keempat mobil itu beriringan menuju sebuah cafe yang tenang dipinggiran kota, ketiga saudara kembar itu segera masuk kedalam tempat cozy itu.
"black" tunjuk Kirana, Wilaga mengangguk dan memberi isyarat dengan jemarinya tanda 3 untuk minuman mereka.
Alexandre tersenyum mendekat kearah mereka, ia memberi salam kepada Wilaga dan Pramana tanpa melepaskan pandangannya ke arah Kirana yang terlihat tidak terganggu dan asyik menikmati penampilan musisi jalanan yang tidak jauh didepannya.
"maaf karena aku mengagetkan kalian tadi" ujar Alexandre duduk disamping Wilaga merasa tidak enak hati kepada calon kedua ipar kembar kekasih hatinya, Wilaga mengibaskan kedua tangannya tanda tidak apa-apa.
"kamu pesan apa" tanya Pramana menyodorkan booklet kedepan Alexandre. "hot chocolate" senyum Alexandre tetap menatap Kirana yang tidak terusik dengan kehadirannya.
"kenapa kalian keluar" sandarkan bahu Alexandre kebelakang, "karena dia akan pulang ke Indonesia nanti malam" isyarat jemari Wilaga, Alexandre sedikit terkejut dengan perkataan Wilaga barusan. "benarkah, kenapa tiba-tiba sekali"
"dua hari lagi dia masuk sekolah, ini juga sudah terlalu mepet waktunya dia akan ngantuk" acak rambut Wilaga gemas, Kirana tidak memperlihatkan reaksi yang memperlihatkan kekesalannya terhadap kelakuan Wilaga, Alexandre mengamati Kirana yang tidak mau berbicara dengan nya hari ini.
"tumben sendirian" tanya Pramana menyesap black coffee hitamnya. "lagi pingin sendiri, tapi nggak pernah sendirian bukan" senyum masam Alexandre menjawab pertanyaan Pramana.
Kirana melirik sekilas Alexandre karena mendengar jawaban yang menurutnya tidak jauh beda dengan keadaan dirinya. lahir dan besar di keluarga pebisnis yang mempunyai pengaruh luas, membuat mereka terkadang tidak lagi seperti anak-anak lainnya yang bisa bebas kemanapun mereka mau. ada banyak hal yang terkadang membuat mereka harus berpikir berulangkali untuk melakukan sesuatu.
"apakah kalian akan ikut pulang" tanya Alexandre kemudian setelah melihat Kirana yang meliriknya tadi.
Pramana menggeleng menyilangkan kedua tangannya didepan dada, "no, Momi dan granddad yang akan menemani adek pulang. Momi kangen dengan suasana rumah kakek".
"berarti lama dia akan datang kesini lagi" tanya Alexandre pelan, Wilaga mengangguk. "tentu, school in Indonesia jauh lebih berat daripada disini. aku rasa begitu sih. tapi dia lebih suka disana dengan Wijaya".
Alexandre menghela nafasnya panjang terlihat diam beberapa saat sambil melihat penampilan musisi jalanan itu.
Kirana melambaikan tangan memesan makanan yang ingin dicicipi nya dan menunjuk yang ada di booklet menu.
"sebentar lagi kita akan berkumpul disana karena dia akan bertambah usia" kata Wilaga pelan, Alexandre menoleh cepat karena dibuat shock lagi. "banyak yang tidak aku tahu" tanya Alexandre lagi. Wilaga mengendikkan bahu, "tentu saja. informasi keluarga kita agak sulit bukan, walau kamu mencarinya dengan jaringan bawahmu" tatap Wilaga, Alexandre tersenyum mengangguk pelan, ekspresi yang jarang diperlihatkan kepada orang lain yang bukan orang-orang terdekatnya. Wilaga melihat perubahan ekspresi wajah Alexandre yang terkesan agar Kirana tidak mengetahuinya.
"apakah kamu juga mencari tahu" Pramana menatap Alexandre sebentar.
"harus, jika menyangkut kepentingannya, if you ask directly then I will be happy to answer your questions, all... without anything to hide" kata Alexandre pelan.
Wilaga tertawa pelan, "tentu saja dengan kamu mengedipkan mata, mereka akan segera tersebar. terkadang merasa takut melihat kelakuanmu itu, Al" kata Wilaga terang-terangan. Alexandre meminum sedikit coklat panas nya. "jangan, aku tidak ingin membuatnya takut, itu bukan tujuanku"
Kirana menerima makanannya dan segera memakan tanpa menawari yang lainnya.
"aiishh, kebiasaan jelek dek. kenapa nggak menawari yang lain dulu" tanya Wilaga menatap makanan Kirana, "laper" cengir Kirana merasa tidak bersalah.
"apa kamu masih mau mendekatinya, melihat kelakuannya kayak gini" toleh Wilaga, Alexandre tersenyum menatap Kirana yamg terlihat menggemaskan karena makanan yang menggembung di pipinya. "nope"
"kenapa kamu menyukai adek ku, padahal tidak sedikit gadis yang lebih darinya mendekati mu walau dengan tujuan tertentu" hela nafas Wilaga.
"karena hatiku yang memilihnya, sejak melihatnya aku tidak lagi bisa melihat gadis lain, walau saat itu tidak disengaja melihatnya dirumah sakit sedang bersama kalian dan Momi kalian disana"
"benarkah, kita semua ada dirumah sakit bersama-sama. hal itu jarang terjadi kan, kak" toleh Wilaga meminta persetujuan Pramana.
"iya, hanya sekali saat itu. saat grandmom sakit dan kita bergegas kesini" teringat Pramana kapan mereka semua berkumpul.
"ya, tepat. saat itu aku melihatnya duduk dan terlihat sedih menemani Momi kalian"
Wilaga menoleh menatap paras adek kembarnya lekat. "tidak mengira gadis tengil gini banyak yang suka, udah jelek gini masih aja banyak yang menaruh hati" gumam Wilaga.
"benarkah, siapa yang menyukainya" tatap Alexandre sedikit tidak suka.
"kenapa, kamu kira hanya dirimu yang menaruh hati padanya"
"tidak, aku merasa sulit untuk membuatnya melihatku. dari tadi pagi kita bertemu dan aku sudah mengumpulkan niatku untuk mendekatinya tapi dia sama sekali tidak bergeming melihatku"
Pramana menatap paras Alexandre sekilas lalu melihat kembali kearah Kirana yang lahap memakan makanannya.
"aku mendukungmu untuk mendapatkan perhatiannya. walau belum begitu mengenalmu tapi aku mempercayakan adek perempuan ku satu-satunya kepadamu. entah mengapa, tapi aku sangat mempercayaimu" kata Pramana tegas. Alexandre sedikit menegakkan posisi duduknya dan tersenyum mengangguk sambil melihat paras Pramana. "terimakasih, it means a lot to me, I will definitely protect her with my life" senyum Alexandre bersungguh-sungguh.
Kirana meletakkan peralatan makannya kesal mendengar pembicaraan mereka bertiga yang membuatnya sedikit panas dikuping. "aku bukan barang yang bisa dititipin kesiapa saja, aku bukan orang yang hanya duduk menunggu orang lain membantuku. aku sama sekali tidak suka dengan perkataan kalian bertiga, dan kamu.... tuan muda Bernardi, aku tidak suka dengan parasmu apalagi menyukaimu. jadi jangan berharap lebih dariku. cari gadis lain yang yang membuatmu mampu kamu taklukkan" kata Kirana berdesis menahan marah.
"dek" tatap Wilaga menenangkan Kirana yang cenderung dingin pada orang lain selain keluarganya. jika tidak keterlaluan maka dia lebih baik menghindar dan menjauh dari masalah.
"apa, jika kak Aga dan kak Mana mau memberi jalan untuknya mendekati Kirana, silahkan saja. terserah kalian tapi tidak bagiku, aku sudah mengatakan sekarang kalo cari aja gadis lain yang mau dengannya. that's it" tatap Kirana berapi-api. Wilaga mengusap punggung belakang Kirana lembut.
ia segera menenggak kopi hitamnya dengan cepat dan beranjak dari tempat duduknya.
"aku ingin pergi sekarang, jika kakak berdua masih ingin menemani nya disini maka aku akan pergi sendiri"
Wilaga menyesap kopinya dan segera mengikuti langkah Kirana. Pramana meminta maaf karena kelakuan Kirana yang sedang tidak enak hati, Alexandre tersenyum mengangguk, mengerti dengan kelakuan Kirana dan mempersilahkan kakak iparnya yang lebih muda darinya untuk segera pergi mengikuti Kirana.
Alexandre kembali duduk dan menyesap coklat panasnya pelan. Ia masih harus lebih banyak bersabar untuk memahami perasaan Kirana, entah kenapa hanya dengan melihatnya mampu membuat seorang Alexandre yang terkenal dingin, orang yang tidak suka mengampuni orang lain saat berhadapan dengannya ketika membuat masalah seperti tidak berdaya mendengar perkataan gadis itu. hatinya seakan tidak mau membuat kesedihan hati gadis pujaannya itu.
entah mengapa, melihat netra Kirana membuatnya teduh dari yang semula ingin menghabisi seseorang berubah seketika hingga anak buahnya yang sudah lama ikut dengannya merasa heran, padahal musuh sudah didepan mata dan tinggal mengeksekusi sedikit lagi di rumah sakit kala itu malah dibiarkan oleh Alexandre.
Kirana menaikkan tudung Hoodie agar parasnya tidak terlihat merah padam saat itu. Wilaga hanya berjalan tenang dan santai saat disisi Kirana.
"kenapa semua orang seperti ingin aku mengenal cowok ini, memangnya kalo dijodohkan akan berubah jadi bahagia apa, hanya di negeri dongeng aja hal seperti itu terjadi. cih.."gerutu Kirana tidak suka.
"aku tidak mau dijodoh-jodohin begitu, aku masih sekolah. nggak mau memikirkan percintaan yang menguras energi begitu" kata Kirana kesal. Pramana menghela nafasnya panjang.
"kakak tidak bermaksud untuk sejauh itu dek, dia hanya ingin mengenalmu saja. tidak ada salahnya kan, sejauh dia baik dan tidak melakukan hal-hal yang jahat kepadamu, kakak rasa seperti mereka yang selalu memiliki rasa kepadamu"
"kenapa dengan nya kamu sedikit kesal padahal dengan yang lain sikapmu biasa aja, cenderung tidak menanggapi. kenapa dengan Alexandre Berardi kamu sangat kesal" tambah Wilaga.
Kirana menghela nafasnya dan membuka tudung Hoodie nya cepat. "entah"
"apa kamu ada rasa padanya dan agar tidak ketahuan kamu menolaknya mentah-mentah"
"tidak, aku tidak menyukainya" jawab Kirana tenang kembali
Hai... Hai.. Hai.... all readers. dukung dong karya kalang "debaran kalbu". dengan like kalian setelah membaca maka akan meningkatkan semangat kalang untuk terus menulis agar kalian juga menikmati membaca sampai tamat nanti.
Luv.... Luv... Luv.... U all readers sekebon pisang goreng.
stay healthy all
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments