Hal baru

Di bandara internasional Soekarno-Hatta, seorang wanita cantik yang memakai kaca mata hitam, dengan syal yang melingkar di lehernya, dan sepatu hak tinggi berjalan dengan sangat anggun.

Dia menarik kopernya yang cukup besar dengan santai, setelah tiga tahun kepergiannya untuk melanjutkan studi di negara Kanguru sana, akhirnya dia kembali dengan membawa segudang prestasi.

Ia tersenyum lembut saat melihat kedua adik lelakinya sudah berada di ruang tunggu bandara.

"Kak ...." Riko, nama adik dari Erika memanggil kakaknya saat Erika berjalan mendekat padanya.

"Kakak!" Riki pun begitu, ia sangat antusias saat melihat kakaknya berjalan mendekat ke arah dia dan Abangnya, Riko.

Erika memeluk Riko dan juga Riki, menumpahkan kerinduan masing-masing didalam pelukan itu.

"Gimana kabar kalian?" Erika bertanya saat mereka sudah di dalam mobil, tidak enak rasanya kalau harus menangis didalam bandara. Erika tidak ingin menjadi pusat perhatian.

"Baik-baik aja, Kak. Seperti yang Kakak lihat sekarang," jawab Riko mewakili.

Erick dan juga Airin tidak bisa datang menjemput, karena mereka sedang menyiapkan penyambutan untuk Erika yang pulang dengan tiba-tiba.

Setelah puas berbincang-bincang, akhirnya Erika diam. Ia menatap keluar jendela mobil.

Kota Jakarta ini, kota besar ini kini kembali mengingatkan dia tentang Axel. Laki-laki yang sudah berusaha dia lupakan, dan entah itu berhasil atau tidak, Erika tidak yakin.

Ponsel Erika berdering, ia tersenyum saat melihat nama yang tertera di layar gawainya itu.

"Halo, Sayang?" sapa Erika tersenyum, bahkan sampai matanya menyipit. Riko dan juga Riki saling menatap dalam diam, bertanya siapa yang dipanggil sayang oleh kakak perempuan mereka itu.

"Iya, ini aku udah di jalan, mau langsung pulang," jawab Erika saat kekasihnya itu menanyakan dimana keberadaannya saat ini.

"Iya, enggak pa-pa, aku ngerti kesibukan kamu. Aku tunggu di rumah, ya," ucap Erika lagi.

"Oke, bye!"

Erika mematikan sambungan telepon itu, kemudian ia menyimpan lagi ponselnya itu di dalam tasnya.

Riko dan Riki ingin bertanya, tapi mereka enggan saat melihat Erika yang memejamkan mata, menikmati angin kota Jakarta.

Mobil yang Riko kemudian berhenti di halaman rumah besar milik Erick sekeluarga. Tidak cukup banyak yang berubah dari rumah itu, hanya warna cat dan juga kebun bunga saja yang tampak semakin indah. Juga ada kolam berenang yang juga cukup besar.

"Selamat datang di rumah, Kak!" sambut kedua adik lelaki kesayangan Erika, yang membuat gadis cantik itu tersenyum.

"Terimakasih, sayangku," Erika menggandeng tangan kedua adiknya, sedangkan koper yang ia bawa di antar masuk oleh pengawal rumah mereka.

Di pintu utama, kedatangan Erika sudah di sambut oleh Erick, Airin, bahkan juga ada Julian sekeluarga.

"Selamat datang Princess!" sambut mereka, Erika tersenyum haru, bahkan dia sampai menitikkan air matanya. Ia bahagia bisa berkumpul kembali dengan keluarganya.

Erika rindu suasana rumah, ia rindu semuanya. Dan juga ... Erika rindu melihat Axel. Tapi ... tidak! Ia tidak boleh larut, ia sudah sampai sejauh ini untuk melupakan laki-laki itu, jadi Erika tidak akan membuat hatinya tersakiti lagi.

***

"Sa ... gue udah balik, ketemuan, yuk!" ajak Erika saat ia sudah berada di dalam kamar, mengistirahatkan dirinya yang lelah karena perjalanan jauh.

"Sumpah demi apa, Lo, balik? Dan Lo gak bilang-bilang sama gue?" teriak Sasa di seberang sana.

"Eh, maaf-maaf, Mbak," Erika mengerutkan keningnya saat mendengar perkataan Sasa yang terdengar bersalah. Kemudian ia tertawa kecil saat sadar kalau sahabatnya itu kini sedang berada di tempat kerjanya.

"Makanya, jadi cewek itu jangan teriak-teriak!" sindir Erika yang membuat Sasa mendengus.

"Ntar, pas gue pulang kerja kita ketemuan! Kurang ajar, Lo, ya! Pulang gak ngasih tahu gue!" rupanya Sasa masih kesal dengan Erika, membuat Erika tertawa.

"Iya-iya, semangat kerja, Sasa cantik," goda Erika. Setelah itu ia mematikan sambungan teleponnya.

Saat Erika sedang diam menatap langit-langit kamar, pintu kamarnya yang berwarna putih itu diketuk dari luar. Erika segera bangkit, berjalan kemudian membuka pintu itu.

"Sayang?" ucap Erika tersenyum girang, ketika ia melihat sang kekasih yang kini sedang berdiri didepannya dengan sebuah buket bunga yang indah dan juga kotak kado yang juga indah.

"Boleh gak, nih, aku masuk?" tanya Rian, kekasih Erika.

Iya, Rian. Laki-laki yang terus berjuang untuk mendapatkan Erika, dan melakukan apapun untuk Erika. Walaupun dia belum bisa membuat Erika melupakan Axel sepenuhnya, tapi dengan menjadi kekasih Erika saja dia sudah begitu bahagia.

"Masuk aja!" suruh Erika, dia menerima buket bunga yang Rian sodorkan, dan juga kotak kado itu.

Erika tersenyum haru, ia memeluk Rian, pun dengan Rian yang membalas pelukannya.

"Selamat datang kembali di Indonesia, Sayang. Maaf tadi aku gak bisa jemput kamu ke bandara," ucap Rian penuh sesal. Ia menundukkan kepalanya.

"Kan udah aku bilang, aku gak pa-pa, kamu sekarang ada di sini aja aku udah bahagia," Erika menampilkan senyuman paling manisnya pada Rian, membuat laki-laki yang memiliki usia lebih tua cukup banyak darinya itu ikut tersenyum gemas.

"Makasih karena sudah mau mengerti, aku, Sayang," gemas Rian, dia mengusap pipi Erika dengan lembut.

"Kamu simpan dulu kadonya, ya. Nanti aja bukanya, sekarang kita jalan, yuk?" ajak Rian.

Erika berpikir sebentar, sebenarnya dia lelah, tapi tidak enak juga menolak ajakan Rian, dia bahkan sudah rela datang kemari meninggalkan pekerjaannya demi bertemu dengan dirinya.

"Oke, tapi kamu yang jajanin aku, ya?" ucap Erika dengan mengedipkan matanya.

Rian tertawa kecil, "Iya, apapun untuk kamu." ucapnya tersenyum.

"Oke, kamu keluar dulu! Aku mau siap-siap!"

Rian menurut, ia keluar dari kamar sang kekasih dan memilih untuk menunggu di bawah saja.

***

Dengan sebuah dress kebang yang berleher mode V, Erika menuruni anak tangga. Penampilannya yang semakin elegan menambah daya tarik Erika menjadi semakin kuat.

"Pa ...." Erika memanggil Erick yang kini sedang duduk di sofa bersama dengan Rian.

Karena panggilan Erika, Rian jadi ikut menoleh dan tersenyum melihatnya.

"Mau pergi sekarang?" tanya Erick, basa-basi saja sebenarnya, karena tadi dia sudah dimintai izin langsung oleh Rian.

"Iya, Pa. Rika pergi dulu, ya," ucap Erika. Erick mengangguk memperbolehkan.

"Kita mau ke mall, kan?" tanya Rian saat kini ia dan juga Erika sudah ada di dalam mobil, dan dalam perjalanan.

"Iya," jawab Erika singkat.

"Oke,"

Mobil Rian berkelok ke arah basemen mall itu. Kemudian ia memarkirkan mobilnya diantara banyak mobil di sana.

"Ayo, sayang," ajak Rian, dan Erika menurut.

Erika dan Rian berjalan dengan bergandengan tangan ke dalam mall. Mereka menaiki eskalator yang ada di sana.

"Mau beli apa?" tanya Rian, "Atau mau makan dulu?" sambungnya lagi.

"Iya, makan aja, aku juga laper," ucap Erika, Rian mengangguk dan tersenyum gemas.

Erika dan Rian berjalan menuju food court yang ada di mall itu.

Memasuki food court itu, Erika awalnya biasa saja, ia juga tersenyum dengan tangan yang menggenggam jemari Rian.

Tapi langkahnya terhenti saat ia melihat lurus ke arah beberapa orang laki-laki yang kini tampak sedang bicara dengan serius.

Kenapa selalu seperti ini? Kenapa mall ini menjadi tempat bertemu dirinya dengan laki-laki itu? Apakah nanti akan ada drama tangis air mata seperti dulu lagi?

'A-axel?'

***

Happy reading, semoga suka! Jangan lupa subscribe dan kasih review, ya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!