Saat ia tidak bisa lagi menahan perasaan membuncah yang meluluhlantakkan dunianya, Ana Maria kali ini sama sekali tidak mempedulikan apapun.
“Berengsek, kau Christian! Aku akan membuatmu menyesal karena telah mengkhianati ikatan suci pernikahan kita!”
Suara teriakan Ana Maria yang menggema di ruangan berukuran luas tersebut, berhasil membuat sang detektif merasa bersalah karena pekerjaannya selalu membuatnya menghancurkan hati orang yang membayarnya mahal.
Pekerjaan seorang detektif yang memang mengharuskan mencari sebuah kebenaran meskipun itu pahit sekali pun dan bisa membuat kliennya frustasi dan hancur, tetap harus disampaikan dan ekspresi seperti di depannya memang sudah biasa ia lihat.
Namun, untuk pertama kalinya ia merasa dunia sangat tidak adil pada nasib wanita cantik yang memiliki segalanya tersebut karena terlihat terpukul atas pengkhianatan yang dilakukan oleh sang suami.
“Maafkan saya, Nyonya. Ada satu hal yang belum saya sampaikan pada Anda.”
Ana yang masih belum bisa menormalkan perasaannya, kini terpaksa mengangkat pandangannya dari foto-foto tersebut dan beralih pada sosok pria yang benar-benar telah membawa kabar buruk untuknya.
“Katakan apa yang lebih buruk dari ini! Aku akan menambahkan bayaranmu karena berhasil membuatku mengerti seperti apa suamiku yang sebenarnya.”
“Hari ini suami Anda membawa istri ...." Boby seketika memfilter perkataannya dengan lebih lembut.
“Maksud saya, membawa wanita itu pergi ke rumah sakit karena sudah mengalami tanda-tanda melahirkan. Apa Anda berniat untuk datang ke rumah sakit? Saya bersedia untuk mengantar Anda ke sana.”
Dengan jantung yang seperti mau meledak karena kabar itu berhasil membuatnya tidak bisa menopang beban berat tubuhnya, Ana kini sudah terhuyung ke belakang dan nasib baik ia terjatuh di atas sofa empuk berwarna merah di sebelah kanannya.
Masih merasa sangat hancur sekaligus terpuruk, suaranya sampai tercekat di tenggorokan dan membuatnya kesulitan untuk menanggapi pertanyaan dari sang detektif yang diketahuinya merasa sangat iba pada nasib buruknya.
“Beri aku waktu lima menit untuk bernapas dan berpikir.”
“Baik, Nyonya. Saya akan menunggu Anda di parkiran. Jika Anda tidak berniat ke rumah sakit, tolong kirim pesan saja.” Boby yang ingin memberikan waktu untuk sosok wanita yang terlihat sangat terpukul tersebut, kini sudah berbalik badan dan berjalan menuju ke arah pintu keluar.
Sementara Ana Maria yang masih menatap ke arah foto-foto yang berceceran di lantai tersebut, langsung bangkit berdiri dan berjalan ke arah meja. Kemudian memporak-porandakan semua yang ada di sana hingga semuanya kini bernasib nahas di lantai.
“Aku akan membuat perhitungan denganmu dan wanita itu!” teriak Ana dengan tangan sudah mengeluarkan darah karena tadi sangat kuat menghempaskan tangannya pada komputer hingga jatuh ke lantai.
Selama beberapa saat ia dikuasai oleh amarah yang sekaligus membuat hatinya hancur berkeping-keping.
Namun, beberapa saat kemudian, ia yang sudah sedikit tenang, memilih untuk mengambil semua bukti perselingkuhan sang suami karena tidak ingin ada yang mengetahui kebobrokan rumah tangganya yang terlihat sangat bahagia di media.
“Tunggu aku. Aku ingin melihat ekspresi wajahmu saat melihatku,” ucap Ana Maria yang kini merapikan penampilannya sebelum keluar dari ruangan kerja dan berangkat ke Bandung dengan detektif yang dibayarnya.
Penampilan adalah hal yang menurutnya paling penting dan tidak ingin terlihat buruk di mata staf perusahaan yang selama ini menghormatinya.
Dengan meraih ponsel miliknya yang ada di dalam tas, ia menghubungi asisten pribadinya. “Urus perusahaan karena aku hari ini akan pergi ke Bandung.”
Menutup telpon tanpa menunggu jawaban dari seberang telepon dan mulai berjalan menuju ke arah lift yang membawanya ke lobi perusahaan.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 279 Episodes
Comments