Cinta Dalam Diam
Seorang wanita cantik kelas tiga SMA yang bernama Niki Aliyah saat itu sedang duduk di kursinya dengan sebuah buku pelajaran di kedua tangannya. Posisi kursi yang ada di paling sudut belakang membuat orang-orang di depan sana mengira jika dia sedang membaca buku tersebut, namun pada kenyataannya di balik buku itu terdapat sebuah ponsel yang menjadi objek utama dari pandangan Niki. Saat itu Niki memang sedang menonton tayangan live konser dari musisi international melalui youtube.
Niki adalah wanita penggila konser. Semua jadwal konser yang ada di kotanya pasti selalu diketahui olehnya. Entah melalui internet, selebaran pinggir jalan, atau dari teman-temannya, dia pasti mengetahui itu. Tidak ada satupun konser yang terlewatkan olehnya untuk didatangi selama itu masih di dalam kota.
"Niki!" teriak seorang wanita bernama Rara dari pintu masuk membuat Niki mengalihkan pandangannya kepada wanita itu.
Rara adalah teman dekat Niki di sekolah. Meski mereka beda kelas tapi kedekatan dua orang itu tidak perlu diragukan lagi, apalagi Rara juga pecinta konser meski tak segila Niki. Dari Rara jugalah Niki sering mendapatkan info konser dan mereka sering datang berdua untuk bersenang-senang. Hanya saja jika sedang ada ujian, Niki sering pergi sendirian atau mengajak temannya yang lain karena Rara si kutu buku itu akan lebih memilih belajar dari pada menghabiskan waktunya di keramaian yang berisik.
"Kenapa sih, Ra, ganggu banget," ucap Niki sembari melanjutkan tontonannya dan tak memedulikan Rara yang sudah duduk di sampingnya.
"Ada konser gratis lusa malam."
Mendengar info dari Rara, saat itu juga Niki meninggalkan ponsel serta bukunya dan menatap kepada Rara dengan excited.
"Konser? Di mana, Ra?" tanya Niki heboh.
Rara menyebutkan lokasi konser yang akan di selenggarakan lusa malam dengan musisi terkenal tanah air sebagai penampil di sana. Lokasi tersebut berada di sebuah lapangan yang biasa dijadikan tempat bersantai di sore hari, tepatnya di pusat kota dan setiap acara yang diadakan di sana selalu gratis.
Niki tampak bersemangat mendengar apa yang Rara katakan. Setelah hampir dua minggu tidak menonton konser secara langsung, akhirnya lusa dia bisa kembali mendatangi tempat favoritenya itu. Dia sudah tidak sabar untuk bernyanyi ditengah keramaian yang di mana tidak akan ada orang yang akan fokus pada suaranya semata. Di situlah salah satu momen asik Niki, dia bebas bernyanyi sekencang mungkin dengan suara pas-pasannya dan di sana tidak akan ada yang mengejek suaranya itu.
"Wah asik tuh. Berarti duit tabungan aku kali ini nggak keluar nih. Jam berapa mulainya?" tanya Niki.
"Kayak biasa sih, sekitar jam delapan."
"Berarti aku nginap di rumah kamu saja ya malamnya. Ayah ibuku pasti ngomel kalau aku pulang larut lagi."
"Tenang saja. Rumahku selalu sedia kos-kosan buat seorang Niki."
Niki hanya tersenyum mendengar ucapan Rara. Memang begitulah mereka, rumah Rara selalu menjadi tempat menginap Niki jika jam 10 malam dia masih di luar. Dia tidak berani pulang di atas jam 10 karena selain orang tuanya yang akan mengomelinya, dia juga tidak tega jika harus membuat ibunya terganggu tidurnya. Orang tuanya biasa tidur jam 9 malam dan jika terbangun karena kepulangannya biasanya mereka susah untuk tidur kembali. Alhasil mereka akan tidur larut malam dan kesiangan bangunnya.
*
Sore itu Niki sedang pusing memilih outfit yang akan dipakai untuk pergi menonton konser nanti malam. Sebenarnya Niki bukan tipe orang yang begitu ribet dengan penampilannya, namun entah kenapa malam ini dia terlihat bingung hanya untuk memilih pakaian saja. Mungkin karena semua pakaian yang dia punya sudah pernah dipakainya untuk pergi sehingga membuatnya bingung harus memakai apa lagi.
"Gini nih resiko punya pakaian seadanya, mau pergi 'kan susah jadinya. Mau minta beliin ibu baju tapi lebaran masih lama," gumam Niki dengan sedikit kesal.
Dia menghela nafasnya dan membaringkan tubuhnya ke atas kasur. Pandangannya menatap lurus kepasa langit-langit kamar sembari memikirkan outfit apa saja yang akan dia kenakan untuk menonton konser nanti malam. Semua pakaian sudah ada di kepalanya dan dia hanya diam membayangkan dirinya memakai pakaian itu satu persatu. Begitu aneh memang, namun itulah Niki si wanita absurd.
Begitu merasa sudah cukup membayangkan pakaian apa yang akan dipakainya, Niki langsung bangkit dari rebahannya dan mengambil set baju sesuai khayalannya tadi.
"Oke, yang ini saja," ucapnya di depan cermin sembari meletakkan sebuah t-shirt dan jens selutut di depan tubuhnya.
Saat itu suara ketukan pintu dari luar membuat Niki mengalihkan pandangannya. Pintu yang sedikit terbuka membuatnya langsung bisa melihat sang ibu yang sedang melihat ke arahnya.
"Masuk, Bu."
Niki meletakkan pakaian yang dia pegang ke atas kasur dan meraih beberapa pakaian yang sebelumnya dia keluarkan untuk kembali dimasukkan ke dalam lemari.
"Mau ke mana, Nik?" tanya ibu Niki yang bernama Novi.
"Em, Bu, nanti malam Niki tidur di rumah Rara ya. Besok 'kan libur sekolah," ucap Niki yang berpamitan tanpa menjawab pertanyaan ibunya itu.
"Kamu mau nonton konser ya malam ini?" tebak Novi kemudian.
Niki yang sedang berada di depan lemari hanya menyengir kuda. Dia membalikkan tubuhnya menatap sang ibu dan mendudukkan tubuhnya di samping wanita tercintanya itu.
"Boleh ya, Bu," ucap Niki sambil memeluk Novi dari samping. "Janji deh nggak balik malem-malem banget."
"Jam berapa mulai konsernya?" tanya Novi.
"Jam delapan."
"Mulainya saja jam delapan. Masih harus nunggu artisnya tampil juga, nggak malem apanya itu?" ucap Novi yang mulai mengomel.
"Kenapa sih Nik kamu tuh hobi banget nonton konser malem-malem gini. Nggak bisa apa nonton konsernya pagi saja?"
Niki mengernyitkan keningnya mendengar ucapan sang ibu.
"Ibu apaan sih. Mana ada konser pagi, yang ada pengajian tuh pagi-pagi."
"Yaudah nonton pengajian saja."
Niki melepas pelukannya dari sang ibu sambil memasang muka cemberut.
"Ibu nggak asik banget sih. Orang mau nonton konser kok malah di suruh nonton pengajian."
"Pokoknya Niki malam ini nonton konser harus diizinin ya. Ya, Bu, ya?" ucapnya kemudian sambil mengayunkan tangan sang ibu.
"Iya iya, terserah kamu saja mau ngapain. Tapi ingat, awas saja sampai melakukan hal yang membuat malu keluarga. Kamu itu wanita, anak Ibu satu-satunya, keluarga kita juga bukan orang kaya, sebisa mungkin kamu harus menjauhi segala macam masalah di luar sana. Ibu nggak mau nanti tiba-tiba ada–"
"Ussshh, Ibu." Niki menyela ibunya yang sedang menceramahinya. Dia tahu betul apa yang akan dikatakan sang ibu dan dia tidak mau jika sampai perkataannya yang aneh akan menjadi kenyataan. Bagaimanapun juga, sebaik ataupun sejeleknya perkataan bisa saja menjadi doa. Apalagi yang berkata adalah seorang ibu.
"Ibu jangan ngomong yang aneh-aneh ya. Cukup izinin Niki keluar, beri doa agar baik-baik saja di luar sana dan yang penting, harus percaya kalau Niki bisa menjaga nama baik keluarga kita oke," ucap Niki dengan diakhiri oleh sebuah senyuman yang sangat lebar agar sang ibu mengerti maksudnya.
"Yaudah terserah kamu sajalah. Awas saja sampai nggak bisa menjaga omongan sendiri."
Novi beranjak dari duduknya dan memilih keluar dari sana. Dia bahkan sampai lupa akan tujuannya mengunjungi kamar putrinya karena kesal dengan sang putri yang sibuk dengan hobi tidak pentingnya yaitu, menonton konser.
"Pusing-pusing, punya anak gadis kok hobinya cuma bisa menghamburkan duit buat nonton konser doang."
Niki memanyunkan bibirnya mendengar omelan ibunya yang ternyata masih berlanjut ketika sedang berjalan keluar dari kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments