Pagi yang cerah , mentari tersenyum indah menghangatkan seisi bumi yang telah siap menyambut para makhluk bumi untuk megawali harinya.
Terik hangat Sang surya itu menyelinap masuk dari celah-celah jendela kamar Tuan Muda Rangga, alarm yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya berbunyi membangunkan sang pemilik kamar dari mimpi indahnya.
Rangga mencari-cari sumber bunyi itu dan berusaha mematikannya dengan mata masih terpejam dan posisi tengkurap dengan selimut tebal menutupinya.
Sekejap Ia duduk mengumpulkan nyawanya sambil meregangkan otot-ototnya. Rangga bergegas memasuki kamar mandi , menyambar piyama mandi dan handuk yang tergantung rapi di sisi kamar mandi.
Suasana hati yang cerah membuat Rangga bersamangat menjalani rutinitasnya hari ini, terdengar siulan dan nyanyian dari kamar mandi , hal yang memang sangat jarang ia lakukan , entah kenapa semenjak pertemuan nya dengan Nabila malam itu membuatnya sangat riang bahagia.
Tak berapa lama Rangga keluar dari kamar mandi dengan menggunakan piyama mandi sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk di tangannya.
Rangga berjalan menuju lemari dan memilih outfit untuk Ia kenakan hari ini. Setelah beberapa saat memilih akhirnya Rangga menjatuhkan pilihannya pada kaos polos warna hitam dipadukan dengan jaket levis berwarna abu-abu dan Celana jeans warna hitam membuat penampilannya terlihat sangat keren dan sempurna. Rangga memang sangat apik dalam soal penampilan karena menurutnya penampilan itu sangat penting untuk membuatnya lebih percaya diri.
Rangga menatap cermin yang ada di depan nya sambil merapikan tatanan rambutnya, sesekali tersenyum saat bayangan wajah Nabila terlintas di depannya.
Gadis itu, ahh kenapa gue jadi terbayang-bayang wajahnya terus . mengembangkan senyumnya.
Gue harus ketemu dia sekarang, gue antar dia kesekolahnya aja kali ya. pikirnya.
Rangga menyambar tas yang Ia letakkan di atas meja belajarnya, dan segera berjalan keluar dari kamarnya. Sepanjang menuruni anak tangga wajahnya terus mengembangkan semyum manisnya. Berjalan menuju meja makan menyusul Tuan besar Angga dan Nyonya Rani yang sudah berada di meja makan.
Tuan Angga dan Nyonya Rani mengernyitkan dahinya melihat anak sulungnya itu bertingkah aneh dan terlihat sangat ceria.
"Pagi ma.. pa..". Rangga mencium pipi kanan mamanya.
"Pagii sayang..., Tumben anak mama cium mama begini, kamu pasti lagi bahagia ya?. Nyonya Rani menarik kursi yang ada di sampingnya dan menepuknya.
Rangga tak menjawab pertanyaan mamanya itu hanya mengulum senyumnya.
Rangga duduk di samping mamanya dan mulai menyantap sarapan yang telah dihidangkan Bi Minah di meja makan.
"Ngga Gimana laporan dengan beberapa restoran yang papa suruh kamu urus?".
Tanya tuan Angga sambil memasukkan suapan ke dalam mulutnya.
"Semua lancar pa, papa tenang aja Rangga bisa mengurusnya dengan baik". Jawab Rangga.
"Syukurlah, kalo kamu butuh bantuan kamu hubungi saja Dion ". Dion adalah tangan kanan sekaligus asisten pribadi tuan Angga.
" Iya pa, nanti Rangga kirim laporannya ke papa".
Rangga meneguk Orange Jus dan bergegas bangun.
"Rangga berangkat dulu ma, pa".
"Kok buru-buru banget ini kan masih pagi, selesaikan dulu sarapan kamu ngga".
"Rangga udah telat ma". Sahut Rangga sambil berlalu meninggalkan kedua orang tuanya yang dipenuhi tanda tanya.
"Rangga kenapa ya pa, kok aneh banget ngga seperti biasanya". Tanya Nyonya Rani kepada suaminya.
"Papa juga ngga tau, tapi yang jelas dia lagi bahagia ma, sepertinya lagi jatuh cinta". Tuan Angga terkekeh.
Sepanjang perjalanan Rangga memutar lagu-lagu tentang cinta sambil sesekali bernyanyi mengikuti lirik lagunya dan menikamti alunan musiknya, Tidak seperti biasanya saat dalam perjalanan dia selalu memaki dan mengutuki para pengendara jika Ia terjebak macetnya jalanan ibukota dipagi hari.
"Gadis itu....
ahhh membuatku tergila-gila..!". Rangga senyum-senyum sendiri saat wajah Nabila kembali terlintas dalam pikirannya.
Kemacetan mulai mengurai Rangga memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi dan berharap Nabila belum berangkat sekolah agar dia bisa mengantarnya.
Mobil Rangga memasuki komplek perumahan kediaman Nabila, Namun betapa terkejutnya Ia saat berpapasan dengan Nabila hendak berangkat sekolah dengan motornya yang melaju pelan beriringan dengan motor Rendy.
"Siaaaalll.!!, Pemuda itu lagi". umpat Rangga memukul setir mobilnya.
Ciiiittttt....!!
Nabila dan Rendy mengerem motor mereka bersamaan, setelah Rangga memberhentikan mobilnya tepat di hadapan mereka. Rangga keluar dari mobilnya dan membanting pintunya dengan keras.
Nabila membulatkan matanya saat melihat Rangga keluar dari mobil dan menghampirinya.
"Turun ayo ikut aku". Rangga menarik tangan Nabila yang masih dalam posisi kemudi motornya.
"Ada apa tuan, kenapa tuan menarik tanganku". Nabila turun dari motornya. Aditya yang di boncengnya pun ikut turun.
"Woy..woy..jangan kasar sama cewe". Rendy turun dari motor Ninja nya dan melepaskan helm nya, berjalan kearah Nabila dan melepaskan tangan Nabila dari genggaman Rangga.
"Siapa lo , gue ngga ada urusan sama lo".
"Rangga Pramudita , tolong jangan ganggu Nabila". Tutur Rendy.
"Wah..wah lo rupanya kenal gue, ya iyalah siapa sih yang ngga kenal sama gue". tersenyum sinis.
"Kalo lo udah tau gue, kenapa lo masih ikut campur urusan gue, Mau mati lo ya". Wajah Rangga merah padam tangan kirinya mencengkeram kerah seragam Rendy dan tangan kanannya mengepal hendak melayangkan pukulan ke wajah Rendy.
"Stop tuan muda..!, sebenarnya apa mau tuan muda". Keadaan sudah mulai memanas kemarahan sudah mulai berapi-api terlihat diwajah kedua pemuda itu.
"Aku mau kamu ikut denganku, biar aku antar kamu kesekolah". Rangga mengurungkan niatnya memukul Rendy , Nabila pasti akan sangat membencinya jika itu terjadi pikirnya.
"Maaf tuan, aku bawa motor dan harus mengantar adik saya kesekolahnya dulu, jadi aku tidak bisa ikut tuan muda". Nabila menunjuk ke arah Aditya yang berdiri di belakangnya.
"Beraninya kau membantah perintahku". Rangga berteriak.
Dia ini kenapa lagi sih, dari kemarin sikapnya aneh banget. batin Nabila.
"Kalo Nabila ngga mau jangan dipaksa dong". Sahut Rendy kesal.
"Diem ya, gue ngga ada urusan sama lo".
"Tuan muda, sekali lagi maaf banget aku ngga bisa ikut tuan muda sekarang, aku janji besok aku akan biarkan tuan muda mengantarku ke sekolah". Nabila mencari solusi terbaik untuk segera menyudahi pertengkaran ini sebelum semua tambah kacau.
Aku terpaksa ngomong gini, daripada Rangga sama Rendy berantem gara-gara aku. huhh.
Rangga terdiam sejenak, tapi Ia juga tidak mau terlihat arogan di depan Nabila jadi Ia memutuskan untuk menyetujui ucapan Nabila.
"Baiklah , tapi besok aku tidak mau liat kamu pergi sama dia". Menunjuk Rendy kesal.
Rangga meninggal kan Nabila, Rendy dan Aditya , segera memutar balik mobilnya dan menancap gasnya.
"Sialann...!!, sebenernya siapa cowo itu?!".
"Arrggghhhh". Rangga memukul kemudinya.
menancap gas dengan sangat cepat meluapkan emosinya yang tertahan tadi.
Nabila dan Rendy mengantar Aditya terlebih dulu.
"Sudah sampai, ayo masuk sana nanti kamu telat lo".
"Iya kak, Aditya mencium punggung tangan Nabila".
"Kak Rendy Adit masuk dulu ya, kak Rendy tolong jagain Kak Nabil ya". Aditya melambaikan tangan ke arah Rendy.
"Siaapp..". Rendy menggerakan tangannya seperti orang sedang hormat menghadap bendera merah putih.
Nabila terkekeh dan mengusap kasar rambut Aditya.
Aditya memasuki gerbang sekolahnya, Nabila dan Rendy bergegas memacu motornya menuju ke sekolah mereka yang tidak jauh dari sekolah Aditya, ya sekitar menempuh waktu 15 menitan lagi.
"Nabil, sebenarnya apa hubungan kamu dengan Rangga". Tanya Rendy penasaran sebenarnya ada rasa cemburu yang menggelora di dada Rendy, namun Rendy berusaha menutupinya dari Nabila.
"Tidak ada Ren, dia hanya pemilik restoran tempatku bekerja, maaf ya soal tadi kamu jadi ikut kena imbasnya".
"Tidak apa-apa Bil, tapi kenapa dia bersikap seperti itu sama kamu, apa selama ini kalian sering bertemu". Rendy semakin penasaran.
"Akhir-akhir ini dia sering datang menemui ku , entah itu di restoran atau di rumah ".
Sepertinya dia menyukai Nabila, gue harus bisa cepet dapetin hati Nabila, gue ngga mau Nabila sampe jadi milik pemuda Angkuh itu. Rendy terdiam dan larut dalam lamunannya.
"Ren..?, Kamu kenapa?".
"Rendy..".
"Eh iya kenapa Bil?". Rendy tersentak saat Nabila memanggil namanya.
"Kamu kenapa tiba-tiba diem gitu, jangan nglamun Ren bahaya nyetir sambil nglamun".
Rendy mengulum senyum.
"Eh udah sampai ". Nabila dan Rendy memasuki gerbang sekolah dan menuju parkiran untuk memarkir motor mereka.
Nabila dan Rendy berjalan beriringan menuju ruang kelas. di sambut Lisa dan Maya yang sudah menunggu Nabila di depan kelas.
"Nabil....".Lisa dan Maya serentak memanggil Nabila.
Nabila terkekeh melihat kelakuan dua sahabatnya itu.
"Hai Ren". Sapa Lisa
"Hai Lis".
"Aku masuk kelas duluan ya". Rendy menatap Nabila dan berjalan menuju ruang kelasnya, karena memang Rendy tidak satu kelas dengan Nabila dan Lisa juga Maya.
"Iya Ren, makasi ya". Nabila tersenyum.
"Eh Bil, si Rendy kenapa tuh?, kok mukanya murung gitu?". Tanya Maya.
Nabila juga merasa Rendy terlihat murung saat tau kalau Rangga sering menemuinya.
Nabila pun menceritakan apa yang terjadi tadi pagi, respon kedua sahabatnya itu langsung menarik kesimpulan kalau Rendy cemburu kepada Rangga.
"Pasti Rendy cemburu Bil, uhhhh kasiannya Rendy". ucap Lisa.
"Ngga lah aku kan ngga ada hubungan apa-apa sama Rangga, kenapa juga dia harus cemburu". Jawab Nabila.
"Aaaaa enak banget sih jadi kamu Bil, direbutin dua cowok ganteng tajir-tajir lagi".Tutur Maya sambil membayangkan kalau dia ada di posisi Nabila.
"Kalian ngomong apa sih, udah ayo masuk kelas". Nabila memasuki ruang kelas meninggalkan kedua sahabatnya itu.
Nabila duduk di bangku miliknya dan meletakkan tas nya diatas meja.
Apa bener ya Rendy cemburu, kasian Rendy secara tidak langsung aku udah nyakitin hati Rendy, aku harus gimana ini??.
"Selamat pagi anak-anak..".
Seorang guru laki-laki paruh baya memasuki ruang kelas Nabila dan memulai pelajarannya, anak-anak dengan seksama mengikuti pelajaran itu dengan baik, begitu pun Nabila.
suasana kelas menjadi hening , tidak ada suara apa pun selain guru yang berada di muka kelas menerangkan pelajaran.
Mengingat sebentar lagi akan ada ujian Nasional jadi mereka harus belajar serius agar bisa lulus dengan nilai yang memuaskan*.
--------
Rangga berjalan dari parkiran setelah memarkirkan mobilnya di parkiran kampus, senyum manis yang menghiasi wajahnya di pagi hari kini sudah tidak terlihat lagi, wajah nya kini terlihat memancarkan kemarahan yang belum Ia lampiaskan.
Rangga berjalan setengah melamun sampai Ia terkejut saat ada pemuda yang tidak sengaja menabraknya, pemuda itu terjatuh sesaat setelah menabrak tubuh atletis Rangga.
"Maaf..Maafkan saya". Pemuda itu segera bangkit dan meminta maaf sambil menunduk. Dia sadar siapa yang Ia hadapi ini jadi lebih baik dia minta maaf saja pikirnya.
Rangga langsung melotot dan menarik kerah kaos yang dikenakan pemuda yang menabraknya iti kemudian memukulnya dengan bogeman tangannya.
"Beraninya kauuu..!!". Wajah Rangga merah padam matanya tersorot penuh emosi. Terus melayangkan pukulan kepada pemuda itu hingga pemuda itu terjatuh tak berdaya.
Beruntung Alan datang menghentikan tindakan Rangga, jika tidak mungkin pemuda itu bisa habis di tangan Rangga.
"Udah udah bro". Alan menahan tangan Rangga dan memberikan isyarat kepada pemuda itu menyuruh pemuda itu untuk segera pergi.
Pemuda itu bagun dengan tertatih dan segera pergi dari hadapan Rangga.
Rangga masih sangat emosi dan berapi-api. Alan membawa Rangga duduk di kursi yang ada di sisi lorong kampus.
"Minum dulu bro". Alan menyodorkan minuman kepada Rangga.
Rangga menerima botol minuman itu dan menenggaknya hampir separuhnya
"Kamu kenapa bro?". Tanya Alan hati-hati.
"Tidak ada, gue hanya lagi emosi aja". Jawab Rangga.
"Ya ngga gitu juga bro, tu orang bisa mati lo gebukin tadi".
"Gue ngga peduli".
"Gue yakin bukan pemuda tadi kan yang buat lo emosi begini?".Alan menimpali.
Rangga terdiam. mendengar ocehan Alan yang udah seperti emak-emak nasehatin anaknya.
"Masalah Bokap lo". Tanya Alan penasaran. Karena setau Alan Rangga akan sangat emosi sampai tidak bisa mengontrol diri jika sudah berantem dengan Papanya.
"Bukan". Jawab Rangga singkat.
"Udah lah gue mau cabut". Rangga pergi meninggalkan Alan.
"Baru dateng kok udah cabut lagi bro". Alan mengikuti Rangga di belakangnya.
"Gue mau nenangin pikiran gue dulu, udah sana lo masuk kelas". Rangga mendorong Alan pelan. dan pergi menuju parkiran kampus.
Rangga kembali mamacu gasnya dengan kecepatan tinggi dan kebut-kebutan di jalanan yang cukup lengang.
Nabila sebenarnya siapa cowok brengsek yang bersamamu itu. Rangga memejamkan matanya.
Rangga memnghentikan laju mobilnya dan sejenak melepaskan kepenatan hatinya di sebuah danau buatan di pinggiran kota.
Angin semilir yang berhembus sedikit mengurangi sesak yang menyelimuti dadanya, desiran dedaunan yang tertiup angin sedikit mengobati luka di hatinya.
Pemandangan yang asri dengan pepohonan disekelilingnya sejenak menyejukkan hati nya, Ia perlahan menarik dan menghembuskan nafasnya beraturan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Haris
boom like mendarat thor
2020-11-15
0
Haris
boom like mendarat thor
2020-11-15
0
Sept September
semangat
2020-09-19
0