“Jangan bercanda, Pa!”
Selena menyentak tangan Robin ketika pria itu hendak menyentuh tangannya. Mata Selena memanas. Ia merasakan ketakutan yang besar pada setiap embusan napas menderunya.
“Selena, bantu Papa kali ini saja. Utang perusahaan membengkak, tiga bulan terakhir tidak membayar. Kita benar-benar akan jatuh miskin jika perusahaan bangkrut. Kau mungkin tidak bisa berakting lagi ....” Air mata Robin meleleh bersama dengan hatinya yang luruh melihat putrinya terpukul begitu keras oleh keadaan.
Lilian, mama Selena, sudah terisak sejak tadi. Nasib keluarganya benar-benar di ujung tanduk sekarang.
“Coba bertemu dulu dengan Ocean—”
“Papa tidak mengerti ... tidak akan pernah mengerti.” Selena memegangi kepalanya frustrasi, seakan beban seberat gunung tengah menimpa pundaknya. “Ocean—” Bahkan ketika menyebut nama itu, lidah Selena terasa kelu. “Aku tidak mau bertemu dengannya. Sampai mati pun tidak mau!”
Hanya isakan pelan Lilian yang terdengar di ruangan besar itu selanjutnya. Robin menatap putrinya tidak mengerti, sementara Selena seakan mengungkapkan kebenciannya pada Ocean lewat tatapan matanya.
“Bagaimanapun, aku punya kekasih, Pa. Felix—”
“Lupakan pemuda tidak berguna itu, Selena! Sudah berapa kali Papa bilang jika dia hanya menjadi benalu.” Robin memelotot tajam, lantas berdiri dengan wajah mengeras. “Malam ini kita akan ke rumah keluarga Arkananta. Pakailah baju terbaikmu. Kau harus bisa mengambil hati Ocean bagaimanapun caranya!”
Final. Robin berlalu dengan langkah lebar, meninggalkan Selena yang berseru tidak terima. Air matanya meluncur deras. Dan saat Selena menoleh ke arah mamanya untuk meminta pembelaan, hanya gelengan kecil dan lemah yang dia dapatkan.
Tidak ada lagi yang bisa menolongnya.
...****...
“Selamat datang.”
Seorang wanita berwajah ramah menyambut di ambang pintu saat Selena, Robin, dan Lilian tiba di rumah besar keluarga Arkananta. Senyum wanita itu terkembang, matanya berbinar seolah sangat menyukai kedatangan tamunya. Dengan dress panjang yang menjuntai indah, penampilan wanita itu memancarkan kesan mewah sekaligus anggun luar biasa.
“Adira!” Lilian memeluk wanita itu dengan hangat, seperti teman lama. “Padahal kita satu kota, namun jarang bertemu.”
Adira, ibu Ocean, tertawa kecil, mengusap bahu Lilian. “Karena kau selalu sibuk, Lili. Ayo setelah ini kita lebih sering bertemu.”
Berbanding terbalik dengan suami mereka yang terkenal memiliki hubungan yang tidak baik, bersaing untuk membuktikan perusahaan siapa yang lebih baik, Adira dan Lilian adalah teman baik. Mereka beberapa kali bertemu di tempat golf. Melupakan tentang perseteruan suami mereka, kedua wanita paruh baya itu merasa cocok satu sama lain.
“Ayo, silakan masuk.” Sejenak Adira menatap Selena, tersenyum lembut setelahnya, sebelum kemudian memimpin mereka menuju meja makan. Makan malam akan segera dimulai.
Yang tidak Adira sadari, Selena sudah beberapa kali bergerak-gerak gusar, ingin kabur dari sana. Menginjakkan kaki di rumah Arkananta membuatnya merasa seperti sedang berada di bibir tebing, sekali embusan angin menerpanya, Selena yakin dia akan terguling jatuh. Sayangnya, seolah tahu apa yang sedang dirasakan putrinya, Robin mendorong pelan bahu Selena, menyuruhnya berjalan lewat tatapan mata.
Sambil merapalkan doa agar Ocean ternyata tidak hadir dalam makan malam itu, entah sekarat atau mendekam di perut buaya, Selena berjalan terseok-seok menuju ruang makan. Sungguh, Selena tidak tahu emosi apa yang akan muncul di benaknya ketika nanti dia melihat Ocean.
“Robin .... Selamat datang.” Galang Arkanata, ayah Ocean, berdiri dari tempatnya duduk, mempersilakan para tamu untuk duduk di kursi yang telah disiapkan dengan suara beratnya.
Selena memberanikan diri untuk mengangkat wajah, mengintip dari balik bahu papanya, dan dia hampir melompat senang ketika tidak menemukan Ocean di antara orang-orang yang duduk mengelilingi meja makan besar. Tuhan sungguh baik—
“Lama tak berjumpa, Selena.”
Deg!
Suara itu. Selena membeku beberapa saat, untuk kemudian kepalanya bergerak patah-patah, menoleh ke kiri. Jantung Selena seperti berceceran di lantai ketika wajah yang mati-matian dia coba lupakan itu kini terpampang nyata di depan matanya. Dan seringaian sialan itu .... Selena meremas dress-nya.
“Ah, benar juga. Kalian dulu satu kampus, bukan? Aduh, kebetulan sekali.” Adira berucap antusias, tidak menyadari ada ketegangan di antara Selena dan Ocean.
“Perlu kutarikkan kursi untukmu?” Ocean bertanya dengan suara menyebalkan, hingga membuat Selena spontan mendengus.
“Aku lebih baik berdiri hingga kiamat daripada menerima kebaikan darimu.” Selena berbisik tajam, matanya sarat akan emosi yang menggebu.
“Good. Aku juga hanya basa-basi.” Ocean berlalu begitu saja, duduk di samping salah satu kakak laki-lakinya.
Selena menyusul setelah memaki tanpa suara. Dia memosisikan diri di samping papanya dengan wajah terlipat.
Para pelayan dengan gerakan tangkas mulai menuangkan minuman. Adira sibuk mengambilkan makanan untuk para tamu. Meja itu ramai oleh percakapan. Dua kakak laki-laki Ocean beserta istrinya adalah orang yang menyenangkan. Sedangkan Galang tampaknya menikmati obrolan ringan dengan Robin, sesekali mereka tertawa. Lilian pun begitu, dia mudah membaur, terlihat seru membicarakan tentang mode terbaru. Di sana, yang terlihat paling tidak nyaman adalah Selena. Dia hanya menanggapi segala ucapan dengan senyum canggung atau anggukan kecil. Saat tidak sengaja menatap Ocean yang duduk tepat di seberang mejanya, Selena akan mendecih tanpa suara.
“Baiklah, sepertinya sudah waktunya kita membicarakan sesuatu yang lebih serius, bukan?” Ucapan Galang seperti menjadi komando meja makan itu menjadi hening. Semua orang, kecuali Ocean dan Selena, menaruh perhatian penuh pada pria itu. “Pernikahan Ocean dan Selena ... bukankah lebih baik jika dilaksanakan sesegera mungkin?”
Selena merasakan lesakan dari arah perut menuju tenggorokannya. Tangannya mencengkeram kursi dengan kuat. Dengan posisi menunduk, Selena mencoba menyiapkan diri untuk mengutarakan keberatannya.
“Bagaimana menurutmu, Ocean?” Pandangan Galang sepenuhnya tertuju pada putra bungsunya.
Ocean menghentikan gerakan tangannya pada gelas, balas menatap ayahnya dengan sorot mata yang tenang. “Pernikahan, ya? Aku tidak yakin bisa melakukannya. Dan aku bisa menjamin bahwa Selena akan sependapat denganku. Jika kedua calon pengantin sama-sama tidak ingin melakukannya, bukankah seharusnya pertemuan dua keluarga berhenti di makan malam ini, Ayah?” Suara Ocean terdengar amat tenang. Dia seperti sudah terbiasa menghadapi kondisi macam ini.
Keheningan menyelimuti ruang makan itu. Air muka Galang tidak berubah banyak, namun ketegangan mulai terasa di antara mereka. “Benarkah apa yang dikatakan putraku, Selena?”
Mendapatkan pertanyaan tiba-tiba itu, Selena sedikit tersentak. Dia menatap bergantian Ocean dan Galang, lantas memantapkan diri untuk angkat bicara. “Untuk kali ini, saya tidak memiliki alasan untuk tidak setuju dengan putra Anda, Tuan Arkananta.”
Ocean tersenyum tipis tanpa sedikit pun menatap Selena.
“Saya yakin, semua wanita yang ditawari untuk menikah dengan putra bungsu Anda akan menjawab hal yang sama. Tidak akan ada orang waras yang mau menjadi istri keparat berengsek macam Ocean.”
Robin tersedak air putih mendengar ucapan kasar putrinya. Lilian membeku dengan tangan yang dingin. Sebenarnya omong kosong apa yang terjadi saat ini?
“Kalau begitu kenapa kau menyatakan cinta pada keparat berengsek sepertiku, Selena?” Ocean bersedekap, masih tampak santai dengan seringaian khasnya. “Kau bahkan memberiku—”
“Tutup mulutmu, Ocean!” Selena berseru dengan perasaan marah bercampur gusar. Insiden memalukan itu seperti menyeruak, berebut memenuhi pikirannya.
Seperti tengah menonton drama, semua orang di meja makan itu sebentar-sebentar kaget, sebentar-sebentar melongo, lantas mengulum senyum.
“Kau yang mulai—”
“Kubilang tutup mulutmu, Berengsek!” Selena semakin naik pitam. Kalau saja nasib perusahaan ayahnya tidak bergantung pada La Sky Land, sudah pasti Selena akan melempar garpu ke kepala Ocean.
“Hahaha ....”
Derai tawa itu membawa tatapan semua orang tertuju pada Galang Arkananta. Pria paruh baya yang masih cukup gagah itu tertawa lepas hingga matanya menyipit. Belum sampai di situ, ucapan Galang selanjutnya berhasil membuat separuh nyawa Selena terbang dan Ocean melebarkan matanya.
“Nah, tidak perlu diragukan lagi kecocokan kalian berdua. Selena akan mendapatkan cintanya, dan Ocean akan mendapatkan seorang istri yang cantik. Pernikahan akan dilangsungkan satu bulan lagi. Final!”
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Heny Sri Wahyuti
absen ..
2024-03-25
1
mis FDR
cerita bagus, tulisannya juga bagus gak tau mau kasih saran apa nih☺️☺️ semangat aja deh buat kknya
2023-03-07
0
red_rubby
wah... gak cuma Anisa Bahar aja yang bisa patah patah.
Selena juga bisa ternyata 🤗😉
2023-02-24
4