Kini, Christian dan Ana ke luar dari ruangan itu. Christian memanfaatkan keadaan tersebut untuk bicara dengan istinya dan menenangkan wanita itu. Ia mengimbangi lagkah Ana yang berjalan cukup cepat.
“Sayang kita harus bicara.” Christian mencekal tangan Ana dan berhasil membuat wanita itu menghentikan langkahnya.
“Semuanya sudah jelas, Christian. Berhenti memanggilku dengan sebutan itu. Bahkan kau berani memanggil wanita lain dengan sebutan yang sama. Apa kau pikir aku masih sudi menerima sebutan itu darimu?” murka Ana.
“Kita bicara di tempat lain,” ucap Christian sembari mengedarkan pandangan ke sekeliling.
Keributan pasangan itu cukup menyita perhatian beberapa pengunjung yang lewat.
“Ini rumah sakit. Aku tidak ingin kita membuat keributan di sini.” Christian menarik tangan Ana Maria perlahan dan menuntun wanita itu menjauh dari sana.
“Lepas! Aku bisa jalan sendiri.” Lagi, Ana Maria menepis kasar tangan Christian.
Sementara pria itu hanya bisa menghela napas pasrah mendapat perlakuan seperti itu dari wanita yang dicintainya.
***
Sebuah kafe yang berjarak tidak jauh dari rumah sakit, menjadi pilihan Christian untuk menjelaskan pada istrinya.
“Cepat katakan!” ucap Ana dengan nada ketus. Ia bahkan enggan untuk menatap pria di depannya.
“Sayang, tolong maafkan aku. Apa yang kamu lihat dan dengar tidak seperti apa yang kamu pikirkan.”
“Berhenti memanggilku dengan panggilan itu, Christian!" Ana masih murka pada suaminya dan tidak mau mendengar panggilan yang dulu menjadi panggilan yang paling syahdu di telinganya itu.
“Tapi kamu masih tetap menjadi satu-satunya wanita yang aku cintai, Ana,” tegas Christian.
Ana Maria mendongak menatap suaminya. Ia kemudian tertawa pelan. “Apa kau pikir aku bodoh? Kau menikah dengan wanita lain tanpa sepengetahuanku.
"Sekarang masih berani mengatakan jika aku adalah satu-satunya wanita yang kau cintai? Kau bahkan menghamilinya. Apa kau sudah gila!”
“Ya. Aku sudah gila, Ana dan memang seprti itulah kenyataannya,” tukas Christian.
Pria itu meraih tangan istrinya dan menatap lembut wanita yang memang sangat ia cintai tersebut. “Aku melakukan semua itu untukmu, Sayang.”
Ana memicingkan mata. Manik mata indah itu menuntut sebuah penjelasan pada suaminya.
“Lihat. Kita sudah bersama selama sepuluh tahun. Aku sangat mencintaimu, Ana. Sangat. Lihat aku.” Christian menarik lembut dagu istrinya.
Memaksa wanita itu untuk menatapnya. “Apa kamu melihat sebuah dusta di sini? Bukankah kamu bisa melihat sebuah kejujuran dari mata seseorang? Lalu, apakah kamu melihat kebohongan di mataku saat aku mengatakan pengakuan cintaku, Ana?”
Ana masih menatap suaminya. Ia sedang mencari sesuatu di balik manik mata pria yang sebenarnya masih sangat ia cintai.
Sialnya, lidahnya kelu untuk memberikan sebuh bantahan dan kembali melontarkan makian pada pria itu. Sebuah lelehan kristal bening yang perlahan membasahi kedua pipinya menjadi perantara dari rasa sakit dan kecewa yang ia rasakan.
“Tapi dia melahirkan anakmu. Bagaimana itu bisa terjadi jika tidak ada cinta di antara kalian,” lirih Ana sembari terisak. Ia menunduk dengan pundak yang naik turun.
Christian segera beranjak dari duduknya, berjalan berputar dan duduk di samping Ana. Memberikan pelukan untuk menenangkan wanita itu.
“Percayalah, Ana. Aku tidak akan mengkhianatimu. Aku melakukan semua ini untukmu, untuk kita.”
Ana hanya diam. Wanita itu terus terisak. Mencoba untuk meluapkan rasa kecewa dengan air mata. Melepas rasa sesak yang mengimpit. Perlahan, Ana mencoba untuk menetralkan perasaannya.
“Jelaskan semuanya.” Beberapa menit kemudian, wanita itu mendongak dan menatap suaminya.
Sebuah senyum terbit di kedua sudut bibir Christian. Prai itu mengurai pelukannya. Ia bisa merasakan jika sang istri sudah jauh lebih tenang. Pia itu mengangguk dan mengusap sisa air mata di kedua pipi istrinya.
“Aku akan jelaskan dan aku harap kamu percaya padaku,” imbuh Christian dan mendapat anggukan pelan dari Ana.
“Apa kamu ingat, dulu pernah memintaku untuk mengadopsi anak dari panti asuhan? Bahkan saat aku menolak mentah-mentah, kamu menyuruhku mencari seorang wanita untuk mengandung anakku?”
Ana mendongak dan menatap suaminya. “Tapi kau menyembunyikan itu dariku, Christian. Kalian bahkan sudah menikah tanpa sepengetahuanku.”
Sakit rasanya bila mengingat apa yang pria itu lakukan padanya, tetapi Ana juga harus mendengarkan penjelasan dari suaminya.
“Ya. Aku tahu salah karena menyembunyikan semuanya darimu, tapi janji akan mengatakan semuanya padamu, Ana."
"Untuk saat ini, aku mohon bersabarlah sebentar lagi. Aku tidak ingin sampai Laura marah dan mengambil anak itu dari kita."
"Kamu tahu, aku melakukan semua demi kebahagiaan kita.” Christian meraih tangan Ana dan meremasnya pelan. “Aku hanya memanfaatkan Laura untuk mengandung anak itu, melahirkannya dan mengambil anak itu untuk kita rawat. Hanya sebatas itu.”
“Tapi kenapa harus menikahinya?” Entah pertanyaan bodoh macam apa yang Ana lontarkan.
Mungkin rasa takut kehilangan telah membuat akal sehat wanita itu hilang. Yang ia pikirkan hanyalah membayar seorang wanita untuk mengandung anak suaminya dan menjadikan rahim wanita itu hanya sebatas titipan dari bayi yang akan mereka rawat kelak.
“Laura tidak bisa dibujuk dengan uang, Sayang. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan dengan pernikahan tersebut."
"Itu hanya sebuah pernikahan yang sah di mata agama. Tidak bisa diakui oleh negara. Aku bisa menjatuhkan talak kapan pun aku mau dan Laura tidak bisa menuntut. Kami tidak terikat perjanjian apapun.” Christian mejelaskan.
“Tapi bukan tidak mungkin kamu akan jatuh cinta pada wanita itu. Apalagi kalian sudah menikah. Tidak ada alasan untukmu menolak permintaannya,” sanggah Ana dengan kekhawatirannya.
“Apa kamu sedang meragukan cinta dan kesetiaanku, hem?” Christian memutar tubuh istrinya dan memberikan tatapan teduh pada wanita itu.
“Tapi aku takut,” imbuh Ana.
Entah kenapa hatinya merasa ragu, meskipun ia tidak menemukan sebuah dusta di kedua bola mata suaminya.
Christian menarik Ana ke dalam pelukannya. Memberikan usapan lembut yang menenangkan di punggung wanita itu.
“Aku hanya butuh anak itu. Aku akan membawanya untukmu. Kita besarkan anak itu berdua dan wujudkan semua mimpi-mimpi kita, Sayang,” imbuhnya.
Ana mengangguk dan tidak ada lagi bantahan atau pembelaan dari wanita itu. Akhirnya logika kalah dengan nurani.
Rasa cintanya untuk Christian begitu besar, sehingga emosi yang sudah membuncah dengan mudahnya menguar begitu saja. Christian selalu bisa membuatnya tenang.
Tidak peduli sekeras dan sekasar apa kata-katanya pada pria itu, tetapi Christian selalu dengan lembut memperlakukannya.
Christian memang tidak sedang berdusta. Baginya, Ana Maria adalah wanita istimewa dan akan menjadi pemilik hatinya. Wanita yang sangat ia cintai semenjak masa masih kuliah dulu. Ketulusan cintanya mampu menutupi kekurangan Ana dan melengkapinya.
Christian tahu jika ia memang salah karena sudah melibatkan wanita sebaik dan sepolos Laura. Membuat wanita itu masuk dan terjebak di dalam permainannya. Bahkan, membuat Laura benar-benar jatuh cinta padanya.
Sebesar itu cintanya pada Ana Maria, hingga di mengorbankan perasaan wanita lain yang juga tulus mencintainya.
Laura hanyalah sebuah pilihan bagi Christian. Yang akan menjadi tujuannya tetaplah Ana Maria. Wanita yang sudah sepuluh tahun menemani dan mengabdikan hidup untuknya. Rasanya terlalu jahat jika ia benar-benar mengkhianati wanita itu.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 279 Episodes
Comments
Ana Kurniawan
cinta kok selingkuh..
2023-06-18
0
Muniroh Mumun
tak kan semudah itu forguso ..enak kali kau ......mau anaknya doang ......emaknya nglekor aja .....emak tua emang kaya sih ...tp g punya anak .....
2023-06-17
0
Mr.VANO
meyakinkan sekali penjelasan christian,,,,tp lidah tdk bertulang,,,,skrg dia bilang tak cinta sama laura tp tak besok🤦
2023-03-30
0