Karena nenek sudah mulai membaik jadi nenek tidak di haruskan opname, melainkan diperbolehkan pulang, Nabila merasa sangat lega akan hal itu.
"Nek nenek makan dulu ya , ini sudah Nabila buatkan bubur sama sup untuk nenek".Nabila mendekati nenek membawa mangkok ditangannya.
"Makasi ya nak, maaf kalo nenek sering menyusahkanmu dan adikmu", tutur Nenek sambil menitihkan air mata.
"Nek, nenek ngga boleh ngomong gitu, nenek tidak pernah menyusahkan ku ataupun aditya, malah kami berterima kasih dulu nenek sudah mau merawatku dan Aditya setelah mama papa meninggal", Jawab Nabila sambil memeluk nenek.
"Ya sudah nenek makan dulu ya, setelah itu minum obat".Nabila duduk di samping tempat tidur nenek kemudian mulai menyuapi nenek perlahan.
"Nak kamu hari ini tidak masuk kerja lagi?, apa bos mu tidak marah, nenek khawatir kamu akan dimarahi bos mu", Tanya nenek cemas.
"Nenek tidak usah khawatir, aku sudah minta izin 2 hari tidak masuk kerja nek", Jawab Nabila.
"Syukurlah kalau begitu". Nenek tersenyum membelai rambut indah Nabila yang terurai.
"Ya sudah sekarang nenek minum obat dulu terus Istirahat", tutur Nabila sambil memberikan nenek obat.
Setelah nenek tertidur Nabila, kembali ke kamarnya dan mulai membaca buku-buku pelajaran nya, mengingat sebentar lagi ujian jadi Ia harus rajin belajar agar bisa lulus dengan nilai yang bagus.
Saat Nabila tengah larut dalam bacaan di setiap buku pelajarannya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar rumahnya.
Tok..tok..tok..
"Assalamualaikum...".Terdengar suara memberikan salam.
"Walaikumsalam..", Jawab Nabila sambil membuka pintunya.
"Haii Bil, maaf aku sama Maya baru sempet kesini", Tutur Lisa sambil memberikan buah-buahan yang Ia bawa untuk nenek.
Yang berkunjung ternyata Lisa dan Maya
"Tidak apa-apa Lis, Mari masuk ". Nabila mempersilahkan masuk kedua sahabatnya itu.
"Silahkan duduk". Nabila mempersilahkan mereka duduk disofa ruang tamu.
"Nenek bagaimana kondisinya Bil?".Tanya Maya sambil menatap wajah Nabila.
"Alhamdulilah nenek sudah baikan, kata dokter nenek hanya kecapean saja jadi perlu banyak istirahat". Jawab Nabila.
"Oo begitu", Sahut Lisa manggut-manggut.
"Iya nenek sekarang lagi istrirahat, setelah minum obat tadi". Nabila duduk disamping dua sahabatnya.
"Eh aditya mana, qo ga kelihatan"? Maya mengedarkan pandangannya mencari Aditya.
"Adit masih belum pulang sekolah, katanya sih hari ini ada eskul". Jawab Nabila.
"Kalian mau minum apa?", Tanya Nabila.
"Apa aja Bil". Lisa dan Maya menjawab serentak kemudian saling pandang dan tertawa.
"Kalian ini kompak sekali ya, tunggu sebentar aku ambilkan minum dulu ". Nabila tersenyum dan berlalu meninggalkan Lisa dan Maya menuju dapur.
Tak berapa lama Nabila datang membawa teh manis dan sepiring pisang goreng untuk kedua temannya itu.
"Oiya Bil bagaimana hubungan kamu sama Rendy?", Tanya Lisa.
"Hubungan apa maksud kamu Lis?". Nabila balik bertanya dan pura-pura tidak mengerti maksud mereka.
"Kamu sama Rendy sudah Jadian belum?". Lisa terus menggoda Nabila sambil menyenggol siku Nabila pelan.
"Aku cuma anggap Rendy itu teman, ngga lebih", Jawab Nabila singkat.
Kenapa mereka menayakan itu, aku kan jadi bingung mau jawab apa. Nabila menggit bibirnya.
"Tapi Bil apa kamu tidak kasian sama dia, dia sudah lama loh ngejar-ngejar cinta kamu". Tutur Maya sambil memasukkan pisang goreng kedalam mulutnya.
"Iya Bil, lagian Rendy itu anaknya baik , kenapa kamu ngga coba buka hati kamu buat dia Bil?". Sahut Lisa.
Rendy memang laki-laki yang baik dan selalu ada buat aku, dia juga sudah dua kali menyatakan perasaan cintanya padaku, tapi entah kenapa aku masih belum bisa menerima dia sebagai pacar, sejujurnya aku sayang sama dia tapi aku takut kalau kita pacaran terus suatu saat putus hubungan kita jadi buruk bahkan seperti musuh. aku takut akan hal itu. Nabila termenung sejenak.
"Aku juga merasa banyak utang budi sama Rendy, tapi mau gimana aku belum kepikiran untuk punya pacar saat ini". Nabila menunduk.
"Ya sudah terserah kamu saja Bil, apapun keputusan kamu kita sih dukung-dukung aja, iya ngga May?". Lisa merangkul pundak Nabila.
"Yoii..", Jawab Maya singkat.
Nabila masih memikirkan apa yang diucapkan teman-temannya. dan kembali termenug.
"Eh setelah lulus nanti kalian mau lanjutin kuliah dimana?, kita bareng aja yukk biar seru.."!!. Lisa membuyarkan lamunan Nabila.
"Aku masih belum kepikiran kesana , sepertinya aku akan bekerja saja dan nunda kuliah ku sampe tahun depan", Nabila merasa bimbang.
"Yaahhh.. ga Asyiik dong Bil", Sahut Maya sambil cemberut.
"Mulutnya biasa aja dong, Jangan sampe monyong-monyong gitu". Sahut Nabila sambil terkekeh.
Mereka pun Asyik mengobrol hingga tak terasa hari sudah mulai sore, Lisa dan Maya pun pamit pulang.
Setelah Lisa dan Maya pulang tak berapa lama Rendy datang berkunjung ke rumah Nabila. Sambil membawa buah-buahan serta martabak kesukaan aditya.
Tok..tok..tok..
"Assalamualaikum".Rendy memberi salam sambil mengetuk pintu rumah Nabila.
"Walaikumsalam". Sahut Nabila dari dalam kamarnya yang baru saja selesai sholat magrib.
"Rendy, mari masuk Ren". Nabila mempersilahkan Rendy masuk.
"Bagaimana kondisi nenek Bil?".Tanya Rendy.
"Nenek sudah baik Ren, nenek sedang istirahat diamarnya. Jawab Nabila.
"Syukurlah, Oiya Ini aku bawakan buah-buahan sama martabak kesukaan Adit". Tutur Rendy sambil memberikannya kepada Nabila.
"Duhh Repot-repot sekali kamu Ren". menerima pemberian Rendy.
"Dit..adit kemarilah", Teriak Nabila memanggil adit yang sedang nonton tv.
"Ada apa kak?", Tanya Adit sambil menatap Nabila.
"Ini Kak Rendy, bawain martabak kesukaan kamu, makanlah mumpung masih hangat ". Nabila memberi kantong kresek berisi martabak itu kepada Aditya.
"Wahhh , makasi ya kak". Aditya tersenyum lebar sambil membuka kantong kresek tersebut.
"Sama-sama", Jawab Rendy sambil mengacak-acak rambut Aditya.
"Sudah buruan dimakan nanti keburu dingin", Tutur Rendy kepada Aditya.
"Okey kak", Jawab Aditya sambil tersenyum seraya meninggalkan Nabila dan Rendy di ruang tamu.
"Duduk Ren", Nabila mempersilahkan Rendy.
"Mau minum apa Ren?", Tanya Nabila.
"Apa saja Bil". Jawab Rendy
Tak lama kemudian Nabila datang membawakan teh manis dan manaruhnya di meja .
"Silahkan diminum Ren", Tutur Nabila mempersilahkan.
"Iya". Rendy menyeruput teh manis itu.
"Hmmmm, ini manis sekali seperti kamu", Rendy sambil menatap tajam mata Nabila.
"Ah, kamu bisa aja Ren". Sahut Nabila sambil terkekeh.
"Oiya Ren, Aku masih merasa tidak enak sama kamu, karena aku terus-terusan merepotkan mu".Tutur Nabila sambil menunduk.
"Bil, aku sama sekali tidak merasa direpotkan".Jawab Rendy sambil mengangkat pelan dagu Nabila dan menatapnya.
"Ngomong-ngomong berapa biaya rumah sakit nenek kemarin Ren?, Kalo ada uang aku ingin menggantinya". Nabila merasa banyak berhutang budi kepada Rendy, Dia selalu membantu Nabila dan keluarganya.
"Sudahlah Bil, jangan kamu pikirkan itu, Lagian itu ngga seberapa", Jawab Rendy.
Flashback On
Di rumah sakit
Ketika nenek hendak pulang dari rumah sakit, Nabila terlebih dulu menghampiri ruang administrasi untuk melakukan pembayaran atas nama nenek Namun betapa terkejutnya saat wanita yang bertugas di bagian adminstrasi itu bilang bahwa pembayaran untuk pasien bernama Sumiyati sudah lunas.
"Bu saya mau menyelesaikan pembayaran untuk pasian an.Sumiyati yang tadi siang masuk IGD". Nabila berdiri didepan meja adminstarasi.
"Sebentar saya cek dulu ya mbak". Jawab petugas administrasi rumah sakit sambil menatap monitor yang ada didepannya.
"Maaf bu, Biaya pengobatan untuk pasien an.Sumiyati sudah lunas". Wanita itu tersenyum kepada Nabila.
Nabila pun terkejut dan merasa bingung siapa orang yang sudah melunasi biaya pengobatan neneknya.
Apa?! , siapa orang yang sudah melunasi biaya rumah sakit nenek?.
"Kalau boleh tahu siapa yang membayar ini semua bu", Tanya Nabila penasaran.
" Disini tertulis bapak Rendy yang telah melunasinya bu".Jawab wanita yang berada di depan Nabila.
Nabila pun langsung bergegas mengambil ponsel dari dalam tas nya dan menghubungi Rendy.
"Hallo Ren, aku mau tanya apakah benar kamu yang sudah melunasi biaya rumah sakit nenek?". Nabila menunggu jawaban Rendy.
"Sudahlah Bil, Jangan kamu pikirkan itu, sekarang aku sudah sampai parkiran rumah sakit dan aku membawa mobil karena aku tau nenek akan pulang sore ini kan?".Jawab Rendy di ujung telfon.
"Tapi Ren... " Belum sempat Nabila menyelesaikan ucapannya Rendy memotong ucapan Nabila.
"Sudah, sudah aku kesitu sekarang kamu tunggu ya". tutur Rendy memotong ucapan Nabila kemudian memutus sambungan telfonnya.
Kenapa kamu baik banget Ren , aku bahkan ngga tau bagaimana bales semua kebaikan kamu kepadaku dan keluargaku.
Nenek , Nabila, beserta Aditya pun pulang diantar Rendy menggunakan mobilnya.
Flashback Off
Rendy tidak mau lagi membahas biaya rumah sakit itu, Ia lebih senang membahas hal lain tentang sekolah, ataupun teman-temanya.
Tak terasa hari sudah mulai malam , Rendy pun pamit pulang dari rumah Nabila.
-------
Di Kampus
"Rangga.." . teriak seorang wanita sambil berlari mengejar langkah Rangga.
Rangga hanya menoleh dan kemudian melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan wanita itu, Dia adalah Sania wanita yang dari dulu mengejar - ngejar cinta Rangga namun Rangga tak pernah menghiraukannya.
Ya tidak heran kalau Rangga menjadi idola kampus bagi cewe-cewe, selain karena dia tampan dia adalah anak konglomerat yang mempunyai banyak perusahaan dan beberapa bisnis lainnya. Tapi sampai saat ini belum ada yang berhasil menaklukan hati sang idola kampus itu.
huhhh, tu cewe bener-bener tidak tau malu ya, udah sering gue tolak masih aja ngejer-ngerjer gue. Rangga menggidikkan bahunya.
"Rangga, nanti pulang kuliah kita nonton yukk". Sania menggandeng lengan Rangga.
"Gue ngga bisa, dan tolong singkirkan tangan lo dari lengan gue".Rangga menatap tangan Sania yang tiba-tiba menggandeng lengannya.
"Rangga, kamu kenapa sih selalu nolak ajakan aku, apa kamu tidak pernah menyukaiku?, aku kan cantik ngga". Sania mempererat tangannya yang melingkar di lengan Rangga.
"bhahaha". Alan terkekeh mendengar ucapan Sania.
"Kenapa lo ketawa ". Sania melempar tas yang dia tenteng dari tadi.
"Aaawwww, apaan sih lo San". Alan mengelus tangan nya yang kena lemparan tas Sania.
Rangga yang tidak mau dekat-dekat Sania pun Dia melepaskan tangan sania dari lengannya dan langsung pergi meninggalkannya bersama Alan.
"Bro...tunggu".Teriak Alan sambil berlari mengejar Rangga.
"Bro kenapa lo ga terima aja cinta Sania, dia kan cantik, sexy lagi". Alan mensejajarkan dirinya dengan Rangga yang berjalan cepat.
"Kalo lo mau ambil aja bro, gue sih ogah sama cewe begituan, terlalu agresif ". Rangga kembali menggidikkan bahunya merinding.
"Kalo dia mau sama gue, udah gue embat bro kan lumayan buat temen kencan, hahaha" Alan terkekeh.
"Semua model cewe juga lo embat, kambing pake bikini juga ntar lo embat". Rangga mendorong kepala Alan ke samping.
"Sialan lo". Sungut Alan sambil menendang kaki Rangga.
"Udah ah gue cabut, mau ke restoran bokap". Rangga berjalan cepat menuju mobilnya.
"Gue ikut ya, numpang makan". Alan terkekeh.
Di Restoran
Rangga dan Alan memasuki ruang VVIP dan disusul dengan Iwan dan satu pelayan mendampinginya mengikuti langkah mereka.
"Tuan muda mau makan apa?", Tanya Iwan kepada Rangga.
"Gue ngga mau di layanin sama dia". Rangga menunjuk pelayan yang berdiri disamping Iwan.
"Lantas tuan muda mau dilayanin oleh siapa?". Tanya Iwan penuh hormat kepada Rangga.
Sudah kuduga kalau anak ini datang pasti akan buat masalah, mentang-mentang anak boss. Sungut Iwan.
"Tolong panggilkan pelayan yang waktu itu menumpahkan minuman dibaju gue". tutur Rangga kepada Iwan penuh penekanan.
"Maksud tuan muda, Nabila?". Iwan mengingat ingat kejadian waktu itu.
"Ayolah cepat panggilkan Dia sekarang, atau nanti lo gue pecat".Bentak Rangga kepada Iwan.
"Ba..Baik tuan muda".Jawab Iwan sambil membungkukkan badannya lalu bergegas memanggil Nabila.
"Bro kenapa lo ga mau dilayanin sama yang tadi?, dia kan cantik bro". Alan heran dengan tingkah sahabatnya.
"Di mata loe semua juga cantik, Iwan pake rok juga ntar lo bilang cantik". Rangga memukul pelan mata Alan dengan buku menu.
"Hahahaha". Alan terbahak.
"Tuan muda manggil saya?".Tanya Nabila yang baru saja memasuki ruang VVIP tempat Rangga berada.
Apalagi sihh mau dia ini, pasti dia mau bersikap seenaknya lagi sama aku. huhh. Nabila mulai cemas.
"Alamakkk...Bidadari dari mana ini bro?". Alan terpana saat melihat Nabila.
"Jaga mata lo". Rangga melempar tempat tisu yang ada didepannya ke arah Alan.
Alan terus saja menatap Nabila tak berkedip.
Siapa lagi laki-laki yang disamping dia ini, pasti dia sama anehnya dengan tuan muda.
"Gue mau lo yang layanin kita, gue lagi mau makan kepiting saos padang, sama aneka seafood lainnya". Rangga menatap wajah Nabila yang sedari tadi tertunduk.
"Baik tuan, ada lagi yang lainnya". Nabila memberanikan diri menatap wajah Rangga.
"Lo mau makan apa ?".tanya Rangga kepada Alan yang masih diam terpana melihat Nabila.
"Wooii".Rangga menendang kaki Alan.
"Gue apa aja bro, asal Dia yang layanin". Alan menatap dalam wajah Nabila.
Kenapa dia menatapku seperti itu sihh, apa ada yang salah dengan penampilanku. gumam Nabila sambil melirik Alan.
"Minumnya apa tuan?".Tanya Nabila.
"Seperti biasa, kalo lo ga tau lo tanya Iwan". Jawab Rangga.
"Baik, tunggu sebentar saya akan segera kembali". Jawab Nabila sambil mengulum senyum.
"Senyumannya Bro...". Alan menarik-narik baju Rangga.
"Gila lo ya?!".sungut Rangga.
"Lap dulu tuh iler lo". Rangga mengidikkan bahunya.
"Sialan lo, siapa juga yang ngiler". Alan menendang kaki Rangga.
"Tapi lo bener bro yang bawah ngiler nih". Alan terkekeh.
"Sinting lo".umpat Rangga sambil melempar buku menu ke arah Alan.
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Nabila datang juga membawa pesanan Rangga dan Alan.
"Selamat menikmati tuan".Tutur Nabila kemudian bergegas hendak meninggalkan ruangan tersebut.
Namun belum sempat keluar dari ruangan itu , Rangga menarik tangan Nabila.
"Mau kemana?, siapa yang nyuruh lo pergi", Rangga menarik tangan Nabila.
ihhhh apa lagi ini, pake pegang-pegang tangan segala. Nabila melepaskan tangannya dari Ranga, tapi Rannga kembali menariknya.
"Tapi maaf tuan muda, saya masih banyak pekerjaan". Nabila mencari alasan.
"Gue mau lo nemenin gue makan, dan lo juga boleh ikut makan".Rangga terus memegangi pergelangan tangan Nabila.
"Ta..Tapi tuan". belum sempat nabila menyelesaikan ucapannya Rangga sudah memotong nya.
"Gue ngga suka di bantah, ayo sini duduk". Kata Rangga sambil menarik pelan Nabila dan menyuruhnya duduk disampingnya.
Aku rasa dia memang terlahir dari firaun makanya dia suka semena-mena sama orang lain. Sungut Nabila.
Nabila pun akhirnya ikut menemani Rangga dan Alan makan.
Kalau bukan karena anda anak dari pemilik restoran ini, aku malas meladenimu tuan. Nabila.
Rangga tanpa sengaja membaca name tag yang terpasang di seragam kerja Nabila.
"Oo jadi bener nama dia Nabila".gumam Rangga dalam hati.
Selesai menyantap makananya Rangga masuk menuju ruangannya, ruangan khusus keluarga Pramudita, Rangga sengaja menunggu waktu jam kerja habis agar dia bisa mengantar Nabila.
"Lo pulang sana, sepet mata gue liat lo". tutur Rangga kepada Alan.
"Ya elah bro, tega bener lo ngusir gue". Alan menyeringai.
"Gue udah pesenin lo taksi online, bentar lagi juga dateng tu taksi". kata Rangga.
"Sialan lo, lo beneran ngusir gue?, padahal kan gue masih penget liat cewe yang tadi". Alan mengingat wajah Nabila dan tersenyum.
"Udah udah sana lo pulang". Rangga mendorong tubuh Alan keluar ruangannya.
"Tega bener lo bro". Alan merengek seperti anak kecil.
Rangga menggerakkan tangannya menyuruh Alan segera pergi.
Tega bener lo bro ngusir gue. Gumam Alan berlalu pergi meninggalkan ruangan Rangga.
Saat akan keluar restoran Alan melihat Nabila yang sedang sibuk melayani tamu, Alan pun menghentikan langkahnya kemudian menghampiri Nabila mencoba menggodanya.
"Eh, Neng lagi sibuk ya, Mau abang bantuin ngga?". Goda Alan sambil menggerak-gerakkan alisnya ke atas ke bawah dan menatap Nabila dengan senyumnya.
Kenapa lagi sihh ni orang. Nabila mengerutkan kening.
"Tidak usah repot tuan". Sahut Nabila
" Kok tuan sih, panggil abang dong".Tutur Alan sambil terus menebar senyum nya sok manis.
"Maaf tuan saya masih banyak pekerjaan". Nabila berlalu meninggalkan Alan.
A**mbooiiii, cantik banget tu cewe.
Alan pun pergi meninggalkan restoran Rangga.
Hari sudah Mulai Malam dan Nabila sudah mulai berkemas untuk pulang, karena sesuai jadwal hari ini jam kerja Nabila memang tidak sampai restoran tutup.
"Aku balik dulu ya An". Nabila berpamitan kepada Ane teman kerjanya.
Nabila pulang lebih awal daripada Ane karena memang Jadwal dia hari ini juga masuk lebih awal daripada Ane.
"Iya Bil, Hati-Hati ya".Jawab Ane sambil cipika cipiki dengan Nabila.
Tak Lama Rangga yang sedari tadi memang menuggu waktu Nabila pulang, dia bergegas keluar dari ruangannya bermaksud untuk mengantar Nabila pulang.
Namun betapa kecewanya Rangga saat melihat Nabila dijemput oleh Rendy.
"Shiiitttt..!!" umpat Rangga sambil memukul tembok yang ada disampingnya.
Siapa cowo itu. Gumam Rangga penasaran.
"Haii Ren, maaf lama menunggu". Nabila mengambil helm yang dipegang Rendy.
"Biar aku pakaikan helm nya". Rendy mengambil kembali helm dari tangan Nabila dan memakaikannya di kepala Nabila.
"Terimakasih". Nabila mengulum senyum.
Rendy pun langsung menancap gas, menyusuri indahnya jalanan ibu kota di waktu senja, gemerlap lampu-lampu jalanan mewarnai perjalan Rendy dan Nabila.
"Gue Harus ikutin mereka". Gumam Rangga seraya bergegas memasuki mobil dan menancap gas.
Sesampainya di rumah Nabila Rangga masih memperhatikan mereka dari kejauhan.
Nabila dan Rendy tampak sedang duduk mengobrol di teras depan rumah Nabila.
Rangga sangat emosi melihat pemandangan itu, namun beda dengan Nabila dan Rendy yang tampak bahagia mengobrol sambil sesekali Rendy menarik manja hidung Nabila.
"Sekarang sudah malam, sebaiknya kamu istirahat, besok juga kan kamu harus sekolah". Rendy menatap dalan wajah Nabila.
"Baiklah , aku juga mau segera mandi badanku terasa sangat lengket". Sahut Nabila.
"Ya sudah aku pulang dulu ya, sampai ketemu besok disekolah". Rendy berlalu meninggalkan Nabila.
Nabila masih berdiri di depan rumahnya dan menatap Rendy yang hendak mengendarai motornya.
"Bye". Rendy melambaikan tangan ke arah Nabila seraya mengulum senyum.
"Bye" . Nabila pun ikut tersenyum.
Dari dalam mobil Rangga terus menatap tajam motor Rendy dikejauhan dan mencengkaram kemudi dengan sangat kuat sesekali memukulnya.
"Siall.!!, Dia sudah punya cowo rupanya". Rangga memukul kemudi yang ada di depannya dengan kuat.
Setelah motor Rendy menghilang dari pandangannya Nabila segera memasuki rumahnya dan bergegas masuk kamar mandi untuk membersihkan dirinya, Nabila juga tak lupa mengerjakan sholat isya yang memang belum Ia kerjakan.
Setelah melaksanakan kewajibannya kepada Sang pencipta, Nabila pun mengerjakan tugas sekolah dan membaca-baca buku pelajarannya hingga rasa kantuk pun datang Ia segera membaringkan tubuhnnya di kasur empuk di depannya.
------------
Di Sekolah
Di kantin sekolah terlihat Nabila, Lisa dan Maya sedang asyik berbibcang-bincang sambil makan bakso.
sesekali terdengar gelak tawa dari ketiganya, tak lama kemudian Rendy datang menghampiri Nabila.
"Haii".Sapa Rendy kepada tiga gadis di depannya itu.
"Haii Ren". Sahut Lisa dan Maya.
Nabila hanya melempar senyumnya kepada Rendy yang sedari tadi menatapnya.
Rendy pun duduk di bangku kosong di samping Nabila
"Bil, Ini aku bawain brosur Universitas Pandawa, di sana juga ada program beasiswa , apa salahnya kamu coba Bil" . Rendy menyodorkan beberapa brosur di tangannya.
"Yang bener kamu, Ren?".Nabila sangat senang hingga Ia reflek menggenggam erat kedua tangan Rendy.
Rendy sontak menatap tangan Nabila yang menggenggam tangannya, Jantung Rendy pun berdegup kencang.
"Maaf aku tidak sengaja". Nabila melepaskan tangannya sambil tertunduk malu.
" Iya tidak apa-apa". Rendy tersipu malu. Dia tidak bisa menyembunyikan rona merah di pipinya.
" Ehm..Ehm..". Maya berdehem.
"Ya sudah aku balik ke kelas dulu ya, sebaiknya kamu baca-baca dulu aja." Rendy beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan tiga gadis itu.
"Apaan tuh Bil?". Lisa melihat beberapa lembar kertas ditangan Nabila.
"Brosur Universitas Pandawa, kata Rendy sih ada program beasiswanya juga". Jawab Nabila.
"Wahh itu Bagus Bil, Universitas itu kan salah satu universitas terbaik di kota ini". Sahut Lisa.
"Iya Bil, siapa tau kamu bisa dapet Beasiswa di sana". Maya menyemangati Nabila.
"Aku juga disuruh mamaku masuk Universitas itu". Sambung Maya.
"Kalo kalian masuk universitas itu, aku juga mau lah, hehe". Lisa terkekeh.
"Iya nanti aku akan coba baca-baca dulu, udah yuk masuk kelas sebentar lagi bell masuk bunyi". Nabila menggandeng tangan Lisa dan Maya.
Di Kampus
Universitas Pandawa memang salah satu Universitas terbaik di kota ini, tak heran jika setiap tahunnya banyak di minati calon mahasiswa-mahasiwi baru. Ribuan siswa siswi lulusan terbaik berkompetisi untuk menjadi mahasiswa-mahasiswi di Universitas tersebut selain karena program studi yang terakreditasi Internasional juga karena bangunan yang terlihat elit dengan berbagai fasilitas yang mumpuni menunjang program studi untuk menghasilakan lulusan-lulusan yang benar-benar matang dan siap menghadapi dunia kerja.
"Bro lagi-lagi lo melamun". Alan menepuk punggung Rangga.
"Sialan lo, ngagetin gue aja". Gumam Rangga.
"Gue tau , Lo pasti lagi mikirin cewe yang kemarin di restoran kan bro?". Ledek Alan.
"Sok Tau Lo". Gumam Rangga lirih.
"Sama bro gue juga semalem ga bisa tidur gara-gara tu cewe". Jawab Alan santai.
"Ngapain lo mikirin dia, itu gebetan gue ****!!". Rangga menendang pelan kaki Alan.
"Gue pikir lo ngga mau bro, kalau lo ngga mau kan bisa buat gue". Alan menyenggol pundak Rangga.
"Awas aja lo macem-macem sama dia". Rangga menunjukkan kepalan tangannya.
"Ampun bro..ampun..". Alan sambil terkekeh.
"Terus kenapa ngga lo sikat aja bro, gerak cepat dong nanti keburu gue tikung lo, bhuahaahaa". Alan tertawa lepas.
"Masalahnya dia sudah punya cowo bro". Rangga mengingat kejadian semalam.
"Ya iyalah bro ngga mungkin cewe secantik itu belum punya cowo". Sahut Alan.
"Tapi gimana pun juga gue harus bisa dapetin dia". Rangga tersenyum licik.
" Gue dukung lo bro". Alan menepuk - nepuk pundak Rangga.
"Tapi ga segampang itu bro". Rangga menggantungkan ucapannya membuat Alan penasaran.
"Kenapa??, Lo kan ganteng, tajir, cewe mana yang ngga suka lo bro?". Alan menimpali.
"Masalahnya dia itu cewe yang waktu itu gue serempet dan tinggalin di tepi jalan itu, gue yakin dia benci sama gue". Rangga mengacak-acak rambutnya geram.
"Apa??!" .Alan membelalakkan matanya.
"Biasa aja ". Rangga melempar Alan dengan pulpen yang ada di depannya.
"Tapi itu gila bro, lo tega banget ninggalin dia waktu itu dalam keadaan lecet-lecet". Alan menggelengkan kepalanya.
"Gue juga nyesel bro". Gumam Rangga lirih.
"Lo udah minta maaf?". Alan menatap lekat wajah Rangga.
"Belum". Rangga menggeleng.
"Ah elah, minta maaf lah bro, itu juga bisa jadi alasan lo buat deketin dia". Jawab Alan.
"Cerdas juga ide lo, ngga sia-sia lo dinobatkan sebagai playboy cap kaki kuda". Sahut Rangga terkekeh.
"Kalo masalah cewe gue ahlinya bro". Alan membusungkan dadanya.
"Udah ah gue mau cabut, gue udah ngga da kelas" . Rangga pergi meninggalkan Alan
"Gue ikut ya". Sahut Alan.
"Lo kan masih ada kelas, ngapain ikut?". Rangga menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Alan.
"Males bro, dosennya killer". Alan menggidikkan bahunya.
"BHahaha". Rangga terbahak.
Rangga dan Alan berjalan menuju parkiran kampus.
Di Rumah Nabila
" Kak nenek kak!!".Teriak Aditya.
"Nenek kenapa dit?".Nabila berlari menghampiri aditya.
"Nenek terjatuh di kamar mandi". Aditya mencoba membangunkan nenek.
"Ya Allah nek". Teriak Nabila.
"Ayo dit kita angkat nenek ke kamar". Dengan susah payah Nabila dan aditya mengangkat nenek ke kamar dan membaringkan nya di kasur.
"kakak akan bawa nenek ke rumah sakit, kakak sudah pesan taksi online". Nabila terlihat sangat cemas sambil menatap layar ponselnya.
Tak Lama taksi online yang di pesan Nabila datang, mereka bergegas mengangkat nenek ke dalam mobil.
Ya Tuhan apa yang terjadi sama nenek, semoga nenek baik-baik saja. Nabila terisak.
Di Rumah sakit
Nabila dan Aditya menunggu nenek diruang tunggu di depan ruang IGD, dengan perasaan berkecamuk Nabila gelisah dan sesekali memeluk Aditya yang duduk di sampingnya, Tak lama kemudian dokter keluar dari ruang IGD dengan wajah sendu, Nabila terlonjak dari duduk nya bergegas menghampiri dokter.
"Dok, Bagaimana kondisi nenek". Nabila cemas.
"Maaf nenek anda tidak bisa selamatkan, beliau sudah meninggal". Jawab Dokter lirih.
"Tidak..ini tidak mungkin kan dok". Nabila sambil menahan tangisnya.
"Itulah kenyataanya, mengingat umur beliau juga sudah sepuh, kamu yang sabar ya". Dokter mengusap punggung Nabila kemudian meninggalkannya.
"Nenek...nenek..". Teriak Nabila tak kuasa menahan tangisnya.
Nabila berlari menuju ruangan dimana nenek berada, dan menghampiri tubuh nenek yang sudah terbujur kaku di tempat tidurnya.
Air mata bercucuran, kaki Nabila serasa tidak mampu menopang tubuhnya hingga Ia terduduk lemas , tangan dan kaki nya mulai bergetar , seketika Ia ingin bangkit namun Ia kembali terduduk lemas.
Aditya yang sedari tadi duduk di ruang tunggu berlari menghampiri Nabila dan berusaha membangunkannya.
"Kak, kakak kenapa?, nenek kenapa?".Tanya Aditya bingung melihat kakaknya menangis.
"Nenek..nenek dit, nenek meninggal".Jawab Nabila sambil terisak.
"Nenek..nenek kenapa ninggalin Aditya nek". Tangis aditya pecah sambil memeluk neneknya yang terbujur kaku di hadapannya.
Nabila pun tak kuasa menahan dirinya, dia pun jatuh pingsan untung saja Rendy dengan sigap menopangnya.
Rendy yang baru saja datang merasa bingung dengan apa yang terjadi, sebelumnya Rendy di beritahu Aditya kalau nenek masuk rumah sakit, jadi Rendy bergegas menuju rumah sakit.
Nabila masih belum sadar dari pingsannya, Rendy berusaha menyadarkan Nabila dengan memberinya minyak angin.
Setelah beberapa saat akhirnya Nabila pun sadar.
"Nek..nenek...".Nabila kembali menangis.
"Kamu yang sabar ya Bil". Rendy memeluk Nabila yang terus menangis, air matanya bercucuran membasahi pipinya.
Sebelumnya Aditya sudah menceritakan semuanya kepada Rendy, dan Rendy pun bergegas menemui Dokter untuk mengurus jenazah nenek.
"Kamu harus kuat Bil, nenek akan sedih jika kamu seperti ini". Rendy memegang pipi Nabila dan menghapus air mata Nabila dengan jempolnya.
Nabila mengangguk kemudian menghampiri Aditya dan memeluknya.
"Kita harus kuat dit, agar nenek bisa pergi dengan tenang ".Kata Nabila sambil memeluk erat Aditya.
Jenazah nenek pun langsung dikebumikan setelah sesampainya di kediaman Nabila.
Nenek dikuburkan di Tempat Pemakaman umum yang tak jauh dari rumah Nabila.
Setelah proses pemakaman nenek selesai , Nabila dan Aditya kembali ke rumahnya, sebelumnya Rendy sudah berpamitan lebih dulu karena hari sudah mulai gelap.
------
Keesekon harinya Nabila memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah dan ijin tidak masuk kerja, Nabila dan Aditya masih sangat terpukul dengan apa yang terjadi, mereka ingin menenangkan hati dan pikirannya sejenak.
Tiba-tiba Nabila dikagetkan dengan suara ketukan pintu yang sangat kencang, Nabila pun bergegas membukanya.
"Pa..paman..".Betapa kagetnya Nabila ketika melihat sosok yang datang adalah Johan.
"Ada apa paman kesini?".Tanya Nabila dengan suara bergetar.
"Aku dengar si tua bangka itu mati ya, aku cuma mau mengambil hak ku".Tutur Johan ketus.
"Maksud paman apa?".Tanya Nabila bingung.
"Aku ingin mengambil hak ku, rumah ini adalah hak ku". Johan menyelonong masuk kerumah Nabila.
"Tapi paman, kuburan nenek saja masih basah ,teganya paman melakukan ini". Nabila mengikuti pamanny yang hendak masuk kamar almarhumah nenek.
Johan mengobrak abrik seluruh isi kamar nenek, Dia mencari sertifikat rumah yang saat ini Nabila dan Aditya tinggali.
"Hentikan paman, paman mau apa?".teriak Nabila sambil mencoba menghentikan ulah pamannya itu.
"Minggir kamu!!".Teriak Johan sambil mendorong Nabila hingga tersungkur dan kepalanya terbentur tempat tidur hingga mengeluarkan darah.
"Aaawwww..".teriak Nabila.
"Kakak...". Adit terbelalak melihat apa yang terjadi di depan matanya dan bergegas membangunkan Nabila.
"Dahi kakak berdarah kak". Aditya memegang darah yang keluar dari dahi Nabila.
"Cukup paman". Aditya mendorong Johan.
"Dasar bocah ingusan, (Buuughhh)". Johan memukul muka Aditya hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah segar.
"Adit...!!". Teriak Nabila sambil mencoba melindungi Adit.
"Aku mohon paman, aku mohon jangan sakiti Adit". Nabila terus menghalangi Johan yang hendak memukul.
Johan menyeringai jahat, dan kembali melayangkan pukulan, dengan pasrah Nabila kena pukulan Johan tanpa menghindarinya.
Lebih baik aku yang kena pukul paman , daripada Aditya yang harus kena pukul.
Aaaaaawwwwww, ini sakit sekali ya Tuhan..!
"Ini dia yang aku cari-cari". Johan menyeringai kemudian pergi meninggalkan Nabila dan Aditya.
Aditya berusaha mencegahnya dengan memegangi kaki Johan, Johan pun sontak menendang Aditya hingga tersungkur.
Nabila mencoba menghalangi dan merebut sertifikat itu Namun Johan malah menampar Nabila berkali kali, dan tak segan mendaratkan pukulan di wajah Nabila.
Nabila pasrah dengan apa yang terjadi, dia hanya bisa menangis sambil memeluk Aditya. dan membiarkan Johan pergi membawa sertifikat rumah itu.
Yaa Tuhan kenapa ini semua terjadi padaku dan Aditya, padahal kuburan nenek saja masih basah. Kalau paman menjual rumah ini aku sama adit tinggal dimana. Nabila menangis sesenggukan memeluk Aditya.
--------
keesokan harinya
Di Sekolah
"Lis , Nabila masih belum masuk". Rendy duduk di samping Lisa.
"Iya nih Ren, aku juga udah berusaha hubungi ponselnya tapi ngga aktif". Jawab Lisa.
"Rencananya pulang sekolah, kami mau kerumahnya, kamu ikut aja". Sahut Maya sambil menyeruput es jeruk di hadapannya.
"Okey deh, nanti sepulang sekolah gue tunggu di parkiran ya". Rendy beranjak dari duduknya kemudian meninggalkan Lisa dan Nabila yang masih duduk di kantin.
"sipp". Jawab Maya sambil mengacungkan jempolnya.
Setelah Jam pulang sekolah Rendy, Lisa dan Maya mengendarai motornya menuju rumah Nabila. Hanya butuh waktu 25 menit mereka sudah sampai di rumah Nabila.
Di Rumah Nabila
"Assalamualaikum Bil". Lisa mengucapkan salam sembari mengetuk pintu rumah Nabila.
"Walaikumsalam". Nabila membuka pintu.
"Bil Lo apa kabar?". Tanya Lisa dan Maya sambil memeluk Nabila.
Duuhhh bagaimana aku menjekaskan sama mereka kalau mereka tanya memar dan luka di muka ku. Nabila
"Aku Baik, mari masuk". Nabila menundukkan wajahnya takut dua sahabatnya dan juga Rendy melihat wajahnya yang luka dan penuh memar.
"Tunggu deh Bil, muka kamu kenapa kok memar-memar gitu, dahi kamu ini kenapa". Maya menunjuk memar dan luka di wajah Nabila.
"Aku tidak sengaja terpleset di kamar mandi sampe terjatuh jadi gini deh". Nabila menjawab dengan terbata.
"Ngga ..ini ngga mugkin karena terjatuh ". Rendy mendekati Nabila dan menatap lekat wajah Nabila.
"Kamu jujur sama aku, kamu kenapa ". Rendy memegang kedua pipi Nabila.
"Aku..Aku...". Nabila reflek memeluk Rendy dan menangis.
Hal itu tentu saja membuat Rendy dan kedua sahabatnya semakin khawatir.
"Tenangkan lah dulu hatimu, menangis lah , keluarkan semua beban di hatimu " .Bisik Rendy kepada Nabila yang masih berada dalam pelukannya.
"Kamu yang sabar ya Bil". Lisa mengusap-usap punggung Nabila.
Setelah Nabila merasa sedikit lega, Nabila menceritakan apa yang terjadi kepada dirinya dan Aditya sambil berderai air mata.
Lisa dan Maya memeluk erat Nabila, dan mereka pun ikut menangis.
Sialan ..!!, sampai kapan dia akan terus mengganggu Nabila. Rendy
"Aku harus cari Johan". Rendy mengepalkan tangannya , wajahnya merah padam dan matanya mengisyaratkan kemarahan yang memuncak.
"Jangan Ren, aku tidak mau kamu terbawa dalam masalahku". Nabila menggenggam erat kedua tangan Rendy berharap Rendy mengurungkan niatnya.
"Tidak bil, dia sudah keterlaluan , ini sudah tidak bisa didiemin lagi. Johan harus kuberi pelajaran". Rendy menatap wajah Nabila.
"Tapi Ren, aku tidak mau kamu kenapa-kenapa karena masalahku dengan paman". Nabila terus berusaha meredam kemarahan Rendy.
"Nabil, aku tidak bisa melihat kamu menderita, lihat lah apa yang dilakukan Johan padamu sampe wajahmu penuh memar dan luka seperti itu". Api kemarahan terus berkobar di dada Rendy tat kala melihat kondisi wajah Nabila.
"Ren, ku mohon , kamu tidak mau kan melihat paman semakin menggila menyiksaku dan Adit, urungkan niat mu membalas paman itu hanya membuat paman semakin marah sama aku dan Adit". Nabila merapatkan kedua tangannya memohon kepada Rendy.
"Baiklah, tapi kamu harus janji jangan sungkan untuk meminta bantuanku". Rendy menggengam erat tangan Nabila.
"Apa luka dan memarnya sudah kamu obati bil?". Rendy menyentuh pelan memar diwajah Nabila.
"Sudah Ren, sudah aku obatin, sebentar lagi juga sembuh kamu ngga usah khawatir". Nabila menatap wajah Rendy yang nampak cemas.
"Ya sudah kalo begitu, Lain kali kalau Johan datang kamu hubungi saja aku Bil, aku pasti akan langsung kesini". Rendy mengulum senyum.
"Terimakasih Ren". Nabila tersenyum.
Rendy dan kedua sahabat Nabila mencoba menghibur Nabila dan Aditya , agar mereka bisa melupakan apa yang sudah menimpa mereka.
-------
Di kediaman Rangga
Saat ini Rangga sedang gelisah , karena Wajah Nabila terus saja melintas di pikirannya. Semalaman Rangga sudah coba menghubungi Nabila namun ponsel Nabila tak kunjung aktif, hanya operator saja yang menjawab panggilan Rangga.
"Kenapa dari kemarin nomer Nabila susah sekali di hubungi". Gumam Rangga sambil memutar-mutarkan ponsel ditangannnya.
"Sebaiknya aku hubungi Iwan saja". Rangga mencari kontak Iwan di ponselnya.
"Hallo Iwan ". Panggilan Rangga sudah di jawab Iwan setelah beberapa saat menunggu.
"Hallo tuan muda, ada yang bisa saya bantu?". Jawab Iwan di ujung telfon.
"Nabila hari ini masuk kerja ngga".Tanya Rangga spontan.
Ada apa ini, kenapa tuan muda menanyakan Nabila, tumben sekali padahal selama ini tuan muda tidak mau tau urusan pegawainya. Iwan.
"Sudah 3 hari Dia ngga masuk tuan, apa saya harus memecatnya?".Tanya Iwan.
"Berani lo mecat dia, gue yang akan mecat lo!!". Ancam Rangga kepada Iwan.
Loh loh kenapa jadi aku yang kena. Iwan.
"Baik tuan, saya tidak akan memecatnya" . Jawab Iwan lirih.
"Lo tau dia kemana?". Tanya Rangga.
"Dia bilang sama saya nenek nya meninggal tuan". Iwan masih bingung kenapa Rangga tiba-tiba menayakan Nabila.
"Ya sudah kalo begitu". Rangga memutus sambungan telfonnya.
Kenapa tuan muda nanyain Nabila, apa tuh anak buat masalah lagi dengan tuan muda?. Gumam Iwan.
Di Rumah Nabila
Senja sudah berganti malam , bintang-bintang nan cantik sudah bermunculan menghiasi gelapnya langit malam.
Suasana malam hari di ibukota sangat ramai, lampu-lampu jalananan menambah suasana ibu kota semakin terlihat indah walaupun kendaraan masih hilir mudik memadati jalan raya.
Tok...tok...tok...
"Iya sebentar". Sahut Nabila dari dalam kamar.
Nabila membuka pintu, dan betapa terkejut saat yang datang adalah Rangga.
Dia.?, ngapain dia datang kesini?, apa dia akan memecatku gara-gara aku 3 hari tidak masuk kerja. Nabila.
"Tuan Muda?. ada apa ya tuan muda malam-malam kesini? ". Nabila terkejut dengan kedatangan Rangga.
"Gue ngga disuruh masuk dulu nih?". Rangga menunjuk arah pintu masuk dimana Nabila berdiri.
"Eh maaf tuan, mari silakan masuk, silakan duduk". Nabila mempersilahkan.
"Tuan muda mau minum apa?". Nabila menundukkan kepalanya.
"Air putih saja, tapi yang dingin".Jawab Rangga.
"Baik , saya permisi sebentar ya tuan". Nabila bergegas menuju dapur meninggalkan Rangga.
"Tunggu" . Rangga menarik tangan Nabila.
Ada apa lagi sihh ini, kenapa dia suka banget narik-narik tanganku. Nabila.
"Muka kamu kenapa?". Rangga mencoba memegang wajah Nabila.
Apa?, kamu?, aku tidak salah denger kan dia manggil aku kamu, biasanya kan lo gue . batin Nabila.
"Kamu kok malah melamun". Rangga melihat Nabila yang malah termenung.
"Maaf, tadi tuan muda ngomong apa?". Nabila tersentak dari lamunannya.
"Wajah kamu kenapa?, kenapa bisa memar-memar seperti itu?" . Tanya Rangga sambil memegang wajah Nabila.
Kenapa dia jadi sok akrab begini sih, mana pegang-pegang muka ku lagi. Gumam Nabila dalam hati.
"A..Aku tepleset dan ngga sengaja muka ku kepentok tembok". Jawab Nabila berbohong.
"Benarkah?". Rangga merasa jawaban Nabila tidak masuk akal.
"E... Kamu ada perlu apa malam-malam kesini".Tanya Nabila.
"Aku dengar nenek kamu meninggal dunia, Aku turut berduka cita yaa". Rangga memegang erat kedua tangan Nabila.
"Iya terimakasih tuan muda". Nabila segera melepaskan tangannya dari genggaman Rangga.
"Kamu ngga mau jujur sama aku tentang memar-memar di wajah kamu itu?". Rangga merasa jawaban Nabila tidak masuk akal.
Kenapa tiba-tiba dia jadi lembut begini dan sok perhatian begini sihh. Nabila.
"Aku beneran tidak apa-apa tuan, hanya kepleset saja". Nabila menundukkan pandangannya.
"Baiklah aku percaya". Sebenarnya Rangga masih tidak percaya dengan alasan Nabila, tapi ya sudahlah Nabila tidak akan mungkin mau cerita yang sebenarnya pikirnya.
"Aku dengar kamu masih sekolah ya?". Tanya Rangga sambil meminum minuman yang di suguhkan Nabila.
"Iya tuan, aku masih sekolah kelas 3 SMA". Nabila mengulum senyum.
"Bentar lagi lulus dong". Rangga sempet terpukau dengan senyuman Nabila.
"Iya, tinggal beberapa bulan lagi, 2 minggu lagi juga mau ujian". Sambung Nabila.
"Rencana mau kuliah dimana?". Rangga menatap lekat wajah Nabila.
Kenapa dia menatapku seperti itu , ya Tuhan kenapa jantung ini berdebar-debar. Nabila berusaha menguasai diri agar tidak terlihat oleh Rangga kalau dia sedang grogi.
"Belum tau, aku masih nyari-nyari universitas yang ada program beasiswanya". Nabila berusaha terlihat santai.
Dia kesambet setan apa ya, kok bisa mendadak baik, lembut, sopan lagi.Batin Nabila.
"Kayanya aku harus pulang sekarang, ini sudah malam kamu juga harus istirahat". Rangga beranjak dari tempat duduknya.
"Mari aku antar ke depan". Nabila mengikuti langkah Rangga menuju mobilnya.
"Aku balik dulu ya , Bye". Rangga menghentikan langkahnya dan menatap lekat wajah Nabila.
Wajahmu itu mengalihkan duniaku, gue ngga tau perasaan apa ini , tapi rasanya gue ngga mau berhenti melihat wajah dan senyumnya. Dia tetep kelihatan cantik walaupun ada memar-memar diwajahnya. Rangga tersenyum.
"Hati-hati ". Nabila tersenyum tipis.
Saat Rangga hendak membuka pintu mobil, tiba-tiba dia berbalik dan berjalan menghampiri Nabila.
Nabila hanya mengernyitkan dahinya melihat Rangga berbalik menghampirinya.
"Aku mau minta maaf , waktu itu sudah menyerempet kamu dan meninggalkanmu begitu saja". Rangga memegang erat tangan Nabila.
Kenapa aku malah jadi tambah deg degan gini sihh. Batin Nabila.
"Oh itu, aku sudah memaafkanmu tuan, dan sudah melupakannya". Nabila tersenyum dan bergegas melepaskan tangannya dari genggaman Rangga.
"Ini sudah malam sebaiknya, kamu pulang". Nabila menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Aku ini kenapa, kok jadi salting gini sihh. Nabila.
"Iya, aku balik dulu ya, makasi udah maafin aku". Rangga tersenyum kemudian meninggalkan Nabila menuju mobilnya.
"Iya, hati-hati ya". Nabila melambaikan tangannya.
Setelah Mobil yang di kemudikan Rangga menghilang dari pandangannya, Nabila bergegas memasuki rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Yudi
ada visual nya kah?
2020-11-14
1
Sept September
semangat kakakkkk 🤗
2020-09-15
1
Aisy Hilyah
makin tersiksa hidup Nabila yang kuat bila
2020-09-07
0