agak malam."

"iya, Ma," ucap Rara dengan tak minat. Kemudian dia segera berjalan menuju kamarnya tanpa berminat bertanya lebih jauh kepada mamanya itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!