Semalaman Haya tidak dapat memejamkan mata. Ucapan kata talak yang di lontarkan Niko masih terngiang jelas di telinga Haya, namun Haya bisa apa? Cinta melanda relung hati Haya dan membutakan akal sehat, segila inikah cinta?
"Masak apa hari ini?" Niko yang sudah rapi dengan setelan jas pun menghampiri Haya yang sedang menyiapkan sarapan di meja makan.
"Aku buat Roti panggang isi daging, sayuran, telor dan juga keju," Haya meletakan Roti di depan meja Niko, Niko pun segera melahap nya sampai habis. Roti panggang adalah salah satu makanan kesukaan Niko.
"Memang sarapan buatan mu selalu yang terbaik. Kalau kayak gini terus aku jadi semangat kerja nya," Niko melahap roti bikinan Haya dengan semangat dan hati senang.
Haya bahagia melihat Niko bahagia, tiba-tiba Haya teringat kata talak yang semalam Niko ucapkan, tapi di lain sisi Haya juga malas membahas itu semua, walau hati kecil nya meronta dan di landa kebimbangan.
"Di minum susu nya, mas?" Haya menyodorkan segelas susu rendah lemak dan rendah gula yang masih hangat pada Niko.
"Terimakasih sayang?" Niko menerima susu tersebut dan meminum nya hingga tandas.
Seulas senyum senang terbit di wajah manis Haya. Anak rambut yang sesekali menutupi mata bulat nya menambah kecantikan Alami dari sana nya. Bagaimana tidak, dulu Haya adalah seorang bintang kelas. Haya cantik, pintar dan sikap nya yang baik menambah nilai kesempurnaan.
Niko mengusap pipi Haya dengan lembut. "aku pergi bekerja dulu?" Niko mencium kening Haya dan berlalu menuju kantor.
"Hati-hati, mas" teriak Haya yang mendapati suaminya sudah masuk kedalam mobil. "selalu begitu, terburu-buru!" gumam Haya.
Haya kembali ke meja makan dan mengambil tas kerja, Haya sendiri akan pergi ke kantor di tempat nya bekerja.
"Bik, aku berangkat kerja dulu, titip Attar?" Pamit Haya pada bik Pina, selaku pengasuh Attar putra semata wayang nya yang kini berusia dua tahun.
Attar yang tau jika sang Ibu akan pergi ke kantor pun melambaikan tangan mungil nya. "jangan rewel ya di rumah, anak pinter," Haya mencium pipi gembul Attar.
Bik Pina tugas nya menjaga Attar, sedang orang yang bersih-bersih rumah sudah ada sendiri. Yakni perempuan setengah baya bernama bik Mila. Namun bik Mila tidak selalu menginap di rumah keluarga Haya, terkadang berangkat pagi dan pulang sore hari.
"bye___ ibu" bik Pina mengangkat tangan Attar dan melambaikan nya pada Haya yang masuk ke dalam mobil.
"Kiss bye" seru bik Pina.
"emuah.........." Bik Pina kembali tertawa dan membawa Attar masuk kedalam untuk bermain.
Haya tersenyum, namun saat teringat kejadian semalam hatinya kembali nyeri teramat dalam.
"ya Allah apakah semua ini termasuk dosa? lalu dimana kesalahan ku? aku sama sekali tidak menginginkan perpisahan, begitu juga dengan mas Niko," lirih Haya dengan pelan melajukan mobil menuju kantor.
Di sepanjang perjalanan wanita berambut panjang menyentuh panggul tersebut tersenyum pahit. Bagaimana bisa jadi begini? Bagaimana caranya jika orang lain tau tentang hukum pernikahan nya? Rasanya Haya tidak akan sanggup jika hidup tanpa Niko, Haya tau bahwa hati Haya begitu mencintai Niko.
Haya memasuki area perkantoran dengan memasang wajah senyum, senyum palsu mungkin bisa di bilang begitu.
Sebuah jabatan yang menjanjikan yaitu seorang Asisten dari big bos Meca, ya big bos di kantor tempat Haya bekerja adalah seorang perempuan.
Jika big bos nya seorang laki-laki sudah di bisa pastikan Niko tidak akan memberikan izin pada Haya untuk bekerja. Banyak kasus kan, Asisten maupun sekertaris berselingkuh dengan big bos nya, dan itu lah salah satu alasan Niko melarang Haya bekerja jika big bos nya laki-laki.
Haya duduk di kursi dalam ruangan nya. Hati nya gamang. Bagaimana Haya bisa bekerja jika pikiran nya sedang kacau seperti itu?
Haya teringat kembali ucapan Niko semalam "arkh___" Haya melempar pulpen ke dinding dan menutupi wajah dengan kedua telapak tangan dan mengusap nya kasar.
"Kenapa mas Niko bisa gegabah sih! Sekarang jadi rumit begini. Aku bisa saja tidak mengatakan pada siapa pun, tapi nurani ku mengingkari kebenaran bahwa yang aku buat ini salah," lirih Haya sambil meremas sebuah kertas.
Haya menerawang ke atas dinding plafon. Teringat saat Haya mengirim Chat bahwa Haya akan pulang sedikit larut malam, karena ada bisnis yang mengharuskan dirinya dan big bos meninjau langsung lokasi, namun ternyata ada sedikit masalah pada mobil dan membuat Haya lebih lama dan pulang lebih larut.
Niko marah dan kebablasan, sampai kata talak begitu mudah di lontarkan. kenapa sih dengan lisan Niko? Haya mengusap mata, berharap tidak menangis.
"Haya, mana dokumen tentang bisnis kontrak kerja kita sama PT Aniluver. Aku ingin membaca dan mengapresiasikan langsung, itu sebuah kontrak kerja yang menguntungkan. Kamu harus ikut aku menyelesaikan bisnis ini. Setelah produk kita di promosi kan dan laku keras di pasaran maka kamu pun akan ku beri bonus."
Haya tersenyum dan memberikan dokumen tersebut. "Terima kasih banyak Bu atas kepercayaan yang ibu berikan. Saya akan berusaha bekerja yang the best untuk perusahaan ini."
"Semangat yang bagus!" bu Meca pun pergi keruangan nya yang hanya di batasi dinding kaca, ya antara ruangan Bu Meca dan Haya hanya ada dinding pembatas sebuah kaca besar dan panjang.
Haya mengerjakan tugas nya dengan begitu serius. Jujur hati Haya gamang dan butuh saran, tapi Haya terlalu malu jika mengatakan nya pada orang lain. jika diam lebih baik, dengan diam juga menyakiti.
Detik berubah ke menit dan menit berubah ke jam dan jam pun kini sudah menunjukan jam satu siang. Jam istirahat untuk makan siang dan sebentar lagi jam istirahat akan segera habis, namun Haya masih tetap setia duduk di kursi nya dengan serius melihat ke arah laptop dan beberapa berkas penting.
"Haya, kamu ada masalah apa?" Bu Meca sudah berdiri tepat di depan Haya.
Haya pun gelagapan dan mengedipkan mata terlalu susah walau hanya untuk berkedip, begitulah kenyataan nya.
"Tidak Bu, tidak ada masalah apapun! Maaf ibu perlu apa ya? Maaf saya teledor dan tidak fokus."
"Jika ada masalah boleh cerita dengan saya. bukan kah saya juga sering curhat ke kamu kan. Ada apa katakan lah?" tanya Bu Meca. karena antara Bu Meca dan Haya hanya berbeda usia yang tidak begitu jauh, mungkin saja Bu Meca akan mengerti masalah Haya. Tapi tidak, Haya tidak mau membuka masalah ini pada orang lain.
"Tidak Bu, sungguh saya tidak ada masalah apapun," tegas Haya dan tersenyum penuh kepalsuan.
"Baiklah jika begitu, tolong kerja yang fokus! Jika kamu merasa lelah dalam bekerja dan ingin merileks kan pikiran, kamu boleh ambil cuti," terang Bu Meca.
"Terima kasih banyak Bu, tapi saya rasa untuk saat ini saya belum perlu ambil cuti, saya merasa tidak enak, ibu terlalu baik pada saya."
"Sudah lah jangan sungkan, kalau pikiran dan otak kita rileks kan kerjaan kita pun bagus, bukan begitu?"
"Iya, Bu." Haya tersenyum palsu kembali.
Bu Meca pun kembali masuk ke ruangan nya, setelah mengambil dokumen tentang rencana kerja sama pembuatan market di salah satu kota yang masih belum terlalu ramai tersebut. Rencana nya Haya juga akan ikut serta saat Bu Meca menyambangi kota tersebut.
Haya merasa malu, biasanya dengan sigap Haya akan mengatakan dan memberi tahu big bos nya tentang apa saja dan bagaimana cara kinerja dan memperbarui setiap apa yang di rasa perlu di perbaiki, tapi kali ini Haya low energi dan low think.
Padahal masih semangat buat nulis, tapi kendala sinyal yang kualitas nya kurang mendukung menjadikan saya turun naik semangat nulis nya.
Di buka loading Mulu... Ngangguan sinyal
Kayak mana bisa up jika kayak gitu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
enungdedy
baca novel bisa sembari belajar ttg rumah tangga...
2023-03-09
0