Serangkaian acara di Sekolah SMA Labschool yang diselenggarakan oleh pihak sekolah untuk menyambut siswa dan siswi baru mulai dari kelas 10A hingga kelas 10E telah usai. Seluruh siswa dan siswi kini berbondong-bondong untuk menuju kelas masing-masing yang sudah ditetapkan pula oleh wali kelas mereka melalui nama-nama yang tertulis di mading Sekolah.
Mengusap dada karena merasa lega sudah terbebas dari panasnya matahari disiang hari yang terik, tak lupa terus mengucap syukur karena merasa beruntung sudah masuk kedalam SMA terfavorit di kota tersebut. Apalagi untuk kaum hawa, tentunya merasa beruntung karena memilik Ketua Osis serta wakilnya dan Kapten Basket yang sangat sempurna bagi mereka. Semakin yakin untuk memasuki ekstrakulikuler apa yang akan mereka geluti beberapa hari kedepan.
''Kayaknya Ketua Osis kita suka deh sama Lo.''
''Nggak usah ngarang!'' Ketus Luna menanggapi celetukan Laras yang menurutnya sangat ngawur.
''Loh, siapa tau kan emang bener?'' Kekeh Laras tak mau kalah memberi asumsi ini dan itu.
''Kayaknya Lo konslet deh habis berjemur dilapangan.'' Ucap Luna membuat Laras terpingkal-pingkal.
Dua gadis berbeda nama tersebut tengah berjalan menuju kantin sekolah yang berada di bagian belakang gedung, siang sudah hampir berlalu dan mereka sama sekali belum mengisi perutnya, begitupun para siswa dan siswi yang lain. Itu disebabkan akibat seluruh pidato dan pengarahan dari Kepala Sekolah beserta para senior yang menurutnya sangat bertele-tele, setidaknya itu untuk Laras dan Luna.
''Dilihat dari mana dia suka sama Gue?'' Terus saja berbicara yang menyangkal ucapan sang teman,
''Dari cara dia lihat Lo. Caranya menatap itu sungguh bikin meleleh.'' Ucap Laras sembari mendongakkan kepalanya dan berkhayal yang tidak-tidak mengenai Ketua Osis mereka.
''Lo kira Bara es krim?''
Luna hanya menggelengkan kepalanya saja tak mau menanggapi lagi, ia kemudian memilih tempat duduk yang terletak dipojok ruangan, tak memperhatikan sekitar kecuali tempat duduk yang ia tuju.
Namun, belum sampai ia dan Laras meletakkan bokongnya ditempat duduk tersebut, rupanya Lula dan kedua sahabatnya sudah lebih dulu menduduki tempat tersebut. Membuat Luna menghela nafas jengah dan memutar bola mata kesal, ia langsung berhenti melangkah begitu melihat Lula duduk disana.
Jika Luna menghela nafas jengah, maka Lula memasang senyum kemenangan dan mengejek. Merasa lebih dulu menang daripada saudara kembarnya tersebut. Sedang Laras yang memang belum mengenal Lula sama sekali merasa bingung melihat interaksi antara duo kembar dihadapannya ini.
''Kenapa saudara Lo mendahului kita? Dia ngerebut tempat duduk kita? Atau kita yang terlalu lelet berjalan?'' Bisik Laras ditelinga Luna, sorot matanya masih menatap Lula dan sahabatnya yang malah bercengkrama sembari menghadap bakso yang masih mengeluarkan uap mengepul tersebut.
''Saya tidak tahu yang mulia.'' Kesal Luna. Ia langsung menggenggam pergelangan tangan Laras dan mengajaknya untuk beranjak dari sana. Memilih dan memilah tempat duduk yang masih kosong.
''Hei, duduk sama Gue aja.''
Suara baritone khas milik seorang lelaki mendengung indah ditelinga Luna dan Laras. Membuat kedua gadis itu terlonjak kaget, kemudian mereka membalikkan badannya dan menatap siapakah gerangan seorang pria yang datang menawarinya sebuah tempat duduk dengan senang hati tersebut.
''Kak Bara?!'' Pekik Laras dengan senang, ia kemudian tersadar bahwa ia tengah berada dikantin sekolah. Maka dengan cepat ia menutup mulutnya sembari tersenyum kikuk kearah teman-teman yang belum ia ketahui namanya.
''Iya, ini Gue Bara. Kalian duduk sama Gue aja. Daripada makan sambil berdiri.'' Ajak Bara sekali lagi, ia kemudian menatap Luna dan Laras dengan senyum mautnya. Tentu itu hanya membuat Laras mabuk kepayang, tidak dengan gadis cantik bernama Luna yang terus saja memasang wajah datarnya jika berhadapan dengan orang selain Laras.
Belum juga menjawab ajakan sang kakak kelas, tiba-tiba saja Lula dan kedua sahabatnya sudah hadir diantara Bara dan Luna. Ia menyempil mendekati Bara dan menggeser tubuh Luna hingga gadis itu tersungkur menabrak tubuh Laras saking kerasnya dorongan yang Lula berikan.
''Kak Bara, Gue ikut Lo makan ya. Gue nggak ada meja nih, udah penuh semua.'' Kilah Lula memasang wajah sok manisnya, setidaknya itu bagi Luna dan Laras. Dua gadis yang sejak awal ditawari oleh Bara berdecih dengan kompak. Sekarang Laras tahu, mengapa teman barunya ini sangat tidak suka ketika ia membicarakan saudara kembarnya.
''Bukannya Lo tadi udah dapat meja? Meja kita kan Lo ambil?'' Ucap Laras menghalangi niat Lula untuk mendekati Bara. Ia juga ingin dekat dengan Ketua Osis tersebut, meskipun tujuan utama Bara adalah Luna.
''Asal ngomong Lo. Tuh lihat, mejanya dipakai orang lain.'' Ucap Lula dengan kesal, ia menunjuk meja yang dimaksudnya.
''Maaf ya Lula, tapi Gue cuma ngajak Luna sama...''
''Laras.'' ucap Laras memotong ucapan Bara, karena ia yakin bahwa pemuda tampan itu pasti tidak mengetahui namanya kecuali nama Luna dan Lula.
''Ya, Gue cuma ngajak Luna sama Laras. Lagian, dimeja Gue udah ada Bayu sama Leo. Nggak cukup kalau Lo ikut.'' ucap Bara memberi penjelasan yang singkat.
''Ya bawa Gue aja. Luna sama Laras biarin nyari meja yang lain. Gue udah lapar nih kak.''
''Nggak bisa, Gue udah terlanjur ajak Laras sama Luna. Gue ketua osis yang harus bertanggung jawab.''
Bara kemudian mendorong punggung Luna dan Laras menuju meja yang sudah biasa ia huni. Tak menghiraukan apapun yang Lula ucapkan. Baginya, Lula hanyalah pengganggu yang akan menghancurkan rencananya untuk memenangkan taruhan yang ia sepakati dengan Leo.
Laras menoleh kebelakang, kearah Lula yang berdiri memandanginya berlalu bersama Bara dan Luna, tentu dengan tatapan yang begitu penuh dengan kebencian.
Gadis yang sebelumnya mengidolakan Luna dan dirinya, kini malah mengejek dengan menjulurkan lidahnya sembari membulatkan matanya. Benar-benar membuat Lula sangat jengkel. Ia kemudian menghentakkan kakinya kesal kemudian berlalu meninggalkan kantin begitu saja.
''Lah, nggak jadi makan? Gue laper nih.'' celetuk Catherine menatap Karina dan Lula secara bergantian, tentu hanya punggung Lula saja karena gadis itu sudah berlalu pergi.
''Gue nggak tahu, Gue juga laper. Udahlah, kita ajak Lula nanti. Sekarang kita ikuti aja dia.'' pasrah Karina mengajak Catherine berlalu.
***
''Hai kak, kita numpang makan ya. Mejanya udah penuh.'' sapa Laras pada Leo dan Bayu, ia kemudian mengajak Luna untuk duduk dihadapan ketiga pemuda yang sangat digandrungi seluruh gadis di Sekolah tersebut.
''Iya, kalian makan aja. Ini meja khusus punya kita bertiga, jadi kalau kalian besok-besok nggak dapat meja lagi, pakai aja meja ini.'' ucap Leo sembari tersenyum manis.
''Terimakasih ya kak.''
Luna hanya berdiam diri sembari menyantap baksonya yang sudah datang beberapa saat yang lalu, disusul oleh Laras yang juga melahap makananya dengan cepat. Sedang ketiga pemuda dihadapan mereka hanya berbicara ringan seakan didepan mereka sama sekali tidak ada Luna dan Laras.
Sesekali suara tawa renyah terdengar begitu nyaring dari bibir Bara, membuat wanita seisi kantin menatapnya penuh kagum. Tentu tidak pada Luna dan Laras, ada yang menatapnya iri, benci, dan banyak lagi yang menatapnya dengan berbagai tatapan berbeda dari setiap orangnya.
''Kita sudah selesai, terimakasih tumpangannya. Kita pamit dulu.'' lapor Luna kemudian menyeret Laras begitu saja tanpa mendengarkan jawaban dari ketiga pemuda tampan dihadapan.
Selepas kepergian Luna dan Laras yang kini sudah tidak terlihat lagi dihadapan mereka, ketiganya saling pandang sembari tersenyum culas. ''Awal yang bagus, untuk memulai tantangan.'' celetuk Leo menatap Bara.
''Kenapa Lo belum mulai?'' lanjutnya beralih menatap Bayu.
''Biar pelan, asal dapat.'' celetuknya membuat kedua sahabatnya tertawa renyah, ''Gue yakin Luna bakalan sulit didapatin.'' pungkas Bayu memandang seisi kantin dengan tajam.
''Biar lama, yang penting dapat. Kapan lagi dapat tantangan yang kayak begini.'' ucap Bara membenarkan ucapan pemuda disebelahnya.
''Kenapa Lo pilih Luna buat di jadikan bahan taruhan?'' tanya Bayu merasa tak mengerti. Padahal Luna dan Lula sama saja menurutnya.
''Mungkin Lo belum sadar, Luna tipikal orang yang banyak diam dan tidak mudah buat digoda. Beda sama Lula dong yang tadi aja udah jelas malah nyempil-nyempil diantara Bara sama Luna.'' jelas Leo tersenyum licik.
''Tantangan yang berat.'' celetuk Bara memandang kedua sahabatnya.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments