Beberapa saatnya menunggu, kini para siswa dan siswi baru SMA Labschool telah berbondong-bondong menuju lapangan sekolah untuk mengenal siapa-siapa saja yang menjadi petugas disekolah, juga berbagai ekstrakurikuler yang tersedia disekolah favorit tersebut.
Termasuk Lula dan dua sahabatnya, juga Luna dan teman barunya. Sama-sama mencari tempat untuk berbaris agar bisa bersanding dibarisan bersama orang pilihan. Ini bukan urutan tempat duduknya, hanya untuk berbaris dan sedikit bercengkrama ketika pidato belum juga dimulai.
''Lo udah cari tahu tentang sekolah ini atau belum Lun?'' Tanya Laras membuka obrolan ringan, keduanya kini tengah berdiri dibawah pohon agar tidak terlalu terkena panas sinar matahari. Sengaja mengambil barisan dibelakang sendiri, mungkin bagi Luna kepanasan adalah hal yang biasa, namun bagi Laras tidak sama sekali. Tipikal gadis yang cerewet tersebut adalah senang membuat orang lain pusing dengan semua celotehannya.
''Udah kok, Gue udah cari tahu asal-usulnya.'' Ucap Luna dengan yakin.
''Bukan asal-usulnya maksud Gue Luna! Maksud Gue itu Lo udah nyari tahu tentang jabatan-jabatan disekolah ini dan ekstrakurikuler apa aja yang ada disini atau belum?'' Luna tertawa ringan mendengar kekesalan Laras.
Disanalah, Lula merasa apa yang ia takutkan mulai terjadi. Luna yang sedari dulu tidak pernah memiliki teman kini justru dengan leluasa mengumbar senyum manisnya tak peduli dimana tempatnya. Yang ia kira tatapan datar tadi pagi adalah kepribadian baru Luna, ternyata ia salah mengira. Senyum datar dan sinis itu hanya untuk dirinya seorang.
''Gue belum cari tahu apapun sih. Nanti pasti dijelaskan kok.'' Pungkas Luna menutup perbincangannya dengan sang teman karena melihat tatapan Lula yang begitu tak suka padanya. Namun ia sudah bertekad, tidak akan memperdulikan apapun yang Lula lakukan padanya. Sudah merasa cukup dengan apa yang selalu ia korbankan untuk saudara yang menurutnya tidak tahu diri tersebut.
Tak lama kemudian, seorang pria paruh baya terlihat berjalan keatas panggung sembari tersenyum hangat, Dibelakangnya banyak jajaran para guru pria dan wanita yang juga menyapa dengan menundukkan kepalanya hanya dengan satu ketukan. Lalu, dibelakang para guru-guru tersebut, berdirilah para anak muda pria dan wanita yang diyakini adalah para senior yang memiliki jabatan dibidangnya masing-masing.
''Selamat pagi, dan salam sejahtera untuk kita semua.'' Ucap sang Kepala Sekolah dengan suara lantang. Menatap anak didiknya yang dalam waktu 3 tahun kedepan akan membersamai-nya mengharumkan nama Sekolah tercintanya.
''Selamat untuk kalian semua yang saat ini sudah berada dihadapan Saya. Sungguh kalian sangat beruntung kalian bisa bergabung di SMA Labschool di Kota kita yang tercinta ini. Dari semua siswa dan siswi yang terverifikasi dan tervalidasi, kalian adalah anak-anak terbaik yang bisa masuk di SMA terfavorit ini.''
''Oleh karena itu bersyukurlah dengan cara belajar dengan giat sehingga kalian bisa lebih berprestasi di Sekolah ini.''
Kepala Sekolah tersebut terus saja menjabarkan pidato-pidato yang menurutnya sangat penting tersebut. Tentu tidak bagi sebagian siswa dan siswi yang berkumpul dilapangan tersebut. Sebagian ada yang bercerita panjang lebar, kemudian ada yang menjahili teman sebarisnya, dan lain sebagainya.
''Baiklah, sejenak saya tutup pesan-pesan penting yang saya berikan pagi hari ini untuk kalian semua.''
''Ini udah siang woi.'' Gumam Laras sangat kesal, tatapannya begitu menjengkelkan pada Kepala Sekolah dihadapan. Membuat Luna ingin terbahak. Namun tidak, gadis cantik itu tetap pada ekspresi datarnya.
''Selanjutnya akan diteruskan oleh para senior kalian yang akan menjelaskan semua tentang sekolah kita ini. Selamat pagi.'' Ucap sang Kepala Sekolah mengakhiri pidatonya di pagi hari yang sudah menjelang siang tersebut.
Maka, selepas kepergian sang pria paruh baya tersebut, datanglah para anak muda yang sangat tampan dan cantik berbaris rapi dipanggung. Salah satunya sudah menghadap sebuah microphone yang beberapa saat lalu dipakai oleh sang Kepala Sekolah.
''Selamat siang, perkenalkan nama saya Bara Pamuniaga dari kelas 12A. Saya disini selaku Ketua Osis akan menjelaskan peraturan-peraturan apa saja yang ada di Sekolah kita, termasuk kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler-nya juga.'' Ucap sang pemuda yang berada didepan michrophone tersebut dengan senyum mengembang.
Sangat jauh berbeda dari apa yang terjadi diatas rooftop beberapa saat yang lalu.
Seketika itu pula, teriakan para wanita yang berada ditengah lapangan langsung bersorak sorai, terlebih saat senyum manis terlukis untuk mereka. Memang begitulah para wanita muda jika melihat lelaki yang tampan.
Senyum manis dengan gigi gingsul disebelah kanan dan kirinya, membuat lesung pipi semakin terlihat indah dipandang mata.
''Sebelum saya menjelaskan ini dan itu, saya akan memperkenalkan kepada kalian para teman-teman satu angkatan saya yang juga memiliki peranan penting di Sekolah ini.''
''Disebelah saya sudah ada kakak kelas kalian, namanya Bayu. Bayu Kusuma Adijaya selaku wakil Ketua Osis di SMA Labschool.''
''Disebelah Bayu ada Leo si Kapten Basket kita. Leo Nuraga.''
''Disamping Leo ada Clara, si Kapten Cheerleader kita. Cleorana Clara namanya.''
''Disini saya tidak akan langsung menjelaskan, tetapi saya akan memberitahu peraturan-peraturan di Sekolah ini bisa kalian lihat di mading Sekolah dekat aula indoor. Begitu pula kegiatan-kegiatan yang masih kosong.''
Bara menatap seluruh juniornya yang senantiasa berdiri dihadapannya. Beberapa ada yang menatapnya kagum dan terkesima, beberapa ada yang terlihat biasa saja. Bara bisa melihat beberapa diantara mereka sudah ada yang mengeluh panas karena berjemur ditengah lapangan demi mendengarkan arahan-arahan sejak pagi.
''Yang merasa punya saudara kembar silahkan maju disebelah saya.'' Ucap Bara menatap Luna dan Lula secara bergantian, meski tempat mereka berdiri berjauhan namun tak sulit menemukan duo kembar yang memiliki kecantikan bak peri dari kayangan tersebut.
Lula menggigit bibir bawahnya karena senang bisa bersanding dengan sang Ketua Osis sekaligus MOST WANTED di Sekolah tersebut. Maka, sebelum Luna beranjak menuju panggung, ia pun segera berlari menuju samping Bara mendahului Luna.
Jelas tak masalah bagi Luna karena ia sama sekali tidak tertarik untuk berdekatan dengan sang Ketua Osis, dan para antek-anteknya.
Maka, setelah mereka berdua sudah berbaris menyamping disebelah Bara, sang Ketua Osis menatap Luna dan Lula secara bergantian.
''Saya memanggil kalian karena hanya kalian yang kembar disini. Supaya tidak ada yang keliru memanggil nama kalian dan sulit mengenali karena wajah kalian benar-benar sama, maka perkenalkan nama kalian masing-masing.'' Ucap Bara memberikan michrophone-nya kepada Lula yang berdiri tepat disebelahnya.
''Perkenalkan nama saya Lula Paraswati Wijaya.'' Ucap sang gadis berambut lurus dengan senyum manis mengembang yang ia perlihatkan pada teman-teman Sekolahnya. Sembari melambaikan tangannya seperti artis yang disorot banyak kamera media.
''Saya Luna Paraswati Wijaya.'' Setelah itu, Luna kembali memberikan michrophone kepada Bara yang berdiri disebelah Lula.
''Apa yang membedakan kalian agar teman-teman bisa membedakan kalian?'' Bara menyodorkan kembali michrophone-nya kearah Lula namun masih ia yang memegang benda bulat tersebut. Hal tersebut membuat hati Lula menjerit senang karena ia bisa menghirup harum aroma tubuh maskulin sang pemuda.
''Lihat saja poninya.'' Jawab Lula dengan singkat karena ia terlalu senang dan tidak bisa menyembunyikan senyum akibat hati yang berdebar. Tatapnya terus mengarah kepada Bara yang begitu menawan baginya.
'Baiklah, target selanjutnya adalah menjadi kekasih dari Bara Pamuniaga.' Batinnya menjerit dengan senang.
Semua siswa dan siswi memperhatikan Lula dan Lula yang berdiri didepan panggung. Termasuk para guru dan teman-teman Bara yang berdiri disana.
Tak ubahnya seperti para siswa dan siswi yang lain, Bara pun ikut memperhatikan Lula dan Luna secara bergantian. Ketika sorot matanya bertemu dengan Luna, ia merasa seperti ingin tersenyum. Didalam perutnya terasa ada banyak kupu-kupu yang menggelitiki-nya dari dalam hingga ia tidak bisa menahan debaran dihatinya terlalu lama. Maka, dengan mengulum senyum ia kembali mengalihkan pandangnya dengan menatap siswa-siswi dihadapan.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments