Part 3 - Not Me

Semua orang mendorongku untuk menerima perjodohan ini. Sungguh aku tidak terima. Aku ingin menjalani hidupku sendiri sesuai pilihanku. Aku tidak mau menikah dengan pria yang tak pernah aku cintai. Jangankan cinta, bertemu saja baru hari ini.

Kenapa sih, cowok itu malah diem aja. Padahal inikan menyangkut dia juga. Dia yang hidupnya diatur oleh orang lain. Meski itu adalah keluarganya sendiri. Seharusnya dia tetap bicara. Aaah cowok pengecut.

Aku terus merutuki pria yang rencananya akan dijodohkan denganku dalam hati

"Dek, cowok yang di depan itu. Pria yang baik, Kak Ali sudah menyelidiki dirinya."

Kak Ali menepuk pundakku. Kak Ali bahkan sudah menyelidiki cowok tersebut. Sudah pasti dia mengetahui akan hal ini jauh sebelum pertemuan ini terjadi. Kenapa semua orang melakukan ini kepadamu. Dimana keluarga yang aku kenal? Dimana mereka yang selalu terbuka dengan hal apapun. Kenapa sekarang menjadi berubah. Aku seperti terhimpit batu besar sekarang ini.

"Dek." Kak Ali kembali memanggilku.

Aku menoleh kepadanya dan dia menarik ku ke dalam dada bidangnya. Aku tak tahu mengapa rasanya ingin menangis, tapi aku tak bisa. Karena ada rasa marah dalam hatiku.

Aku tahu kalau dalam keluargaku memang ada tradisi dijodohkan. hanya saja aku juga kaget karena hal itu masih terjaga sampai sekarang.

Aku kira setelah sekian lama tidak ada yang menikah di keluarga kami,  perjodohan itu terlupakan. Ternyata tidak. Perjodohan tetap ada dan sekarang aku mengalaminya.

Mama mulai menghampiriku dan mengelus rambutku yang panjang.

"Tari, maafkan Mama yang tidak membicarakan hal ini sebelumnya denganmu. Kami semua sudah memutuskan agar kamu bisa mendapatkan pria terbaik dan kami tahu bibit, bebet dan bobot keluarganya. Kami tidak akan menjerumuskanmu sayang. Kami ingin yang terbaik untuk dirimu."

Ucapan mama membuatku terasa semakin terluka. Aku tidak pernah semarah ini kepada mamaku. Aku berharap kemarahan ini tidak menjadikanku anak durhaka. Aku hanya ingin mereka mengerti kalau aku belum siap menikah dan tidak mau menikah dengan pria yang bukan pilihan hatiku.

"Tapi Mah ..." Aku malah menitikkan air mataku.

Tak kuat rasanya menahan air mata itu. Rasanya dalam hatiku terdapat air yang mendidih. Ingin rasanya aku berteriak kencang dan bilang kalau aku menolak perjodohan ini. Namun, apa daya. Aku bukan hidup di dunia seni peran yang bisa melakukan apapun sesuka hati, seperti pemeran utamanya.

Aku yang selalu menjadi penonton setia drama Korea, sudah membayangkan kalau akan menikah dengan seorang pria yang aku cintai. Pangeran yang menggunakan kuda putih yang selalu aku nanti.

Saat aku terus melamun. Mama menggandengku ke ruang tamu dan menemui keluarga calon suamiku. Tubuhku sangat lemas. Aku seperti tidak memiliki kekuatan untuk berdiri. Hati ini benar-benar terasa seperti ingin melompat keluar dari tubuhku. Dan meninggalkan tubuh ini tanpa hati agar bisa menuruti kemauan keluarga besarku.

"Tari, duduk di samping Abah."

Abah menepuk bangku sofa yang ada di sampingnya. Dan ibu menatapku sambil mengangguk kecil. Aku akhirnya menuruti permintaan Abah dengan duduk di sampingnya.

Aku meremas jari-jariku kuat. Sebelum akhirnya aku mendaratkan diri di bangku sofa. Aku duduk sambil terus menunduk.

"Tari, Tante adalah Bunda dari Kenzi. Tante harap kamu mau menerima lamaran ini."

Seorang wanita yang duduk tepat di samping cowok yang diam seribu bahasa itu memperkenalkan dirinya.

"Tante dan Om, sudah mempersiapkan cincin lamarannya. Semoga kamu suka ya."

Bunda Kenzi meneruskan perkataannya, sedangkan aku sama sekali tak menghiraukan perkataan dirinya.

Aku bahkan enggan untuk melihat seperti apa cincin lamaran yang akan mereka berikan untukku.

Ya, Allah kenapa aku harus terjebak dalam perjodohan ini? Tolong aku, batalkan lamaran ini. 

Aku berdoa dalam hati berharap agar lamaran ini tidak pernah terjadi.

"Tari. Namaku Kenzi, aku siap melamar dirimu."

Cowok itu bicara seperti seorang robot. Sungguh cowok macam apa dia yang mau dijodohkan dengan aku, wanita yang belum pernah dia temui sama sekali.

Aku dengar anggota keluarga lain saat di jodohkan tidak langsung dilamar. Mereka menjalani perkenalan dulu hingga timbul rasa suka. Zaman dulu mungkin identik dengan perjodohan.

Sekarang bukan lagi zamannya Siti Nurbaya yang di jodohkan dengan Datuk Maranggi.

Aku hidup sudah di zaman modern. Aku bukan seperti uwak atau paman atau kakak sepupuku yang sebagian hidup di zaman perjodohan.

Aku sungguh tidak mau menikah dengan cara seperti ini. Ini pasti akan menjadi pernikahan yang menyebalkan.

Pria yang ada di depanku saja sikapnya seperti kanebo kering. Sejak awal masuk ke rumah Abah. Dia terlihat kaku, tidak bersahabat dan orangnya seperti tidak memiliki rasa humoris. Sejak Abah dan tamu lain bersenda gurau. Dia hanya diam mematung tak ada respon.

"Mentari, Om dan Tante akan memberikan cincin tunangan ini sekarang kepadamu. Ini sebagai simbol kami telah melamar kamu. Jika sudah siap pakailah cincin ini."

Wanita itu menyodorkan kotak perhiasan berisikan cincin kepadaku. Aku hanya memandangi kotak itu tanpa mengambilnya.

Mungkin sekarang aku ibarat cincin itu. Berada di dalam gelapnya kotak, sendirian dan merasa pengap.

Dadaku semakin sesak saja. Aku tidak tahu harus meraih kotak itu dan membukanya, atau membiarkan saja kotak itu sebagai tanda penolakan dariku.

"Tari, ayok ambil cincinnya. Kamu coba apakah cocok atau tidak."

Mama sepertinya sangat bernafsu untuk menjodohkan aku dengan Kenzie. Aku tidak tahu kenapa semua anggota keluarga sangat mendukung perjodohan ini. Siapa sebenarnya pria ini? Dan keluarga macam apa mereka?

Pertanyaan demi pertanyaan mulai singgah di otakku. Pandanganku juga masih ku letakkan di kotak perhiasan itu. Aku memperhatikan kotak itu bukan karena ingin memilikinya.

Aku sedang berusaha berpikir bagaimana menolaknya. Aku tidak mau mereka tersinggung dan tidak mau persahabatan Abah dengan kakek Kenzi menjadi renggang sebab perjodohan yang tidak terlaksana ini.

Sungguh situasi yang membuat aku menjadi frustasi. Perjodohan yang mendadak tanpa pemberitahuan.

Pria yang seperti kanebo kering yang sama sekali tidak menolak untuk di jodohkan. Sungguh situasi yang membuat aku semakin kesal dengan pria itu.

Aku mungkin memang anggota keluarga ini, tapi bukan aku jika dengan mudahnya menerima perjodohan ini. Aku bukan seperti mereka yang mudah menerima. Aku akan berusaha menggagalkan perjodohan ini semampuku. Aku akan pastikan perjodohan ini dibatalkan olehku atau oleh dia.

Akan aku buat pria itu yang menggagalkannya mungkin. Karena katanya pamali keluarga perempuan menolak lamaran dari seorang pria. Katanya bisa-bisa bodohnya sulit dan akan lama untuk menikah. Aku tidak mau itu terjadi kepadaku. Aku mau menikah dan memiliki keluarga kecilku sendiri. Namun, bukan dengan pria itu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!