Waktu subuh tiba. Kami semua bangun dan sholat berjamaah. Meski aku masih menyimpan rasa kesal kepada kedua orang tuaku dan kakakku tetap aku akan ikut shalat berjamaah. Shalat adalah tiang agama. Dan Shalat berjamaah itu memberikan pahala yang besar.
Selesai shalat. Seperti biasanya aku membantu Mama untuk menyiapkan sarapan pagi. Kebetulan juga hari ini aku harus pergi ke kampus. Kak Ali juga ada urusan lain dan Papa juga harus pergi ke kantor untuk bekerja, karena Papa memang seorang karyawan. jadi harus rajin bekerja agar bisa menafkahi kami semua.
Mamaku adalah seorang ibu rumah tangga. Mama sebenarnya memiliki usaha hanya saja usaha kecil-kecilan yaitu menjual donat goreng.
Mamaku terkenal dengan donat gorengnya
Donat goreng buatannya terkenal sangat enak, empuk di luar dan lembut di dalam. Sudah begitu mamaku juga menggunakan bahan-bahan premium, bukan bahan abal-abal. Karena itulah membuat orang-orang seringkali mengantri untuk membelinya.
Setelah kami semua sarapan pagi. aku membantu mama untuk menyiapkan peralatan dagang sebelum bersiap untuk berangkat kuliah.
Papa dan Kak Ali setiap hari selalu pergi naik motor bersama karena mereka memang searah Kak Ali akan membawa motor dan memboncengi papa.
Kulihat Kak Ali sudah memanaskan motornya. Sambil memanaskan motor kakakku itu selalu mengelap motornya agar terlihat bersih dan kinclong.
Kak Ali itu orangnya sangat menjaga apa yang dia miliki. Dia merawat motornya dengan baik. Dia selalu membawanya servis sebulan sekali. Kuda besi miliknya itu sangat berharga untuknya meski modelnya sudah agak ketinggalan zaman.
Aku sebenarnya bangga pada kak Ali. aku juga sangat sayang dengan Kak Ali. Namun, terkadang aku tidak tahan dengan sifat jahilnya dan juga sok akrabnya.
Pernah saat aku duduk di sekolah dasar. Temanku mampir ke rumah. Sikap Kak Ali sungguh SKSD atau sok kenal sok dekat. Rasanya aku kesel sekali karena dia seringkali menggoda teman-temanku yang mampir ke rumah dan bermain bersamaku di rumah.
Sejak saat itu aku tidak pernah lagi membawa teman untuk singgah ke rumahku.
Aku sudah siap untuk pergi berangkat kuliah. Kampusku tidak jauh dari rumah. Sehingga aku hanya perlu naik angkot satu kali saja.
Mama dan Papa tidak membiarkan aku untuk membawa kendaraan sendiri. Padahal di rumah ada satu motor lagi yang nganggur, tapi mereka bilang anak perempuan tidak perlu bisa bawa motor.
Kedua orang tuaku itu sangat over protektif. begitu pula dengan kakak dan sepupuku. Aku pernah diajari mereka untuk mengendarai motor. Hanya saja bagiku motor itu sangat berat dengan tubuhku yang sedikit mungil.
Sebenarnya aku juga bisa naik motor. Hanya saja nyaliku itu sangat kecil. Aku tidak berani mengendarai motor di jalanan. Pikiranku selalu melayang pada resiko berkendara. Seperti jatuh ketabrak dan akan lecet. Ya semua hal buruk terlintas di pikiranku ketika aku naik ke atas motor. Dan tiba-tiba aku terkena Tremor. Tanganku akan bergetar, kakiku lemas dan pikiranku sudah tidak fokus.
"Tari pergi kuliah dulu mah." Aku berpamitan kepada mamaku.
Aku meraih tangannya dan mengecup punggung tangan mama.
"Hati-hati di jalan. Fokus, tas jangan taruh di samping. Selalu dipangku dan dipeluk."
Mamaku itu sangat perhatian. Dia sangat takut sebenarnya kalau aku harus pergi sendirian dengan angkutan umum, tapi mau bagaimana lagi orang tua perempuan. ya begitulah mereka akan takut jika anaknya kenapa-napa saat menaiki kendaraan umum. Sedangkan orang tua laki-laki tidak mengizinkan aku untuk membawa kendaraan sendiri.
Ya aku mau ngambil hikmah dari semua ini. Aku pikir ini semua bentuk perhatian mereka kepadaku. Mungkin karena aku termasuk anak perempuan satu-satunya yang mereka miliki. Dan juga salah satu cucu perempuan yang hampir seluruh saudara sepupuku adalah laki-laki.
********
Aku sampai di kampus. Tami juga sampai tepat bersamaan denganku. Hanya saja sahabatku itu naik motor. Biasanya dia suka menjemputmu kalau sedang menginap di rumah neneknya. Rumah nenek Tami hanya beda beberapa gang dari rumahku.
"Tam." Aku memanggilnya.
Tami yang selesai memarkir motornya langsung menghampiriku dan kami berdua masuk ke dalam gedung kampus.
Aku adalah mahasiswa jurusan seni. Pelajaran seni adalah kesukaanku. Aku paling suka dengan seni kerajinan tangan.
"Tar, nanti setelah pulang kampus mau kemana?"
Tanya Tami kepadaku. Aku berpikir sejenak.
"Kayaknya mau jalan sama Doni. Dua hari ini gue enggak ketemu dia."
Karena sibuk mengurus urusan perjodohan. Aku dan Doni dua hari kemarin tidak berkomunikasi dengan lancar. Aku bahkan tidak membalas beberapa pesannya.
"Baru mau ngajak ke toko buku."
Tami tampak lesu dan kecewa.
"Udah jangan cemberut begitu. Nanti gue temenin ke toko buku."
Aku merangkul sahabatku itu. Dan dia langsung menoleh dengan wajah sumringah.
"Serius? Terus Doni gimana?"
Tami ternyata tidak egois. Dia tetap memikirkan aku dan Doni.
"Tenang ajah. 'Kan kita bisa ketemuan di toko buku. Gitu ajah kok ribet."
Aku dan Tami melanjutkan melangkah masuk ke dalam kelas. Hari ini kebetulan aku dan Tami ada satu mata kuliah yang sekelas.
"Lo berdua udah kerjain tugas promosi?" Tanya Oliv saat aku dan Tami masuk ke dalam kelas.
"Udah dong."
Kami menjawab serentak dan kami tahu teman yang satu ini pasti lupa mengerjakan tugas kuliah.
"Bantuin gue dong."
Benar saja dia si pelupa pasti meminta bantuan untuk menyelesaikan tugas miliknya.
Oliv adalah salah satu sahabatku di kampus. Dia satu jurusan denganku. Temanku itu adalah anak dari salah satu dekan di kampus. Anak dekan itu tidak seperti ayahnya yang selalu mengingat hal sekecil apapun. Bahkan ayah Oliv di kampus memiliki julukan yaitu 'Mata Elang'. Dia selalu bisa tahu mahasiswa mana saja yang mencontek saat ujian.
"Oliv, padahal ya. Semalem gue udah ingetin Lo'kan? Kenapa enggak langsung dikerjain sih?"
Tami nampak kesal dengan Oliv. Dia menaruh tasnya dan mengeluarkan file holder.
"Nih."
Dia menyerahkan file holder itu kepada Oliv. Meski dia kesal, tapi dia akan tetap membantu sahabatnya itu.
Kami selalu saling membantu. Kadang kami tidak mengerti kenapa Oliv bisa selupa itu. Padahal tadi aku dengar Tami sudah mengingatkannya. Seharusnya dia ingat dan langsung mengerjakannya.
Aku duduk di samping Oliv. Oliv diapit olehku dan juga Tami. Kadang aku dan Tami harus geleng-geleng kepala dengan sikap pelupanya Oliv itu.
Aku, Tami dan Oliv berteman akrab. Namun, aku lebih akrab dengan Tami. Mungkin karena kami sama-sama dilahirkan di sebuah keluarga yang hidupnya sederhana. Sedangkan Oliv. Anak dekan dan ibunya adalah salah satu pemilik kampusku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments