pekerja rumah Bagaskara tersenyum lebar ketika Kirana, nona muda mereka berjalan sambil melompat-lompat dengan riang saat menuju rumah belakang. "nona" lambai pekerja sambil membawa roti manis kesukaan nona muda satu-satunya dikediaman Bagaskara itu. Kirana tertawa melihat pekerja yang memanggilnya itu sedang membawa baki setelah memanggang roti.
"the aroma is very tempting" dekati Kirana cepat menghirup aroma dari roti baked. "tentu nona, spesial hanya untukmu. bawa ke Indonesia agar mereka kangen untuk kesini" angguk nya tertawa, Kirana mengangguk sambil menggembungkan kedua pipinya karena kebanyakan roti didalam mulutnya. pekerja itu tertawa dan bersama-sama melangkah masuk kedalam rumah belakang tempat para pekerja berkumpul untuk melakukan kegiatan apapun.
"nona" senyum pekerja yang paling muda menggeser tempatnya duduk untuk mempersilahkan Kirana duduk disampingnya.
"aahh, makasih banyak. makan apa kita hari ini" kata Kirana mengangguk dan ikut dalam lingkaran meja makan.
"aku ikut" datang Pramana tiba-tiba dan duduk disamping adik kembarnya itu.
"kakak mengganggu saja" kerucut mulut Kirana, mereka tertawa melihat tingkah tuan dan nona mudanya.
"disini ada banyak makanan yang harus dihabiskan" acak rambut Pramana gemas, Kirana menghela nafasnya menunggu giliran untuk mengambil sup ikan.
"nanti malam, Momi dan Kirana akan pulang ke Indonesia" suap Pramana sambil menatap para pekerja, mereka mengangguk.
"aku ingin mengajaknya keluar untuk menikmati malam dan langsung menuju bandara mengantarnya" ucap Pramana, mereka sekali lagi menganggukkan kepalanya mendengar perkataan tuan mudanya itu.
"kenapa kalo kak Pramana yang bicara, suasana jadi tegang gini" topang dagu Kirana menatap para pekerja yang sedang makan.
"ngomong-ngomong siapa tadi yang bikin motor kecilku tergores" lirik Pramana mengalihkan perhatian kepada adik perempuan satu-satunya itu, Kirana nyengir menoleh menatap kakak kembar pertamanya.
"abis belokan tadi terkena ranting pohon" jawab Kirana memberi alasan. Pramana mengangguk mengunyah makanannya dengan pelan, dia tidak mungkin memarahi adiknya karena pasti akan membuatnya sedih berhari-hari memikirkan kesalahannya.
"berapa yang mau ngikutin kita" tanya Kirana meminum air mineral yang ada di gelas didepannya.
"harusnya 6 orang non" jawab salah seorang pekerja, Kirana menggeleng, "no" jawab Kirana singkat, Pramana mengangguk.
"dua non" kata penjaganya, Kirana mengangguk. "makasih bang" angkat alat makan Kirana karena menuruti permintaan nya, penjaganya tersenyum menatap tuan mudanya dimana Pramana memberi isyarat dengan jemarinya tanda 4. penjaganya mengangguk mengerti.
"dek, kita akan merayakan ulang tahun dimana" tatap Pramana. Kirana menghela nafasnya menggelengkan kepala
"bisakah jangan ada lagi perayaan yang membuatku terkejut, cuman di panti aja atau bersama kakek. it's Ok" jawab Kirana.
Pramana mengangguk, "tentu saja. kita akan mengingat hal itu, karena kurang dari sebulan kita sudah bertambah usia, 17 bukan waktu yang sebentar bukan" jawab Pramana mengendikkan bahunya. Kirana tidak menjawab, terlihat menikmati makan malamnya.
"apakah Wijaya baik-baik saja disana" tanya Pramana meminum air mineralnya, Kirana mengangguk pelan.
"terlalu baik malah, dia selalu menikmati mengelilingi perkebunan yang membuatnya menghasilkan uang" jawab Kirana berdecak kesal. "jika ada libur sekolah atau waktu luang. maka aku harus menemaninya berada di kebun" kata Kirana, Pramana tersenyum mengusap punggung Kirana lembut.
"itu passion nya menyukai tanaman seperti grandmom isn't" ujar Pramana. Kirana mengangguk beberapa kali.
"aunty Sol, roti baked tadi titip ke Momi untuk dibawa ya, aku dan kakak akan jalan-jalan dulu" kata Kirana.
"siap non, rebes pokoknya" senyum nya lebar. "apa aunty mau pulang bareng aku and Mom, biar bisa membuat roti setiap hari" tanya Kirana tersenyum. aunty Sol tertawa lebar mengibaskan tangannya menyuruh nona kecilnya segera berangkat jalan. Kirana tertawa riang berjalan menjauh dan melambaikan tangan kepada para pekerja rumah Bagaskara untuk terakhir kalinya sebelum dirinya pulang kembali ke tanah kelahirannya.
tanah kelahiran yang membuatnya selalu rindu untuk pulang, tanah kelahiran yang menguarkan aroma tanah yang menenangkan jiwanya. tanah kelahiran yang selalu membuatnya rindu untuk jauh darinya terlalu lama.
"dek" tatap Popi, Kirana melangkah menuju arah Popi dan naik kebelakang punggungnya. Popi segera menahan badan putrinya agar benar posisinya, "apakah Wilaga sudah pulang" toleh Popi melihat pekerja rumah melintas.
"iya tuan, baru saja. dengan tuan besar" angguk nya sopan dan segera pergi setelah tidak lagi berkepentingan didalam sana. Kirana tersenyum melambaikan tangannya kearah pekerja tadi yang memberi salam kepadanya.
"Paman, aku nanti malam pulang. jangan terlalu keras bekerja, bilang sama Popi untuk menambah uang lembur jika paman bekerja diluar waktu" kata Kirana. pekerja itu tertawa pelan dan mengangguk mendengar perkataan nona mudanya yang selalu saja perhatian seperti nyonya nya. "sudah nona, tuan dan nyonya selalu memperhatikan kami jadi tidak ada yang kurang dari beliau berdua. nona tidak usah kuatir" jawab pekerja itu sopan. Kirana memberi tanda Ok dengan jemarinya.
"kamu ini, dek. emangnya mereka tidak butuh istirahat seperti kita. malah mereka yang selalu bekerja keras agar kita bisa menikmati hidup" tepuk pantat popi pelan. Kirana tertawa lepas menyandarkan kepalanya di bahu Popinya.
"astaga naga, dek. ingat umur, kasian Popi semakin pendek nanti" lihat Wilaga. granddad tertawa terpingkal-pingkal melihat kelakuan cucu kecilnya itu. Popi menggelengkan kepalanya mendengar candaan anak laki-laki keduanya itu.
"grand, nanti malam Kira balik ke Indonesia. karena bentar lagi masuk sekolah" tatap Kirana sendu.
"tidak apa honey, disana juga ada kakek yang menyayangi mu juga. granddad lega jika kamu bersama kakek" senyum granddad.
"hhmm, Momi ikut kesana.apakah granddad mau ikut juga, sudah lama grand tidak pulang. kita bisa keliling Jakarta atau Bandung dengan kereta cepat" kata Kirana meminta turun dari punggung Popinya, popi mengangguk dan merendahkan tubuhnya agar putrinya bisa turun dengan mudah.
"boleh, honey. jam berapa kita berangkat" senyum granddad mengiyakan. Kirana bertepuk tangan kegirangan.
"tengah malam aja, grand. agar sampai sana tidak terlalu malam, apakah grand tidak apa-apa" tanyanya. granddad menggeleng.
"no, granddad hanya duduk saja nanti jadi tidak masalah. kita pakai jet sendiri bukan" kata granddad meminum air mineral hangat. Kirana tersenyum mengangguk.
"jangan banyak-banyak bawa penjaganya Pop, disana juga ada. uncle Tigor akan menambah pengawalan jika ada Momi dan granddad, lagian ayah dan bunda juga tidak mungkin diam saja terkadang hal itu bikin Kirana nggak nyaman saat diluar" tatap Kirana mengiba.
Popi tersenyum mengangguk mengerti dengan sikap putrinya yang seperti istrinya tidak suka dengan penjagaan dari dekat. makanya sebisa mungkin orang-orang yang menjaganya akan terlihat dari jauh dan ada kakaknya yang selalu menemani kemana dirinya pergi.
"tentu dek, Popi tidak akan menaruh penjaga berlebihan seperti permintaanmu" jawab Popi.
"aku dan adek akan keluar sebentar setelah itu langsung ke bandara" datang Pramana memakaikan Hoodie hitam ke Kirana.
"ikut" kata Wilaga cepat dan melesat menuju ruangan pribadinya mengganti pakaian nya.
"let's go" turun Wilaga memakai pakaian casual. "aduh kak, kenapa kalian terlihat tampan bikin silau tau nggak" lihat kirana mengedipkan netranya berulangkali menggoda keduanya. Wilaga mengacak rambut Kirana sebal.
"kita memang terlahir tampan, tidak lihat ada pemberi gen tampan disana dua orang tua" jawab Wilaga santai menatap popi dan granddad sekenanya.
"nggak harus ada kata tua juga kali, kak. popi juga masih kepala empat" jawab Popi menopang dagu di lengan sofa.
"tentu Pop, ralat.. sedikit dewasa" ujar Wilaga memperbaharui kata yang diucapkannya, Kirana tergelak beranjak memeluk granddad nya dan Popinya sebelum keluar rumah.
"hati-hati dijalan, tidak usah terlalu menimbulkan kehebohan diluar" ingatkan granddad.
"tidak janji grand kalo hal itu, granddad juga pasti tahu ketampanan kita menarik perhatian para gadis. jadi secara alami pasti akan bikin heboh" peluk Wilaga, granddad tertawa lebar menepuk punggung badan cucu laki-laki keduanya itu karena selalu menciptakan suasana santai seperti Kirana.
mereka memasuki mobil yang membawa mereka pergi keluar.
"kemana dulu tuan muda" toleh penjaga yang mengantar mereka.
"ketempat hang out aja bang, emangnya bisa kemana lagi kita" tatap Wilaga yang berada disampingnya, Kirana menatap keluar jendela melihat deretan pohon asri yang menyejukkan netranya.
"didepan ada siapa" kerut Pramana melihat dua mobil yang berada didepan mereka yang tidak dikenalnya.
"dari tanda kendaraan nya itu milik keluarga Berardi, tuan. karena beliau juga setengah Indonesia jadi kami hapal" jelaskan penjaganya.
Kirana menoleh dengan cepat kearah depan.
"apa kamu kenal, dek" tanya Pramana mengerutkan keningnya sesaat menatap Wilaga.
"tidak begitu, kak. hanya sekedar tahu saja. karena dia lebih tua dari kita tiga tahun dan sepak terjangnya di dunia bisnis di usianya yang masih muda membuat Popi menaruh rasa segan. tapi anaknya sangat sopan kepada Popi dan granddad saat pertama kali kita bertemu dan setiap kali bertemu maka dia yang menyapa terlebih dahulu, herannya itu berlaku hanya kepada keluarga kita" jelaskan Wilaga, Pramana melirik Kirana yang tidak begitu tertarik dengan pembicaraan mereka berdua.
"kalian tidak tahu saja jika tadi pagi dia mengikuti nona muda ke toko buku dan penjaganya mengajak kami untuk menepi sebentar" lirik penjaga melihat kedua tuan mudanya.
"tidak usah melihat kami begitu, bang. memangnya kami tidak tahu jika dia menaruh hati pada adek hingga tadi berkenalan dengannya di toko buku" tatap Wilaga. penjaga mereka terkejut dan menatap tuan muda keduanya itu.
"dia meminta ijin untuk mendekati adek secara langsung dan memberi tahu kami jika dia sudah memperkenalkan dirinya kepada Kirana" jawab Pramana pelan.
Hai.... Hai.... Hai... all readers, terimakasih telah mengunjungi karya terbaruku. dukungan all readers selalu berarti bagi Kalang untuk memberikan karya yang terbaik.
terimakasih kasih banyak untuk support dan like all readers.
Luv.... Luv.... Luv U all readers sekebon pisang goreng.
stay healthy all
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments