Kesempatan Kedua

Semalaman Ayu tidak bisa tertidur. Pikirannya terus teringat akan peringatan dari seorang Irma yang akan mengambil rumah miliknya, jika tidak bisa melunasi hutang. Ayu pun benar-benar terlihat pusing dengan semua yang terjadi. Hingga dia hanya bisa terdiam menunggu nasibnya esok hari.

Ayam berkokok dengan begitu kencangnya. Mata Ayu yang tidak menutup semalaman, terlihat begitu merah. Dirinya tidak tidur semalaman. Memikirkan hutang pada Irma yang telah jatuh tempo.

Herman yang menyadari apa yang sedang di pikirkan oleh Ayu. Berusaha menghibur istrinya tersebut untuk bisa lebih tenang lagi. Dia mengajak Ayu untuk shalat. Meminta petunjuk pada sang maha kuasa. Tapi Ayu yang sudah lama tidak pernah melaksanakan kewajibannya tersebut. Tetap menolak ajakan dari suaminya tersebut. Dia tetap tak bergeming dari atas kasurnya. Memikirkan nasibnya yang akan terjadi di hari ini.

Intan yang merasakan betapa sedihnya Ayu, mencoba menghibur ibunya tersebut. Dia membawakan sepiring nasi goreng untuk Ayu sarapan. Tapi penawaran dari Intan itu di tolak mentah-mentah oleh Ayu. Dia tidak menerima apa yang di berikan oleh Intan pada dirinya. Ayu tetap memilih merenungi nasibnya yang mungkin saja akan buruk di hari ini.

Herman, Intan dan Wahyu mulai berunding di meja makan. Mencari jalan keluar terbaik yang mungkin saja bisa mereka temukan. Tapi uang yang menjadi salah satu jalan keluar itu, sama sekali tidak di miliki oleh ketiganya.

Semalaman Wahyu mencari pinjaman kesana-kemari. Tapi tidak ada satu pun orang yang memberikan Wahyu pinjaman uang sebanyak itu. Termasuk bos tempat Wahyu bekerja. Wahyu juga meminjam uang kepada orangtuanya. Tapi orangtuanya hanya bisa memberikan pinjaman di bawah 5 juta saja. Jauh dari hutang seorang ayu pada Irma yang berjumlah 60 juta rupiah tersebut.

Herman pun berniat menjual satu-satunya warisan yang di miliki oleh dirinya saat ini. Warisan berupa sawah itu, hendak Herman jual. Mungkin itu satu-satunya yang bisa menyelamatkan Ayu dari jerat hukum yang akan menerpanya.

Herman mencari surat tanah miliknya di dalam lemari baju. Tapi Herman tak kunjung mendapatkan surat tanah tersebut. Hingga Herman mencari ke tempat lain untuk mendapatkan surat tanah tersebut.

Namun di tempat lain pun, Herman tidak kunjung menemukan surat tanah miliknya. Herman terus mengingat kembali tempat dirinya menyimpan surat tanah tersebut. Tapi ingatan seorang Herman tetap pada lemari baju. Herman yakin, dirinya menyimpan surat tanah itu di dalam lemari baju. Hingga Herman tidak salah menaruh Suray tersebut.

Herman menghampiri Ayu yang masih terdiam di atas kasur dengan wajah yang begitu sedih. Mungkin saja Ayu tahu keberadaan dari surat tanah tersebut. Hingga Herman tidak harus mencari lagi Surat tanah tersebut.

"Kamu tahu dimana surat tanah milikku?"

Ayu terdiam. Dia tidak menjawab pertanyaan dari Herman tersebut. Hingga akhirnya emosi Herman memuncak melihat Ayu yang terus terdiam.

"Kamu tahu tidak, dimana surat tanah aku?" tanya Herman dengan begitu tegas.

Ayu tak hanya terdiam, kini dirinya menangis usai di bentak oleh seorang Herman. Dia benar-benar terkejut dengan bentakan dari Herman pada dirinya.

Tak hanya Ayu saja yang terkejut dengan bentakan dari seorang Herman. Intan dan Wahyu juga turut terkejut mendengar ayah mereka membentak Ayu. Ini kali pertama Herman membentak Ayu, sehingga terlihat menjadi sesuatu hal yang aneh.

Ayu langsung berlindung pada seorang Intan. Dirinya begitu ketakutan dengan amarah yang di tunjukkan oleh Herman pada dirinya. Intan yang tak ingin ibunya menjadi sasaran amukan dari seorang Herman. Mencoba melindungi ibunya tersenyum dari amukan Herman.

"Bapak kenapa marah seperti itu?" tanya Intan dengan tegas.

"Bapak hanya kesal Intan pada ibu kamu ini. Bapak tanya baik-baik tentang suatu tanah Bapak. Tapi dia mahal terdiam saja." jawab Herman menghela napas.

Intan pun mulai bertanya secara baik-baik pada Ayu. Dia menanyakan keberadaan dari surat tanah milik ayahnya tersebut.

"Bu, dimana surat tanah itu. Apakah ibu menyimpan surat tanah milik Bapak?" tanya Intan dengan begitu lembutnya.

Dengan suara yang sedikit bergetar. Ibu Ayu pun mengatakan jika surat tanah milik suaminya tersebut. Telah di jadikan jaminan pada seorang Irma. Sehingga jika Ayu tidak mampu membayar hutangnya pada Irma. Maka jaminannya adalah surat tanah dan rumah Ayu.

Sontak Herman marah besar pada Ayu. Dia menampar keras wajah istrinya tersebut. Hingga Ayu langsung terjatuh ke atas kasur. Ayu pun semakin keras menangis. Untuk menahan emosi dari Herman. Intan dan Wahyu langsung membawa Herman keluar dari dalam kamar.

Herman tetap tidak bisa menahan amarahnya saat Intan dan Herman membawa dirinya keluar dari dalam kamar. Bagi Herman apa yang telah di lakukan oleh Ayu adalah tindakan yang tidak di benarkan. Dia melakukan itu semua tanpa sepengetahuan dari Intan dan Herman. Sehingga Ayu seharusnya bisa menanggung itu semua sendiri.

Intan dan Wahyu terus menenangkan Herman yang terus emosi pada seorang Ayu. Dia terlihat masih tidak percaya dengan apa yang telah di perbuat oleh Ayu. Herman benar-benar tidak habis pikir pada Ayu. Kenapa seorang Ayu tidak bisa berpikir panjang dalam mengambil keputusan yang ada. Dengan itu, seharusnya Ayu bisa berpikir lebih jauh lagi. Sehingga Ayu tidak mungkin melakukan hal tersebut secara gegabah.

Orang yang paling di takutkan oleh Ayu untuk datang ke rumahnya pun akhirnya datang. Irma dengan dua orang bodyguard berbadan besar datang untuk menagih hutang seorang Ayu. Irma tentu tidak rela, Ayu berbohong lagi pada dirinya. Jika Ayu tidak segera melunasi hutangnya tersebut. Ayu dan keluarganya akan di usir dari rumah. Begitu juga dengan sawah milik Herman yang akan di ambil alih oleh Irma.

Intan yang sedikit lebih tenang, menghampiri Irma yang nampak sudah siap memaki seorang Ayu. Wajah seram sudah terlihat jelas di wajah Intan. Dia terlihat seperti seekor singa yang hendak memakan mangsanya.

Intan mengajak Irma masuk kedalam rumahnya. Tapi tawaran dari Intan tersebut di tolak mentah-mentah oleh Irma. Dia hanya ingin menagih janji seorang Ayu yang akan membayar hutang pada dirinya. Tidak ada kata lain, selain membayar hutang tersebut.

Intan kembali meminta pada Irma untuk memberikan dirinya tempo. Sehingga Intan bisa membayar semua hutang dari ibunya pada Irma. Dengan wajah memohon, Intan meminta semua itu pada seorang Irma.

Tetapi Irma menolaknya. Dia meminta Ayu untuk melunasi hutangnya segera. Jika tidak, Ayu dan keluarganya harus segera meninggalkan rumahnya. Begitu juga dengan sawah yang sudah di jadikan jaminan pada seorang Irma. Ayu harus memberikan semua itu.

Intan yang sudah tidak berdaya, hanya bisa menangis. Dia memohon pada Irma untuk bisa memberikan Intan waktu lagi. Sehingga dia bisa melunasi hutang ibunya. Intan pun bersimpuh di kedua kaki seorang Irma.

Mendengar tangisan seorang Intan, Wahyu langsung keluar dari dalam rumah. Dia mencoba menenangkan Intan yang menangis hebat di kedua kaki seorang Irma. Wahyu pun meminta Irma untuk memberikan dirinya waktu untuk melunasi hutan dari ibu mertuanya tersebut.

Irma tidak pernah merasa kasihan seperti ini. Tapi melihat tangis seorang Intan, Irma menjadi iba. Hingga Irma pun bersedia untuk memberikan kesempatan. Tapi Irma meminta jaminan lain dari Intan dan Wahyu.

Uang lima ratus ribu yang di berikan oleh kedua orangtua Wahyu untuk membantu melunasi hutang pada Irma. Di gunakan oleh Wahyu sebagai uang jaminan. Sehingga Irma tidak perlu khawatir akan Wahyu yang tidak akan membayar hutangnya pada Irma.

Akhirnya Irma menerima semua permintaan dari Intan dan Wahyu tersebut. Irma memberikan tempo 3 hari bagi Intan dan Wahyu untuk melunasi hutang seorang Ayu. Jika tidak, rumah dan sawah yang sempat di jadikan jaminan. Akan diambil oleh Irma secara paksa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!