Sebulan telah berlalu. Indah kini lebih rileks menjalani kehidupannya meskipun hampa dan terasa monoton tanpa adanya lelaki pengisi hati. Sepertinya ia mantap untuk tak akan menikah selama hidupnya.
Getaran Ponsel mengalihkan pandangan Indah. Tertera nomor yang tak bernama dilayar, Mengirim pesan singkat yang membuat Indah mengernyit heran. Siapa ?
[ Bisa bertemu. Restoran xxx. Besok jam pulang kantor.]
[ini siapa ? ]
Entah kenapa Indah malah meladeni . Biasanya dia akan cuek dengan pesan yang menurutnya tak penting.
[Devano. Teman Darel.]
Singkat tapi menjelaskan. Indah tersenyum heran. Dan dengan cepat mengirim persetujuan melalui pesan.
***
Indah memakai dress press body. dan Dia memutuskan hanya memakai flat shoes pada kaki jenjangnya, Tas mungil tersampir di bahunya. Mata gadis itu nampak menatap ke segala penjuru restoran.
Dan hanya menemukan satu sosok lelaki yang memiliki ciri seperti yang dijelaskan oleh sang pembuat janji.
" Sore . Dengan Devano " Indah menatap sosok itu meminta kepastian. Agak canggung memang . Seharusnya dialah yang disapa terlebih dahulu.
" Ya . Silahkan duduk Nona."
Tidak. pria itu tak memperlakukan Indah seperti perlakuan lelaki pada perempuan pada umumnya. Ucapannya memang manis, tapi nyatanya hanya lisan saja. sedangkan raga pria itu tampak santai dan menatap lekat pada sosok Indah. Bergeming.
Indah menarik kursi. Berusaha membuat dirinya merasa senyaman mungkin .
Kesan pertama saat melihat pria ini adalah Dingin dan tampan. Kulit kecoklatan Pria itu membuatnya semakin tampak seksi Dimata Indah.
Memikirkan itu Indah menggeleng pelan. Bagaimana mungkin kini dia malah berpikir seperti perempuan yang tengah menjalani kencan buta. Padahal dia sendiri belum tahu pasti alasan dibalik pertemuan ini.
" Mari kita menikah!"
Hampir saja Indah menjatuhkan ponsel yang ada ditangannya. Apa ia tak salah dengar. secara tiba-tiba kenapa malah ajakan itu yang didengarnya. Indah pikir diamnya sosok pria didepannya karena canggung atau malah terpesona padanya. sesuatu yang selalu dia dapatkan jika ada pria yang bertemu dengan sosoknya.
" Bukankah menikah adalah impian terbesar mu ? " Lagi, Lelaki itu membuka mulutnya. Mata itu serasa menusuk ke jantung Indah. Diiringi dengan suara maskulin yang penuh kharisma . Bagaimana bisa ada sosok yang bisa membuatnya terbius seperti ini ? Apakah ia sedang jatuh cinta.
" Aku sudah mencari hal lain yang mungkin bisa menarik minatmu. Tapi nyatanya hidupmu terlalu sempurna kecuali tentang pernikahan"
kalimat terakhir yang didengarnya dari bibir Devan membuat Indah mengerjapkan matanya berkali-kali. Ini Bukanlah ajakan Menikah yang Romantis.
" Maksud anda apa ya ? Kita bahkan baru bertemu. Jangan coba melecehkan harga diriku hanya karena aku kurang beruntung dalam hal itu "
Mata pria itu menatap Indah lagi. Jika tadi Indah terpesona, maka tidak untuk kali ini.
"Aku bukan wanita ****** yang butuh belaian dengan mengatas namakan pernikahan.."
" Maaf jika pernyataan ku melukai harga dirimu Nona. Aku hanya menawarkan sesuatu yang mungkin bisa kau pikirkan. Takdir seolah telah mempermainkan kita. Jadi, aku disini memintamu sebagai partner untuk mematahkan semua itu. kamu bisa membuktikan jika kamu bukanlah perempuan bahu lawean seperti yang telah tersemat. Jikapun nantinya aku meninggal sebelum hari pernikahan . Bukankah kamu tak akan terlalu sedih , karena hubungan kita tak didasari dengan cinta.."
Indah terpana, Pria ini mengetahui banyak hal tentang dirinya. Tapi semua ini masih sulit untuk dicernanya. Apa maksudnya dengan mematahkan takdir ?
" Takdir apa ? dan kenapa harus dengan pernikahan ! "
" Kita memiliki takdir yang buruk dalam hal pasangan . Jadi kita mungkin akan cocok sebagai partner.."
" Jika aku menerima tawaran ini. Apakah kamu bisa menjelaskan kenapa pilihan kamu jatuhkan pada sosok wanita sepertiku. Menilik dari penampilan anda. Kurasa akan sangat mudah jika anda menginginkan gadis manapun.. Dan Apa hubungan anda dengan Darel ?juga pertemanan seperti apa yang terjadi antara anda dengan Darel..?"
Kehadiran pelayan menginterupsi pembicaraan keduanya. Devan mengangguk sopan ketika pelayan itu mempersilahkan untuk menikmati pesanannya.
" Silahkan minum dulu nona." Devan mempersilahkan , Setelahnya diapun menyeruput jus jeruk yang telah dipesannya.
' Bahkan dia tahu minuman kesukaanku ' Indah menatap keheranan pada segelas teh manis hangat dengan daun mint sebagai hiasannya.
" Aku dan Darel bisa dibilang Sangat dekat. Hingga semua tentang kamu . Bisa aku hapal diluar kepala.."
Indah terdiam. Apakah mungkin sosok Darel yang dingin dan pendiam. Malah bersikap seperti cewek penggosip didepan pria ini. " Jadi. Apakah sekarang Anda tengah menjalankan semacam amanat dari Darel ? Karena yang kudengar Darel sempat sadar sesaat sebelum ia meninggal..!!"
Indah mengutarakan apa yang kini ada di kepalanya. Mengingat Darel rasa sedihnya kembali datang.
Tapi pria didepannya ini malah menggeleng. Membuat kening gadis itu berlipat karena kebingungan. Tawa heran kini dia tujukan pada lawan bicaranya. " Aku tadinya berpikir jika itu adalah alasan yang paling logis yang bisa anda gunakan sebagai alasan ajakan konyol anda barusan."
Devano memandang Indah dengan lekat. "Sayangnya saya tak seberuntung itu Nona. Ada sesuatu tentang masa lalu, yang membuat saya memilih anda. ."
" Apa ?"
" Tanda tangani ini !" Devan menyodorkan map merah dan sebuah pulpen kepada Indah.
" jika tanda tangan sudah Nona bubuhkan maka pernikahan kita akan terjadi dua minggu lagi.."
Mata Indah membola. Bagaimana mungkin pria ini dengan percaya diri langsung memintanya menanda tangani entah berkas tentang apa itu.
" Aku bisa memberikanmu apapun yang kamu inginkan. Jadi pikirkanlah dengan baik. Kau cukup jadi partnerku..."
Indah membuka map itu dan menemukan sederet kalimat sebagai perjanjian. Ada beberapa poin dan juga aturan ditulis diberkas itu, semuanya nampak jelas . Namun satu hal yang menarik perhatiannya poin terakhir yang ditulis dengan huruf kapital.
JIKA MANA PIHAK PERTAMA MENINGGAL SEBELUM PERNIKAHAN MAKA HARTA YANG BERSANGKUTAN (PIHAK PERTAMA) AKAN JATUH PADA PIHAK KEDUA
" Serius ?" Indah menyodorkan lembar perjanjian itu didepan Devan.
" Apa ini tidak berlebihan. Maksudku kenapa kau seolah yakin jika kau akan selamat dari pernikahan yang dikutuk ini! dan harta ini apa maksudnya ? kau bujangan ? Maksudku apa tidak ada yang akan protes ketika hartamu jatuh ke orang asing sepertiku ?"
Meski perjanjian itu mengiurkan. Tetap saja, Indah merasa jika ini sebuah ejekan untuknya ! Atau apakah pria didepannya ini jenis langka dan tak takut akan kematian ? atau justru pria ini sedang putus asa dan ingin segera menemui ajalnya . Indah menggeleng akan kalimat terakhir yang melintas dipikirannya.
" Aku akan melibatkan pengacaraku di perjanjian ini . Dan soal statusku. Aku Duda tanpa anak.."
Devan terlihat mengarahkan badannya kesamping, seperti hendak mengambil sesuatu pada tas kerja yang sedari tadi tergeletak di kursi sampingnya.
" Ini rincian harta dan total keseluruhan jumlahnya. Aku harap kamu tak menolak ku . Karena aku berharap banyak padamu Nona. ."
Indah meneliti setiap lembaran sertifikat, STHM, serta berbagai jenis Saham yang dimiliki pria didepannya. Gila, Jika harta ini jatuh ke tangannya maka dia tak perlu lagi kerja dan memeras otaknya untuk melanjutkan hidup. Ini harta Karun namanya .Pikir Indah mendadak tergiur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments