Kirana bersekolah kembali setelah kepulangan dari negara kedua tempatnya tinggal lebih dari dua minggu yang lalu. tidak banyak orang tahu dari keluarga mana dia berasal, ia lebih suka berpenampilan biasa saja dengan kacamata culunnya menyembunyikan paras cantiknya agar tidak memberi banyak masalah dikemudian hari, ia menginginkan ketenangan selama menjalani hari-hari disekolah agar tidak menimbulkan ketidak suka an gadis lainnya atau dikejar-kejar oleh para pemuda penebar pesona. hanya keluarga dekatnya dan pekerja rumahnya yang mengetahui seperti apa paras Kirana tanpa kacamata tebalnya.
"Mom" peluk Wijaya, "kita berangkat dulu. Momi mau kemana hari ini"
"Momi ingin pergi ke Bandung sebentar dengan granddad dan kakek" senyum momi Kaila.
"take care, nanti pulang sekolah Wijaya akan menyusul" lambai tangan Wijaya yang sudah ditunggu Kirana.
"hati-hati. jangan ngebut" ingatkan Momi Kaila sebelum kendaraan roda dua anak kembarnya meninggalkan halaman rumah keluarga Prayoga. Kirana memberi tanda Ok dengan jemarinya sambil merapatkan tubuhnya dipunggung badan Wijaya yang sudah menjalankan kendaraan dengan pelan.
"cih, gadis culun. ketemu lagi kita" decih teman sekelasnya melihat kedatangan mereka berdua. Kirana melepas helmet dan menyerahkannya kepada kakaknya Wijaya.
"nanti pulang, aku samperin ke kelas" lepaskan jaket pelindung Wijaya dari tubuh Kirana, Kirana mengangguk pelan.
"lebay banget sih kalian berdua, gitu aja sok dipamerin" katanya kesal.
Wijaya dan Kirana tidak memperdulikan omongan teman sekelas Kirana yang selalu terlihat tidak suka dengan Kirana. "masuk dulu kak" kata Kirana melambaikan tangan sebelum menghilang dibalik pintu kelas, Wijaya berjalan menuju kelasnya yang berada di pojok lorong sekolah.
"udah datang Rana" seru seseorang melambaikan tangannya kuat-kuat ketika melihat sosok Kirana masuk kedalam kelas.
"gurunya belum datang" tanya Kirana menghempaskan badannya ke kursi kosong disebelah gadis yang sudah heboh tadi. "belum masih ada sekitar 10 menit sebelum bel berbunyi" kata Sisy. Kirana menaruh ransel dilengan kursi tempat duduknya.
"hai, Rana" sapa seorang pemuda melihat Kirana yang sudah terlihat cantik walau dengan kacamata culunnya. "ssshh... pergi sana Arka, jangan ganggu. pagi-pagi udah dateng aja. kayak jaelangkung tau nggak sih lo" kibaskan tangan Sisy seperti mengusir roh jahat. pemuda yang dipanggil Arka itu mencibirkan mulutnya kedepan melihat aksi Sisy yang bar-bar.
"enak aja lo ngatain gua jaelangkung. asal lo tau aja ya. gua itu keturunan langsung dari mak lampir tau nggak loh" tantang Arka tidak mau kalah dari Sisy. Kirana menatap kedua orang yang selalu bertengkar setiap pagi di hari-hari sekolah. Ia memejamkan mata sesaat mendengar kebisingan suara mereka berdua seperti mendengar putaran saluran channel radio yang sedang rusak.
"Rana, kenapa kamu diam saja melihat Arka begitu" sungut Sisy tidak terima.
"capek rasanya melihat kalian seperti Tom and Jerry yang setiap pagi beradu argument dan selalu tidak ada yang mau mengalah" tatap Kirana datar.
"ckckck, dasar. nggak ada makhluk lain apa ya, kenapa dia melulu yang gue liat tiap pagi" gerutu Sisy mengerucutkan bibir kedepan.
"alamak, ngapain mereka pada berkerumun begitu mau ada pembagian tiket konser atau apa" kerut Sisy melihat lorong tampak riuh oleh banyak siswi. Kirana meletakkan kepalanya dimeja beralaskan tangan kanannya tanpa mau perduli dengan keadaan diluar kelasnya.
"pagi anak-anak, ibu mau memperkenalkan wali kelas kalian yang baru, ada guru baru yang belum lama kembali ke Indonesia, jadi kalian akan bersama-sama belajar banyak hal di semester ini" senyum wali kelas Kirana yang lama.
"hallo, salam kenal. perkenalkan aku Alexandre. mulai semester ini aku menjadi teman kalian sekaligus menjadi pendamping kalian di bidang olahraga" angguknya memperkenalkan diri didepan kelas Kirana.
seketika Kirana menegakkan badannya mendengar suara yang tidak asing ditelinga hingga mereka saling menatap satu sama lain. Alexandre menatap intens paras cantik Kirana dalam balutan kacamata culunnya, ia masih saja tampak cantik dan mempesona dimata seorang Alexandre Berardi.
"kenapa makhluk ini bisa sampai kesini, apa dia tidak belajar juga" gumam Kirana tidak habis pikir. "dan yang lebih membuat kesal adalah kenapa dekat denganku"
"kalo begitu, saya tinggal dulu pak Al" senyum ibu guru sebelum meninggalkan ruangan kelas seketika membuat Alexandre kembali ke dunia nyata.
"terimakasih bu" angguk Alexandre menundukkan pelan kepalanya. Alexandre segera menatap semua penghuni kelas dengan seksama.
"baiklah, aku ingin mengenal satu persatu penghuni kelas ini, akan aku lihat daftar nama kalian" ambil kertas Alexandre berisi nama student. hingga tiba dia mengucapkan nama Kirana di nomor absent yang pertama.
"wait, AdiKirana B. apa kepanjangan B itu" tatap Alexandre menahan senyum ingin melihat reaksi Kirana jika dia menggodanya didepan kelas tempatnya sekarang mengajar untuk bisa mendekati gadis itu.
"nama orang tua yang ingin ada dinama anak-anak nya pak" sahut Kirana kesal karena tahu pasti dia akan dikerjai habis-habisan oleh Alexandre kali ini, apalagi dia sekarang sudah menjadi guru pembimbing olah raga.
"ya, aku tau. pasti orangtua mu yang memberi nama bukan kamu sendiri, masak iya saat baby kamu sudah bisa memberi nama dirimu sendiri" goda Alexandre, seisi kelas seketika tertawa mendengar candaan Alexandre justru malah membuat Kirana bertambah kesal hingga memejamkan mata sesaat untuk menahan emosinya. "Bagaskara".
"okay, aku tahu. maaf jika membuatmu tidak nyaman, aku tidak bermaksud begitu, kamu terlihat tidak suka ada aku disini" tatap Alexandre terus terang, Kirana menatap tajam Alexandre seakan-akan ingin melayangkan pukulan bertubi-tubi kepadanya dan menantangnya berkelahi.
"sweet" ujar Alexandre lirih saat Kirana berada didekatnya. Kirana menoleh melirik Alexandre tajam.
"aku tunggu diruanganku, akan aku jelaskan" katanya pelan, Kirana tidak mau menanggapi perkataan Alexandre lebih lanjut, sambil lalu menuju keluar kelas untuk ke kantin.
"datang sekarang" sebuah pesan masuk dari ponselnya namun tidak digubris oleh Kirana yang segera menghapus chat itu.
lama tidak dibalas dan tidak melihat kedatangan Kirana keruangannya membuat seorang Alexandre gelisah, ia sesekali melihat kearah pintu berharap Kirana datang dan menemui dirinya agar dia bisa menjelaskan semua hal kenapa dirinya bisa ada disini.
"oh, God, kenapa anak itu lama sekali. bikin jantungku tidak baik-baik saja menunggunya. lebih baik berkelahi hingga berjam-jam daripada begini"
"Wijaya, bisakah aku berbicara dengan Kirana sebentar" tanya Alexandre ketika melihat mereka berdua akan meninggalkan parkiran kendaraan.
"tentu saja, bisakah datang kerumah nanti, tidak akan baik jika kalian berbicara disini dan membuat anak lain mengatakan yang tidak-tidak tentang kalian" angguk Wijaya memakai helmet nya menatap Alexandre.
"tentu saja, terimakasih. aku akan mengikuti kalian dibelakang, aku tahu harus bagaimana"
"Ok, see U"
Kirana terlihat menekuk parasnya saat memasuki rumah keluarga Momi nya karena tidak suka melihat semua keluarganya menganggap pemuda itu bagian dari keluarga.
"nona, coklat dinginnya" letak salah satu pekerja dirumah keluarga Prayoga.
"makasih mbak, taruh aja di meja. Kira mau bersih-bersih dulu" Kirana segera masuk kedalam ruangan pribadinya.
setengah jam kemudian Kirana menuruni tangga memakai t-shirt dan celana joger kesukaan nya.
"mbak, kakak makan tidak" duduk Kirana meraih gelas cokelat dinginnya dan meminum setengahnya.
"tuan Wijaya masih ada diruangan pribadinya nona K" datang penjaganya.
"tapi ada yang mau menemani nona untuk makan" kata penjaganya membawa masuk Alexandre yang segera duduk disamping Kirana.
"makasih bang" angguk Kirana menyesap coklatnya hingga tak bersisa dan segera beranjak dari tempatnya duduk meninggalkan Alexandre sendirian.
"sweetie" ikuti Alexandre.
"I'm not your sweet"
"honey"
"I'm not your honey"
"baby"
I'm not your baby"
"sugarbaby"
"stop it"
"berhenti disitu Alexandre Berardi" balik badan Kirana tiba-tiba hingga jarak mereka berdua sangat dekat karena Alexandre mengikuti langkah Kirana sangat dekat.
"just call me Al or A" tatap Alexandre tepat di manik netra Kirana yang membuatnya terbius dan tidak bisa berpaling.
netra Kirana berkilat marah, ia segera memejamkan matanya untuk menahan emosinya. hal itu membuat Alexandre tersenyum dan segera mengecup singkat bibir Kirana yang terlihat menggoda.
Hai.... Hai... Hai... all readers, terimakasih telah berkunjung ke karyaku, terimakasih semuanya.
Luv... Luv... Luv... U all readers sekebon pisang goreng.
terus like dan subscribe karya-karya ku ya all readers.
terimakasih banyak semuanya.
stay healthy all
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments