Seminggu berlalu, tak ada pembicaraan apapun di antara Indah dan Devan.
Jika biasanya calon mempelai disibukkan dengan segala urusan persiapan pernikahan tapi Indah malah santai saja, bahkan gadis itu masih aktif bekerja.
Karena selain Astrid tak ada yang tahu jika Indah akan melangsungkan pernikahannya seminggu lagi..
" Pak Bagus sudah tahu, rencana pernikahan kamu Ndah ?"
Indah menggeleng, Dia menyeruput teh hangat didepannya. Seperti biasa waktu istirahat mereka manfaatkan untuk ke kantin.
" Loh ? waktunya mepet kan ini !!
Kok kamu santai, meskipun ini pernikahan kontrak tapi ini pernikahan pertamamu , siapa tahu malah seiring waktu kalian bisa saling mencintai.."
" Entahlah Trid, aku sudah melewati hal ini berkali-kali. Aku masih takut, Jika aku malah dapat kabar buruk lagi. ."
Astrid sendiri tahu jika belakangan ini Indah memang sering melamun. Rupanya hal tentang itu yang jadi pikiran sahabatnya.
"Mudah-mudahan semuanya lancar ya , Dan semua pikiran burukmu tak akan terbukti ."
" hmmm.. Aku sangat berharap soal itu.."
***
Ini adalah H-3 pernikahan antara Indah dan Devan. Indah sendiri telah mengajukan cuti ?Meski awalnya tak disetujui oleh bagus , namun indah tetap kekeh dan terpaksa mengatakan jika dia akan menikah dengan Devan. Cuti yang Indah ambil bukan untuk mempersiapkan segala sesuatu tentang pernikahannya, tapi lebih ke menenangkan diri, kalau-kalau kabar buruk datang lagi.
Bukan karena Indah berharap, tapi masa lalu mengajarkan Indah semua hal tentang kemungkinan buruk yang bisa datang.
Bagus sendiri memberi cuti karena tahu jika calon Indah adalah Pria yang baru-baru ini menanam saham di perusahaan yang cukup bonafit milik keluarganya.
[kamu dimana?Aku didepan apartemen mu sekarang..]
Pesan dari nomer Devan, sang calon Suami. Membuat Indah beranjak dari kegiatannya yang sedari tadi asyik rebahan,
Ketika pintu dibuka, dia menemukan Devan yang nampak pucat.
Tiba-tiba kekhawatiran menghampiri Pikiran Indah. Ia takut jika Devan akan bernasib sama dengan para mantan pengantin nya yang terdahulu..
Dan tiba-tiba Devan kini tak sadarkan diri, membuat Indah semakin dilanda kecemasan.
Dengan susah payah indah mencoba menarik tubuh Devan masuk lebih dalam, Setelah meletakkan tubuh itu dikarpet yang telah disediakan. Indah memeriksa seluruh badan pria itu, memeriksa luka seperti apa yang tengah dialami Devan, hingga darah kini nampak mengalir di bajunya yang berwarna merah .
Indah tak punya pilihan lain selain mengunting kaos yang dipakai oleh Devan . kini tubuh polos tanpa baju itu terpampang didepannya, Membuat gadis itu menelan ludah, bukan karena terpana tapi lebih karena rasa kaget karena tubuh Devan dipenuhi luka entah karena apa, yang hampir memenuhi seluruh bagian tubuh atas pria itu ?
Indah mengernyit, Siapa sebenarnya pria yang akan dinikahinya ini ?
Dan darah yang mengalir tadi berasal dari luka tembak yang ada di bahu Devan. Indah tahu karena peluru terlihat jelas dari luka pria itu, meski terlihat tak terlalu dalam, namun untuk mengambilnya Indah tetap tak, berani. Jadilah dia hanya membersihkan area pinggirnya saja.
Untuk melapor polisi diapun bingung, takut jika malah Devan merupakan buronan. Memikirkan itu membuatnya semakin ketakutan.
" Huh, apakah ini akan membatalkan pernikahanku juga.." Indah bergumam terdengar putus asa.
" Kenapa mesti batal?"
Itu suara Devan, Indah menatap kewajah pria didepannya. rupanya Devan sudah sadar.
" Kamu ada sesuatu yang bisa dimakan ? "
Indah memandang takjub ,dan mengamati Devan dengan lekat. Setelah tersadar dia melesat ke arah dapur mengambil nasi dan juga rendang daging yang kebetulan masih ada..
Indah menyodorkan piring itu ke Devan yang kini telah berubah posisi menjadi duduk.
Devan menyambar piring dengan tak sabaran, dan dalam waktu sekejap menghabiskan nasi dan lauk itu tanpa sisa..
" Kamu pingsan karena lapar? Bukan karena lukamu !"
" Menurutmu ?"
Indah terbengong, dilihatnya kini Devan dengan santai menekan luka tembak pada bahunya,
" Kenapa ditekan ?"
Tanya Indah penasaran sekaligus ngeri.
" Mau tahu seberapa dalam, lukanya..! Oh iya boleh pinjam hape kamu ?"
Indah menurut saja, dan langsung menyerahkan benda pipih itu kepada Devan. Terlihat jika Devan tengah menghubungi seseorang, Indah tak terlalu fokus mendengarkan dan malah sibuk memikirkan kemungkinan akan siapa sebenarnya Devan . Calon suaminya ini.
" Ini, tadi ada anak kecil yang mainin senjata bapaknya yang polisi. Nggak sengaja ketembak kearah ku. Jadinya Luka. Kebetulan aku lagi berada dekat dengan Apartemen kamu, aku inisiatif kesini mau numpang makan. Soalnya benar-benar lapar "
Indah hanya memperlihatkan ekspresi datar mendengar penjelasan konyol Devan. Memangnya Pria ini pikir dia anak kecil apa . Hingga pria itu memberikan cerita konyol dan tak masuk akal seperti tadi.
Tak lama Bel berbunyi. Indah memasang wajah takut dan waspada. Sementara Devan terlihat Santai
" Buka pintunya, itu asistenku. Dia mau membantuku membersihkan luka ini !"
Meski sedikit takut indah akhirnya melakukan juga apa yang diminta Devan.
Setelah pintu dibuka, sosok gadis cantik dengan lesung pipi yang semakin membuatnya tampak menarik kini ada dihadapannya.
Indah tak insecure, tapi sedikit aneh saja. Jika ada perempuan secantik ini didekat Devan, kenapa pilihan pria itu malah jatuh kepada dirinya..!!
" Mana Devan ?"
Perempuan itu dengan tak sopan mendorong indah dan tanpa permisi langsung masuk menuju ketempat Devan berada.
" Mana lukamu ? Kan sudah dibilang jika pengantin itu bau bunga. Jadi jangan berkeliaran nggak jelas.."
Perempuan itu terdengar merepet didepan Devan, sedang pria itu kini terlihat sibuk dengan hape ditangannya.
Indah tak tahu kapan pria itu mendapatkan hapenya kembali. Apakah perempuan ini juga yang membawakannya untuk Devan ?
Seketika kini Indah merasa jika dialah tamu disini. Dan kehadirannya tak diharapkan oleh sang tuan rumah.
Meski mulutnya tak berhenti bicara, tapi tangan perempuan itu tetap bekerja mencongkel peluru di bahu Devan. Tak ada ekspresi kesakitan di wajah calon suaminya, membuat Indah menerka-nerka apa sebenarnya profesi Devan yang sesungguhnya.
"Lukanya nggak dijahit ?"
Indah akhirnya buka suara akan sesuatu yang menurutnya ganjil. Luka itu terlihat menganga, bahkan kini dibiarkan terbuka tanpa diperban.
" Enggak. udah dikasih antibiotik kok." Meski tadi terlihat judes, rupanya perempuan yang terlihat lebih muda dari Indah ini ,bisa juga bersikap sopan dan Manis.
Indah tak menjawab lagi kini matanya malah fokus ke Devan yang tampak cuek. Sembari terus menatap benda pipih ditangannya.
" Bagaimana persiapannya , Ri ? Sudah berapa persen ? jadikan fitting bajunya hari ini ."
Devan memandang kearah gadis itu, sungguh Indah merasa berada ditempat asing sekarang. Kenapa seolah-olah perempuan yang dipanggi 'Ri' oleh Devan ini yang menjadi pengantin wanita, dan bukan lah dirinya..
" Bagaimana mau fitting jika kamu malah dalam keadaan luka kayak gini. Bisa-bisa bajunya malah kotor. Oh iya ,Ndah! Kamu saja yang fitting hari ini biar nanti nggak repot lagi soal baju.."
" Kalian kan satu ukuran jadi Indah nggak usah fitting , kamu aja tuh yang coba.."
Devan membalas ucapan Perempuan asing itu dengan Santai, sementara Indah. Malah terbengong karena ucapan Devan , soal ukuran yang sama. Apa maksudnya coba ?
" aawww...Sakit Ri "
Devan nampak meringis memegangi kepalanya yang dijitak. " Kenapa sih , sukanya main kasar."
Indah yang tadinya Fokus kearah sejoli yang nampak asyik berdua didepannya kini melengos. Tak mau lagi diberi pemandangan yang membuatnya kepanasan.
" Ikut aku nanti ya , Ndah. Nggak usah dianggap serius ucapan Devan, dia mana tahu soal ukuran wanita. Oh iya Aku Riri. Asisten pribadinya Pak Devano Danendra..Salam kenal ya "
Sosok yang mengenalkan diri dengan nama Riri itu membungkuk hormat didepan Indah.
" Yakin cuma Aspri ? Kok manggilnya nggak sopan Sih ?" Indah tak sadar jika nada suaranya terdengar ketus ditelinga Devan dan Riri. Apakah dia cemburu?
Riri tertawa, " Tenang. Aku profesional kok. Meski dengan panggilan yang menurutmu tak sopan. Lagian kalau Devan nya mau sama aku, nggak mungkin kan dia malah milih kamu.."
Indah tersenyum kecut, dengan jawaban telak dari Riri. Belum apa-apa dia sudah dibuat kaku duluan..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments