Turun dari sebuah kendaraan Limousine berjenis Bentley State yang semua orang tahu bahwa harga mobil tersebut benar-benar fantatis,, Luna dan Lula menjadi pusat perhatian disekolah baru tersebut. Dari kalangan kelasnya sendiri, hingga para senior pun melirik kagum pada kendaraan yang mereka tumpangi. Terlebih, kecantikan duo kembar yang tidak bisa diragukan lagi seolah menjadi pusat perhatian kedua setelah mobil mewah yang mereka bawa.
Baru dilirik sekilas saja, siapapun akan mengetahui betapa kaya-nya seseorang yang menaiki mobil tersebut.
Setelah mobil mewah tersebut meluncur meninggalkan halaman sekolah, Lula langsung menghambur pada dua sahabatnya yang sudah menunggunya didepan gerbang.
''Akhirnya, kalian lulus juga masuk di SMA favorit para anak remaja ini.'' Ucap Lula bersenang karena dua sahabatnya yang sudah sejak berada di bangku Sekolah Dasar itu berada disatu sekolah yang sama dengannya.
''Iya dong, kita ikut kemanapun Lo melanjutkan pendidikan.'' Ucap Karina, gadis manis berambut lurus seperti Lula dengan kacamata kecil yang menghiasi mata minusnya.
''Luna sekolah disini juga? Kenapa Lo mau? Dan.....dia berubah?'' Cecar Catherine, satu sahabat Lula yang lain. Dengan rambut keriting ala mie instan mengembang, ia selalu dijuluki ratu kribo sejak masih duduk dibangku Sekolah Dasar.
''Ya, Ibu dan Ayah nggak mau ngurus surat-surat kepindahan Luna. Dan akhirnya Gue minta sama mereka buat ngerubah penampilan Luna biar nggak kayak preman. Dan begitulah hasilnya.'' Pasrah Lula menceritakan semuanya sembari berjalan menuju mading dilorong sekolah. Hanya untuk melihat dimana letak kelas mereka bertiga.
''Tapi, Luna jadi cantik. Lo nggak takut?'' Tanya Karina sedikit ragu mengungkapkannya.
''Takut kenapa?''
''Takut kalau title Most Wanted Lo selama 2 masa sekolah berturut-turut akan hilang karena kehadiran Luna?''
''Jadi maksud Lo, Gue kalah cantik dari Luna?'' Berhenti melangkah dan menatap sahabatnya dengan skeptis.
''Lo juga cantik kok. Kalian semua cantik.'' Pungkas Catherine menutup ucapan Karina yang akan disemprot oleh Lula. Tahu, betapa tempramen-nya sahabatnya yang satu tersebut.
Tak menggubris ucapan dua sahabatnya, Lula lebih memilih untuk melanjutkan perjalanannya menuju mading yang sudah tak jauh didepan matanya.
''Semoga kita bertiga satu kelas!'' Serunya membaca satu persatu nama mereka dengan teliti.
Maka, ketika sebuah nama berderet empat sekaligus yang sangat familiar diingatan para anak remaja tersebut, ketiganya bersorak senang dengan meloncat kesana kemari seperti anak kecil.
''Akhirnya kita satu kelas!'' Seru Catherine beradu tos dengan kedua sahabatnya.
''Ah tapi ada Luna, nggak asik!'' Keluh Lula sembari terus berjalan mencari kelas mereka.
''Nggak papa, ayo cari kelasnya.'' Karina langsung menggandeng Lula dan Catherine untuk mencari kelas-kelas mereka. Tak sabar untuk menentukan tempat duduk yang menjadi favorit mereka.
***
''Hai, Gue boleh duduk disini?''
Luna menoleh ketika sebuah suara halus nan lembut menyapa indera pendengarannya. Ia berikan senyum manis dan sebuah anggukan untuk menyetujui pertanyaan sang gadis yang baru ia temui dikelas ini.
Setelah duduk disebelah Luna, gadis itu mengulurkan tangannya dengan cepat, ia ingin mendapatkan teman agar tidak bosan dengan keadaan yang lengang karena belum disambut guru sama sekali. ''Kenalin, Gue Laras. Nama Lo siapa?''
''Gue Luna, senang bisa berkenalan sama Lo.'' Ucap Luna menyambut uluran Laras dengan singkat.
''Lo cantik banget, tadi Gue lihat Lo datang sama kembaran Lo ya? Dia dikelas ini juga? Namanya siapa?''
''Terimakasih sebelumnya. Ya, dia kembaran Gue. Namanya Lula, dan dia dikelas ini juga.'' Luna tersenyum dengan canggung, merasa bahwa gadis disampingnya ini pasti akan membuat hari-harinya seperti mabuk kepayang akibat rasa kepo yang sudah diambang batas. Pasti gadis disebelahnya ini akan cerewet sepanjang waktu.
''Senang nggak sih punya saudara kembar tuh? Gue anak tunggal dan sama sekali nggak enak karena dirumah selalu sendiri. Bokap Nyokap Gue selalu kerja dari pagi sampai sore. Dan gue kesepian.'' Curhatnya kemudian membuat Luna menghela nafas panjang.
''Kenapa Lo nggak nyari teman?''
''Mana ada yang mau temenan sama Gue. Gue anak orang miskin Lun, nggak semua orang mau berteman sama Gue.''
''Gue mau kok berteman sama Lo.'' Luna mengulas senyum hangat, ia memang pusing mendengar ocehan teman barunya, namun ketika mendengar bahwa gadis itu hanyalah rakyat jelata yang dijauhi teman-temannya, maka ia bertekad untuk menjadikan gadis itu sebagai sahabatnya. Mungkin hanya gadis dihadapan ini yang akan menerimanya tanpa memanfaatkan kekayaan yang ia punya.
Gadis yang menatapnya penuh rasa kagum itu berbinar senang, ia tangkupkan tangannya didepan dada dengan senyum yang mengembang sempurna, ''Lo serius Luna? Lo nggak bercanda kan mau temenan sama Gue?''
''Gue nggak bercanda kok, Gue serius.''
''Alhamdulillah Ya Allah akhirnya ada yang mau temenan sama Laras.'' Ucapnya dengan pekikan senang.
''Lo tau nggak sih, dari tadi itu Gue udah nyari-nyari kursi kosong dan nggak ada yang mau duduk sama Gue.''
Luna melongo heran, ia sapukan pandangannya pada semua orang yang berada dikelas tersebut. Termasuk Lula yang sudah berada dikelas tersebut yang menatapnya dengan tatapan tak suka.
''Kenapa nggak mau?'' Segera mengalihkan pandang dari saudara kembarnya kemudian memandang Laras kembali.
''Gue juga nggak tahu. Udahlah, yang penting Gue udah punya temen yaitu Lo.'' Laras tersenyum manis begitupun dengan Luna. Menatap Laras dengan seksama, gadis itu menemukan kecantikan didalam diri Laras.
Ia tersenyum lirih, kemudian terdiam sembari meletakkan kepalanya diatas meja. Guru belum datang dan saatnya untuk dia terlelap sebentar.
***
Diatas rooftop tertinggi diatap gedung sekolah SMA Labschool, ada tiga pemuda bernama Bara, Bayu, dan Leo.
Ketiganya tengah menyesap hangatnya nikotin yang setelahnya merasuk kedalam paru-paru mereka.
Salah satu diantaranya tengah menatap tajam dua orang gadis yang datang menggunakan Limousine termewah dan termahal di Kota besar tersebut. Satu dari gadis yang ia tatap setelahnya beranjak begitu saja meninggalkan gadis yang satunya.
''Kalian lihat gadis kembar itu?'' ucap Bara pada kedua temannya.
''Kenapa memangnya?'' tanya Leo yang sedari tadi juga memperhatikan mereka dengan seksama.
''Salah satu dari mereka, adalah target Gue selanjutnya.'' Ucapnya penuh penekanan.
"Emang Lo kenal sama mereka?" Celetuk Bayu sembari membuang puntung rokoknya. Sesaat kemudian, ia menepuk jidatnya sendiri kemudian melirik kearah Bara yang juga tengah meliriknya dengan tajam.
"Gue adalah MOST WANTED di sekolah ini. Nggak ada yang nggak bisa Gue dapatin dan Gue cari."
"Kita taruhan. Bagaimana?" Tantang Leo menyeringai. Membuat Bara dan Bayu langsung menatapnya.
"Siapa yang bisa dapatin satu gadis itu, kalian ambil mobil Gue."
"Salah satu?"
"No. Satu, bukan salah satu. Dan Gue yang akan menentukan siapa gadis itu. Meski mereka kembar, Gue yakin pasti ada perbedaan diantara mereka."
"Deal." Sahut Bara dan Bayu menyanggupi tantangan dari Leo. Memiliki mobil bukan hal yang baru untuk mereka bertiga. Tak jauh berbeda dengan Luna dan Lula. Ketiga pemuda diatas rooftop itu terkenal dengan ketampanan dan juga kekayaan orang tua masing-masing.
Bukan pula mobil bermerk yang akan ditaruhkan Leo untuk kedua temannya yang menjadi pemicu semangat mereka menyanggupi taruhan tersebut. Bukan untuk pertama kalinya pula mereka bertaruh ini dan itu untuk mendapatkan hati seorang gadis. Jika sudah mendapatkan hati sang gadis, juga barang yang dijadikan taruhan, maka gadis itu akan dilepas begitu saja dan barang yang dijadikan taruhan akan mereka jual untuk membeli sebuah barang yang tidak berguna. Rokok dan Alkohol misalnya.
Begitulah kepribadian tiga pemuda yang sangat diagung-agungkan oleh para wanita di Sekolah tersebut. Kepribadian yang sama sekali tidak pernah terlihat oleh siapapun kecuali diri mereka sendiri.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments