Sepulang dari kantor Haya langsung mengambil Attar dan bermain dengan Attar. Lelah yang di dera, seketika sirna saat melihat senyum ceria Attar. obat dari lelah adalah senyuman Attar.
Beberapa kali Attar mengucapkan kalimat yang begitu menggemaskan. Hati Haya bagai di robek sembilu, saat sebuah ingatan melintas kembali di ingatan. kenyataan yang Haya pungkiri adalah sebuah kenyataan.
Bagaimana mungkin anak se kecil Attar akan menjadi korban perceraian orang tua nya? Sungguh hati Haya kembali teriris-iris, egois itulah satu kalimat yang tepat.
Begitu lah sikap Niko, setiap kali ada masalah, kata talak akan dengan mudah keluar dari mulut nya. Terkadang juga sampai memukul wajah Haya, namun cinta telah membutakan mata Haya, hingga Haya berpikir itulah Cinta, orang akan mengapresiasikan Cinta dalam banyak Sikap.
Cinta memang begitu, walau pernah di kecewakan, pernah di sakiti, bahkan di bantai sekalipun. Cinta Haya akan selalu utuh buat Niko. Tak perduli seberapa sering Haya menahan kecewa.
Talak pertama di ucapkan Niko, saat Haya pergi ke rumah orang tuanya selama seminggu. Padahal Haya sudah minta ijin, bahwa akan menengok sang Ayah yang sudah sakaratul maut dan menemani nya di sisa-sisa umur nya.
Haya anak satu-satunya. sudah jelas sang Ayah sangat mengharapkan kehadiran Haya, disaat sang ayah merasa sudah lemah tak berdaya.
Tak selang lama sang Ayah Haya pun wafat, Haya sangat terpukul. Niko datang ke pemakaman sang mertua, namun tak lama kemudian Niko ada meeting penting di luar negeri dan mengharuskan pergi secepatnya. Hingga Haya menemani sang Ibu seminggu lagi.
Haya tau dan Haya mengerti, saat ini sang ibu begitu sangat terpukul atas meninggal nya sang Ayah yang hebat dan bijaksana.
seorang kerabat mengantarkan Haya kembali kerumah, saat Niko sudah pulang dari tugas Meeting di luar negeri. Namun tanggapan Niko berubah saat melihat Haya mengucapkan terimakasih dengan senyum yang manis, hati Niko terbakar cemburu. Amarah menguasai diri Niko.
Saat Haya masuk rumah, Niko langsung melayangkan tuduhan demi tuduhan. Niko layangkan umpatan dan kalimat kasar. Hati Haya remuk redam mendapat tuduhan yang tidak benar. Haya pun membantah dengan lantang bahwa tuduhan Niko tidak benar.
Haya merasa kecewa dengan sikap Niko yang asal saat bicara, saat perdebatan hebat itu lah kata Talak terucap untuk yang pertama kali nya. Padahal saat itu Haya sedang mengandung anak pertama mereka yang tak lain adalah Attar buah hati mereka.
"Ya Allah___" Haya mengusap air mata yang tiba-tiba jatuh di pelupuk mata. Dan kini Haya tidak punya tempat ternyaman lagi, karena dua orang yang Haya cintai, yakni Ayah dan Ibu Haya sudah meninggalkan Dunia ini
Suara deru mobil sudah terdengar. Haya segera mengusap air mata yang masih tersisa di pipi tirus nya. Walau sedang kecewa, Haya memaksakan bersikap baik-baik saja.
Niko segera menghampiri Haya dan Attar yang tengah bermain di ruang keluarga. Niko langsung mengendong Attar dan mengajak nya bercanda hingga tawa Attar terdengar begitu jelas.
"Bagaimana mungkin kebahagiaan ini akan segera berkahir? Aku sungguh tidak akan sanggup!" Haya membatin. Dengan mata yang memperhatikan Niko dan Attar tengah bermain.
"Mas, apa mas sudah makan? Lebih baik mas makan terlebih dahulu?" Haya berlalu hendak membantu bik Pina menyiapkan makan malam.
"Tidak usah ya! aku sudah makan di kantor. Tadi ada meeting penting, dan kebetulan meeting nya di sebuah restoran, jadi aku sudah makan disana. Kamu makan lah jika kamu belum makan, biar aku yang jagain Attar."
"Baik lah," Haya melangkah kan kaki menuju ruang makan. Hampa dan sunyi lalu Haya memanggil bik Pina.
"Bibik____" Panggil Haya.
Bik Pina pun segera menghampiri Haya.
"Ada apa, Bu?"
"Bibik sudah makan?"
"Sudah Bu, tadi sehabis Maghrib bibik makan, kan bibik puasa jadi Bibik sudah lapar dari tadi."
Haya menatap jam di dinding, benar saja saat ini sudah jam sembilan malam. Ini terlalu malam untuk makan malam.
"Aku enggak jadi makan bik. Tolong di bereskan saja, aku mau istirahat."
Bik Pina pun melangkah kan kaki mendekati meja makan, memulai menyimpan kembali makanan yang di masak bik Mila.
"Kalau ibu tidak makan nanti ibu sakit. Ibu kan punya sakit maag, ayo lah makan walau hanya sedikit," pinta bik Pina.
"Aku enggak lapar, bik."
"Walaupun enggak lapar harus di paksakan Bu. Kalau bukan kita yang menjaga pola makan kita, lalu siapa lagi? Apa ibu tidak kasian, jika Attar sedih karena ibu sakit. Ibu harus selalu sehat."
Mata Haya berembun teringat oleh nasehat yang selalu di dengungkan oleh sang Ibu saat dirinya malas makan.
Sang Ibu akan selalu memaksa nya sampai Haya benar-benar mau makan.
"Ayo Bu, ini enak loh?" bujuk bik Pina.
Akhir nya Haya mau sedikit memakan nasi yang di sediakan oleh bik Pina. Walau hanya sedikit setidak nya perut nya tidak benar-benar kosong.
Selesai makan Haya menemui Niko dan Attar di dalam kamar dan ternyata Attar sudah terlelap.
"Attar sudah tidur, mas?" Haya mendekat.
"Sudah." Jawab Niko sambil melepas baju kemeja nya dan melempar ke sembarang arah.
Haya pun duduk di tepi ranjang sambil mengusap pipi gembul sang anak yang ada di dalam box bayi.
"Jadi anak yang pinter ya sayang, ibu sayang Attar," lirih Haya dan hampir saja menangis jika mengingat ucapan Niko semalam.
"Mas apaan sih!" Lirih Haya, saat tangan kekar Niko meraba-meraba.
"Aku pengen!" Bisik Niko di telinga Haya. Haya awal nya menolak, tapi Niko yang memaksa dan terus memancing akhirnya Haya luluh jua.
Hati Haya menolak tapi otak Haya merespon dan mengingin kan nya.
Sampai lah hubungan suami istri itu terjadi*****
Haya melangkah kan kaki menuju kamar mandi dan menguyur badan nya menggunakan shower.
Berharap kepedihan akan luruh bersama deras nya air yang menguyur tubuh nya. Namun semua itu nihil dan suatu kemustahilan yang nyata.
Lama sekali Haya mengguyur tubuh hingga mulai terasa dingin dan menggigil. Akhirnya Haya keluar dan mengakhiri mandi nya.
Haya melihat ke arah atas ranjang, tampak seorang lelaki tampan, putih dan bertubuh tegap sedang berbaring disana.
Lelaki yang tiga tahun lalu telah mengucap ijab kabul untuk nya.
Lelaki yang teramat Haya cintai, lelaki yang sangat Haya kagumi, dan Haya banggakan.
Sungguh Haya tidak sanggup membayangkan hidup tanpa lelaki yang bergelar seuami tersebut.
Haya kembali mendekati Niko yang sudah terlelap, di usap nya dengan lembut pucuk kepala Niko dengan perasaan yang campur aduk.
"Aku mencintai mu, mas!" Lirih Haya dengan sesegukan.
Niko mengambil tubuh Haya dan memeluk nya, agar Haya mau tidur di dalam dekapan nya, dekapan yang dulu membuat nya nyaman namun saat ini terasa berbeda.
Ada cinta, ada takut dosa, ada khawatir dan ada segala macam hal menjadi satu.
Haya terlelap dalam tidur bersama Niko di samping yang mendekap tubuh nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
enungdedy
duhh gmn tuh ...niko koq bisa gtu sih
2023-03-09
0