chapter 3

pekerja rumah Bagaskara tersenyum lebar ketika Kirana, nona muda mereka berjalan sambil melompat-lompat dengan riang saat menuju rumah belakang. "nona" lambai pekerja sambil membawa roti manis kesukaan nona muda satu-satunya dikediaman Bagaskara itu. Kirana tertawa melihat pekerja yang memanggilnya itu sedang membawa baki setelah memanggang roti.

"the aroma is very tempting" dekati Kirana cepat menghirup aroma dari roti baked. "tentu nona, spesial hanya untukmu. bawa ke Indonesia agar mereka kangen untuk kesini" angguk nya tertawa, Kirana mengangguk sambil menggembungkan kedua pipinya karena kebanyakan roti didalam mulutnya. pekerja itu tertawa dan bersama-sama melangkah masuk kedalam rumah belakang tempat para pekerja berkumpul untuk melakukan kegiatan apapun.

"nona" senyum pekerja yang paling muda menggeser tempatnya duduk untuk mempersilahkan Kirana duduk disampingnya.

"aahh, makasih banyak. makan apa kita hari ini" kata Kirana mengangguk dan ikut dalam lingkaran meja makan.

"aku ikut" datang Pramana tiba-tiba dan duduk disamping adik kembarnya itu.

"kakak mengganggu saja" kerucut mulut Kirana, mereka tertawa melihat tingkah tuan dan nona mudanya.

"disini ada banyak makanan yang harus dihabiskan" acak rambut Pramana gemas, Kirana menghela nafasnya menunggu giliran untuk mengambil sup ikan.

"nanti malam, Momi dan Kirana akan pulang ke Indonesia" suap Pramana sambil menatap para pekerja, mereka mengangguk.

"aku ingin mengajaknya keluar untuk menikmati malam dan langsung menuju bandara mengantarnya" ucap Pramana, mereka sekali lagi menganggukkan kepalanya mendengar perkataan tuan mudanya itu.

"kenapa kalo kak Pramana yang bicara, suasana jadi tegang gini" topang dagu Kirana menatap para pekerja yang sedang makan.

"ngomong-ngomong siapa tadi yang bikin motor kecilku tergores" lirik Pramana mengalihkan perhatian kepada adik perempuan satu-satunya itu, Kirana nyengir menoleh menatap kakak kembar pertamanya.

"abis belokan tadi terkena ranting pohon" jawab Kirana memberi alasan. Pramana mengangguk mengunyah makanannya dengan pelan, dia tidak mungkin memarahi adiknya karena pasti akan membuatnya sedih berhari-hari memikirkan kesalahannya.

"berapa yang mau ngikutin kita" tanya Kirana meminum air mineral yang ada di gelas didepannya.

"harusnya 6 orang non" jawab salah seorang pekerja, Kirana menggeleng, "no" jawab Kirana singkat, Pramana mengangguk.

"dua non" kata penjaganya, Kirana mengangguk. "makasih bang" angkat alat makan Kirana karena menuruti permintaan nya, penjaganya tersenyum menatap tuan mudanya dimana Pramana memberi isyarat dengan jemarinya tanda 4. penjaganya mengangguk mengerti.

"dek, kita akan merayakan ulang tahun dimana" tatap Pramana. Kirana menghela nafasnya menggelengkan kepala

"bisakah jangan ada lagi perayaan yang membuatku terkejut, cuman di panti aja atau bersama kakek. it's Ok" jawab Kirana.

Pramana mengangguk, "tentu saja. kita akan mengingat hal itu, karena kurang dari sebulan kita sudah bertambah usia, 17 bukan waktu yang sebentar bukan" jawab Pramana mengendikkan bahunya. Kirana tidak menjawab, terlihat menikmati makan malamnya.

"apakah Wijaya baik-baik saja disana" tanya Pramana meminum air mineralnya, Kirana mengangguk pelan.

"terlalu baik malah, dia selalu menikmati mengelilingi perkebunan yang membuatnya menghasilkan uang" jawab Kirana berdecak kesal. "jika ada libur sekolah atau waktu luang. maka aku harus menemaninya berada di kebun" kata Kirana, Pramana tersenyum mengusap punggung Kirana lembut.

"itu passion nya menyukai tanaman seperti grandmom isn't" ujar Pramana. Kirana mengangguk beberapa kali.

"aunty Sol, roti baked tadi titip ke Momi untuk dibawa ya, aku dan kakak akan jalan-jalan dulu" kata Kirana.

"siap non, rebes pokoknya" senyum nya lebar. "apa aunty mau pulang bareng aku and Mom, biar bisa membuat roti setiap hari" tanya Kirana tersenyum. aunty Sol tertawa lebar mengibaskan tangannya menyuruh nona kecilnya segera berangkat jalan. Kirana tertawa riang berjalan menjauh dan melambaikan tangan kepada para pekerja rumah Bagaskara untuk terakhir kalinya sebelum dirinya pulang kembali ke tanah kelahirannya.

tanah kelahiran yang membuatnya selalu rindu untuk pulang, tanah kelahiran yang menguarkan aroma tanah yang menenangkan jiwanya. tanah kelahiran yang selalu membuatnya rindu untuk jauh darinya terlalu lama.

"dek" tatap Popi, Kirana melangkah menuju arah Popi dan naik kebelakang punggungnya. Popi segera menahan badan putrinya agar benar posisinya, "apakah Wilaga sudah pulang" toleh Popi melihat pekerja rumah melintas.

"iya tuan, baru saja. dengan tuan besar" angguk nya sopan dan segera pergi setelah tidak lagi berkepentingan didalam sana. Kirana tersenyum melambaikan tangannya kearah pekerja tadi yang memberi salam kepadanya.

"Paman, aku nanti malam pulang. jangan terlalu keras bekerja, bilang sama Popi untuk menambah uang lembur jika paman bekerja diluar waktu" kata Kirana. pekerja itu tertawa pelan dan mengangguk mendengar perkataan nona mudanya yang selalu saja perhatian seperti nyonya nya. "sudah nona, tuan dan nyonya selalu memperhatikan kami jadi tidak ada yang kurang dari beliau berdua. nona tidak usah kuatir" jawab pekerja itu sopan. Kirana memberi tanda Ok dengan jemarinya.

"kamu ini, dek. emangnya mereka tidak butuh istirahat seperti kita. malah mereka yang selalu bekerja keras agar kita bisa menikmati hidup" tepuk pantat popi pelan. Kirana tertawa lepas menyandarkan kepalanya di bahu Popinya.

"astaga naga, dek. ingat umur, kasian Popi semakin pendek nanti" lihat Wilaga. granddad tertawa terpingkal-pingkal melihat kelakuan cucu kecilnya itu. Popi menggelengkan kepalanya mendengar candaan anak laki-laki keduanya itu.

"grand, nanti malam Kira balik ke Indonesia. karena bentar lagi masuk sekolah" tatap Kirana sendu.

"tidak apa honey, disana juga ada kakek yang menyayangi mu juga. granddad lega jika kamu bersama kakek" senyum granddad.

"hhmm, Momi ikut kesana.apakah granddad mau ikut juga, sudah lama grand tidak pulang. kita bisa keliling Jakarta atau Bandung dengan kereta cepat" kata Kirana meminta turun dari punggung Popinya, popi mengangguk dan merendahkan tubuhnya agar putrinya bisa turun dengan mudah.

"boleh, honey. jam berapa kita berangkat" senyum granddad mengiyakan. Kirana bertepuk tangan kegirangan.

"tengah malam aja, grand. agar sampai sana tidak terlalu malam, apakah grand tidak apa-apa" tanyanya. granddad menggeleng.

"no, granddad hanya duduk saja nanti jadi tidak masalah. kita pakai jet sendiri bukan" kata granddad meminum air mineral hangat. Kirana tersenyum mengangguk.

"jangan banyak-banyak bawa penjaganya Pop, disana juga ada. uncle Tigor akan menambah pengawalan jika ada Momi dan granddad, lagian ayah dan bunda juga tidak mungkin diam saja terkadang hal itu bikin Kirana nggak nyaman saat diluar" tatap Kirana mengiba.

Popi tersenyum mengangguk mengerti dengan sikap putrinya yang seperti istrinya tidak suka dengan penjagaan dari dekat. makanya sebisa mungkin orang-orang yang menjaganya akan terlihat dari jauh dan ada kakaknya yang selalu menemani kemana dirinya pergi.

"tentu dek, Popi tidak akan menaruh penjaga berlebihan seperti permintaanmu" jawab Popi.

"aku dan adek akan keluar sebentar setelah itu langsung ke bandara" datang Pramana memakaikan Hoodie hitam ke Kirana.

"ikut" kata Wilaga cepat dan melesat menuju ruangan pribadinya mengganti pakaian nya.

"let's go" turun Wilaga memakai pakaian casual. "aduh kak, kenapa kalian terlihat tampan bikin silau tau nggak" lihat kirana mengedipkan netranya berulangkali menggoda keduanya. Wilaga mengacak rambut Kirana sebal.

"kita memang terlahir tampan, tidak lihat ada pemberi gen tampan disana dua orang tua" jawab Wilaga santai menatap popi dan granddad sekenanya.

"nggak harus ada kata tua juga kali, kak. popi juga masih kepala empat" jawab Popi menopang dagu di lengan sofa.

"tentu Pop, ralat.. sedikit dewasa" ujar Wilaga memperbaharui kata yang diucapkannya, Kirana tergelak beranjak memeluk granddad nya dan Popinya sebelum keluar rumah.

"hati-hati dijalan, tidak usah terlalu menimbulkan kehebohan diluar" ingatkan granddad.

"tidak janji grand kalo hal itu, granddad juga pasti tahu ketampanan kita menarik perhatian para gadis. jadi secara alami pasti akan bikin heboh" peluk Wilaga, granddad tertawa lebar menepuk punggung badan cucu laki-laki keduanya itu karena selalu menciptakan suasana santai seperti Kirana.

mereka memasuki mobil yang membawa mereka pergi keluar.

"kemana dulu tuan muda" toleh penjaga yang mengantar mereka.

"ketempat hang out aja bang, emangnya bisa kemana lagi kita" tatap Wilaga yang berada disampingnya, Kirana menatap keluar jendela melihat deretan pohon asri yang menyejukkan netranya.

"didepan ada siapa" kerut Pramana melihat dua mobil yang berada didepan mereka yang tidak dikenalnya.

"dari tanda kendaraan nya itu milik keluarga Berardi, tuan. karena beliau juga setengah Indonesia jadi kami hapal" jelaskan penjaganya.

Kirana menoleh dengan cepat kearah depan.

"apa kamu kenal, dek" tanya Pramana mengerutkan keningnya sesaat menatap Wilaga.

"tidak begitu, kak. hanya sekedar tahu saja. karena dia lebih tua dari kita tiga tahun dan sepak terjangnya di dunia bisnis di usianya yang masih muda membuat Popi menaruh rasa segan. tapi anaknya sangat sopan kepada Popi dan granddad saat pertama kali kita bertemu dan setiap kali bertemu maka dia yang menyapa terlebih dahulu, herannya itu berlaku hanya kepada keluarga kita" jelaskan Wilaga, Pramana melirik Kirana yang tidak begitu tertarik dengan pembicaraan mereka berdua.

"kalian tidak tahu saja jika tadi pagi dia mengikuti nona muda ke toko buku dan penjaganya mengajak kami untuk menepi sebentar" lirik penjaga melihat kedua tuan mudanya.

"tidak usah melihat kami begitu, bang. memangnya kami tidak tahu jika dia menaruh hati pada adek hingga tadi berkenalan dengannya di toko buku" tatap Wilaga. penjaga mereka terkejut dan menatap tuan muda keduanya itu.

"dia meminta ijin untuk mendekati adek secara langsung dan memberi tahu kami jika dia sudah memperkenalkan dirinya kepada Kirana" jawab Pramana pelan.

Hai.... Hai.... Hai... all readers, terimakasih telah mengunjungi karya terbaruku. dukungan all readers selalu berarti bagi Kalang untuk memberikan karya yang terbaik.

terimakasih kasih banyak untuk support dan like all readers.

Luv.... Luv.... Luv U all readers sekebon pisang goreng.

stay healthy all

Episodes
1 chapter 1
2 chapter 2
3 chapter 3
4 chapter 4
5 chapter 5
6 chapter 6
7 chapter 7
8 chapter 8
9 chapter 9
10 chapter 10
11 chapter 11
12 chapter 12
13 chapter 13
14 chapter 14
15 chapter 15
16 chapter 16
17 chapter 17
18 chapter 18
19 chapter 19
20 chapter 20
21 chapter 21
22 chapter 22
23 chapter 23
24 chapter 24
25 chapter 25
26 chapter 26
27 chapter 27
28 chapter 28
29 chapter 29
30 chapter 30
31 chapter 31
32 chapter 32
33 chapter 33
34 chapter 34
35 chapter 35
36 chapter 36
37 chapter 37
38 chapter 38
39 chapter 39
40 chapter 40
41 chapter 41
42 chapter 42
43 chapter 43
44 chapter 44
45 chapter 45
46 chapter 46
47 chapter 47
48 chapter 48
49 chapter 49
50 chapter 50
51 chapter 51
52 chapter 52
53 chapter 53
54 chapter 54
55 chapter 55
56 chapter 56
57 chapter 57
58 chapter 58
59 chapter 59
60 chapter 60
61 chapter 61
62 chapter 62
63 chapter 63
64 chapter 64
65 chapter 65
66 chapter 66
67 chapter 67
68 chapter 68
69 chapter 69
70 chapter 70
71 chapter 71
72 chapter 72
73 chapter 73
74 chapter 74
75 chapter 75
76 chapter 76
77 chapter 77
78 chapter 78
79 chapter 79
80 chapter 80
81 chapter 81
82 chapter 82
83 chapter 83
84 chapter 84
85 chapter 85
86 chapter 86
87 chapter 87
88 chapter 88
89 chapter 89
90 chapter 90
91 chapter 91
92 chapter 92
93 chapter 93
94 chapter 94
95 chapter 95
96 chapter 96
97 chapter 97
98 chapter 98
99 chapter 99
100 chapter 100
101 chapter 101
102 chapter 102
103 chapter 103
104 chapter 104
105 chapter 105
106 chapter 106
107 chapter 107
108 chapter 108
109 chapter 109
110 chapter 110
111 chapter 111
112 chapter 112
113 chapter 113
114 chapter 114 revisi
115 chapter 115
116 chapter 116
117 chapter 117
118 chapter 118
119 chapter 119
120 chapter 120
121 chapter 121
Episodes

Updated 121 Episodes

1
chapter 1
2
chapter 2
3
chapter 3
4
chapter 4
5
chapter 5
6
chapter 6
7
chapter 7
8
chapter 8
9
chapter 9
10
chapter 10
11
chapter 11
12
chapter 12
13
chapter 13
14
chapter 14
15
chapter 15
16
chapter 16
17
chapter 17
18
chapter 18
19
chapter 19
20
chapter 20
21
chapter 21
22
chapter 22
23
chapter 23
24
chapter 24
25
chapter 25
26
chapter 26
27
chapter 27
28
chapter 28
29
chapter 29
30
chapter 30
31
chapter 31
32
chapter 32
33
chapter 33
34
chapter 34
35
chapter 35
36
chapter 36
37
chapter 37
38
chapter 38
39
chapter 39
40
chapter 40
41
chapter 41
42
chapter 42
43
chapter 43
44
chapter 44
45
chapter 45
46
chapter 46
47
chapter 47
48
chapter 48
49
chapter 49
50
chapter 50
51
chapter 51
52
chapter 52
53
chapter 53
54
chapter 54
55
chapter 55
56
chapter 56
57
chapter 57
58
chapter 58
59
chapter 59
60
chapter 60
61
chapter 61
62
chapter 62
63
chapter 63
64
chapter 64
65
chapter 65
66
chapter 66
67
chapter 67
68
chapter 68
69
chapter 69
70
chapter 70
71
chapter 71
72
chapter 72
73
chapter 73
74
chapter 74
75
chapter 75
76
chapter 76
77
chapter 77
78
chapter 78
79
chapter 79
80
chapter 80
81
chapter 81
82
chapter 82
83
chapter 83
84
chapter 84
85
chapter 85
86
chapter 86
87
chapter 87
88
chapter 88
89
chapter 89
90
chapter 90
91
chapter 91
92
chapter 92
93
chapter 93
94
chapter 94
95
chapter 95
96
chapter 96
97
chapter 97
98
chapter 98
99
chapter 99
100
chapter 100
101
chapter 101
102
chapter 102
103
chapter 103
104
chapter 104
105
chapter 105
106
chapter 106
107
chapter 107
108
chapter 108
109
chapter 109
110
chapter 110
111
chapter 111
112
chapter 112
113
chapter 113
114
chapter 114 revisi
115
chapter 115
116
chapter 116
117
chapter 117
118
chapter 118
119
chapter 119
120
chapter 120
121
chapter 121

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!