Erika berjalan dengan lunglai keluar dari dalam warung bakso itu. Ia menghembuskan napas berat berkali-kali.
Erika menengadah ke atas, menatap langit biru yang silau karena matahari. Ia menjadikan tangannya sebagai penghalang, agar matanya tidak perih.
"Ya Tuhan, setidaknya kalau memang perjuanganku selama ini tidak berarti, maka perlihatkanlah padaku apa yang menjadi alasannya selalu mengabaikan aku," setelah itu Erika kembali mendesah.
Kemudian ia masuk kedalam mobilnya.
Rian menatap langkah Erika dari dekat jendela warung itu. Lagi-lagi Erika menolaknya dengan mengatakan kalau ia tidak bisa bersama dengannya, tapi juga mengatakan kalau dia akan membuka hati untuk Rian.
Mendesah pasrah, Rian bangkit dan berjalan menuju kasir.
Sedangkan Erika kini mengemudikan mobilnya. Entah kenapa, sound mobilnya yang menyanyikan lagu menyerah membuat Erika merasa tersindir.
Apa benar kalau dia harus menyerah? Lalu ... apakah semua perjuangannya selama ini akan sia-sia? Ya Tuhan, memikirkannya saja membuat hati Erika terasa berdenyut nyeri.
Setelah acara makan bakso tadi gagal membuat mood Erika membaik, akhirnya gadis cantik yang memiliki rambut panjang dan juga bulu mata lentik itu memutuskan untuk menghubungi sahabatnya saja.
"Sa, ke mall, yuk?" ajak Erika saat ia menghubungi Sasa.
"Ngapain? Gue mager," jawab Sasa di seberang sana. Ia berguling di atas spring bed queen size miliknya. Libur setelah wisuda itu memang menyenangkan. Tapi Erika malah merasa bosan karenanya.
"Gue yang traktir!"
Mendengar perkataan Erika, Sasa langsung menegakkan tubuhnya. "Seriusan, Lo?"
Erika mendecih mendengar perkataan Sasa, soal traktiran saja dia langsung cepat.
"Iya," jawab Erika malas.
"Oke, Lo jemput gue ke apart, ya. Gue mandi dulu!"
"Ya Tuhan, Sa! Lo belum mandi dari tadi pagi?" tanya Erika membulatkan matanya. Benar-benar temannya ini, malasnya sudah mendarah daging.
"Maklum, Rik. Gue kan lagi menikmati hidup, gak memikirkan apapun, apalagi ngejar-ngejar cowok yang gak punya otak,"
Erika merasa tertohok sekali mendengar perkataan Sasa. Kenapa Sasa ini pandai sekali menyindirnya?
"Sialan, Lo!"
***
"Jadi ... kita mau ke mall mana?" tanya Sasa saat ia membubuhkan bedak di pipinya yang tirus.
"Dekat sini aja," jawab Erika singkat. Ia fokus dengan kemudi yang kini ia pegang.
Mobil Erika berkelok menuju ke basemen mall. Kemudian ia turun dari dalam mobil diikuti oleh Sasa.
"Mau belanja apa?" tanya Erika pada Sasa yang kini memeluk lengannya.
Sasa adalah sahabat Erika yang paling dekat dengannya. Sasa selalu ada sebagai tempat curhat untuk Erika. Dan begitu juga Sasa, menjadikan Erika sebagai tempat mengadu di saat Sasa putus dengan pacar-pacarnya.
"Makan aja. Gue belum makan, laper!" jawab Sasa.
"Oke, tapi gue cuma nemenin Lo makan aja, soalnya gue udah kenyang," ucap Erika.
"Sip!"
Erika dan Sasa berjalan menuju food court yang ada di lantai dua, Erika melihat ponselnya karena tadi bergetar. Ia dan Sasa naik ke eskalator yang ada di mall itu.
"Ka ...,"
"Hemm?"
"Rika! Itu ... itu bukannya Axel?"
Mendengar nama Axel disebutkan, Erika langsung mengangkat kepalanya, ia menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Sasa.
Mata Erika membulat, ia menganga, jantungnya berdebar kencang. Bukan karena ia sedang jatuh cinta, tapi karena ia melihat Axel sedang bersama dengan seorang wanita.
Napas Erika memburu, ia mengepalkan tangannya, kenapa dadanya semakin terasa sesak, dan sepertinya kini hatinya terasa tercabik-cabik karena luka sayatan sembilu tak kasat mata.
"K-kak Axel?" Erika mengucapkannya dengan terbata-bata. Sasa semakin mengeratkan tangannya di lengan Erika. Eskalator itu membawa mereka sampai di lantai atas. Tapi Erika berjalan ke arah eskalator yang bergerak turun ke bawah.
"Rik! Rika! Lo mau kemana?" teriak Sasa saat Erika melepaskan pegangan tangannya dan berjalan dengan langkah terburu-buru ke bawah.
Sasa mengejar Erika yang kini sedang di bakar oleh api cemburu. Erika benar-benar tidak suka saat melihat Axel berjalan dengan wanita lain. Sedangkan saat dengannya saja Axel malah memarahinya dan mengatai Erika. Axel bilang ia tidak suka Erika berjalan beriringan dengannya.
Dengan wajah yang memerah karena marah, Erika mengadang jalan Axel dan langsung menarik rambut wanita yang berjalan dengan laki-laki yang sangat dia cintai itu.
"Aakhhh," wanita itu menjerit dengan keras, ia terkejut dengan serangan tiba-tiba yang dilakukan oleh Erika.
Axel pun sangat terkejut saat melihat Erika menarik rambut wanita yang bersama dengannya itu.
"Erika!! Lepas! Apa yang kamu lakukan!? Erika lepas!" teriak Axel, ia meraih tangan Erika yang menjambak rambut wanita itu dan berusaha untuk melepaskannya.
"Erika! Lepas saya bilang!!" bentak Axel dengan sangat keras. Semua orang yang ada di sana berkumpul melihat adegan itu.
Erika tersentak kaget saat mendengar suara teriakan Axel yang membentaknya. Ia melepaskan tangannya dari rambut wanita itu yang sudah acak-acakan. Sasa memeluk Erika, mencoba untuk menenangkan sahabat terbaiknya itu.
"Rika, sabar! Tahan emosi Lo," ucap Sasa menenangkan Erika.
Wanita yang tadi Erika jambak itu memperbaiki rambutnya yang sudah tidak karuan. Kulit kepalanya terasa pedih dan juga rambutnya juga banyak yang rontok sebab Erika menariknya dengan kuat.
Erika mengalihkan pandangan ke arah Axel yang tampak sangat marah padanya. Urat-urat leher Axel tampak jelas karena menahan emosinya.
"Siapa dia, Kak?" bentak Erika menunjuk wanita yang berjalan dengan Axel itu. Mata Erika berkilat marah dan juga kecewa. Kenapa Axel selalu saja mematahkan hatinya?
"Siapapun dia, apa urusannya dengan kamu?" bentak Axel menjawab pertanyaan Erika.
Erika tertohok sekali dengan perkataan Axel.
Laki-laki yang Erika cintai itu benar. Siapapun wanita yang bersama dengan Axel, lalu apa hubungannya dengan dia?
Erika tertawa kecil kemudian tersenyum pedih. Kenapa kisahnya semenyakitkan ini. Erika rindu dengan Axel yang dulu selalu melindungi dia. Erika rinduku dengan Axel yang selalu membuatnya tertawa dulu.
Tapi ... kenapa sekarang Axel menjadi laki-laki yang membuat air mata Erika selalu luruh?
"Dasar wanita murahan!" tunjuk Erika pada perempuan yang tadi ia Jambak itu. Erika tidak peduli dengan tatapan orang-orang saat ini. Banyak yang berbisik-bisik di sana, sedangkan Sasa terus memeluk tangan Erika agar sahabatnya itu tidak kelepasan lagi.
"Apa kamu bilang? Saya murahan? Kamu yang murahan!" balas wanita tadi, yang membuat emosi Erika menjadi kembali mencuat.
"Jaga bicara kamu, ya!" tekan Erika, ia ingin maju lagi tapi Sasa menahannya.
"Kenapa marah? Kamu memang murahan, Erika!"
Bagai tersambar petir di siang bolong, Erika terhuyung kebelakang saat mendengar perkataan Axel.
Entah kenapa, mata Erika langsung memanas saat mendengar perkataan Axel.
"A-aku ... m-murahan?" tanya Erika tergagap, ia menunjuk dirinya sendiri.
Axel tersenyum sinis. "Iya, kamu murahan! Kamu wanita paling murahan yang pernah aku kenal, Rika!!"
Ya Tuhan, kenapa hati Erika terasa sangat sakit mendengarnya?
***
Di subscribe sama kasih review, ya gaes. Hehe, luvyu all.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments